Kuala Kapuas (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, melalui Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga setempat, menggelar acara ritual adat Balian dan Memapas Lewu di Balai Basarah Agama Hindu Kaharingan Jalan Melati Kota Kuala Kapuas, Minggu (19/9) sore.
“Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari kedepan,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Kapuas, Septedy, usai membuka kegiatan tersebut, ditandai dengan pemukulan katambung.
Menurutnya, kegiatan ini juga sebagai rasa syukur babak awal, karena hampir dua tahun tidak dilaksanakan mengingat situasi kondisi pandemi COVID-19 yang masih terjadi.
Septedy berharap, dengan adanya kegiatan ritual adat Balian dan Memapas Lewu, pandemi virus corona atau COVID-19 di muka bumi ini segera cepat berlalu sehingga masyarakat bisa kembali beraktivitas dengan normal.
“Saya berharap dan menyakini juga bahwa ini sebagai babak awal, dan kegiatan-kegiatan selanjutnya tetap terus berlangsung, namun tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatannya,” harapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Agama Hindu Kaharingan Kabupaten Kapuas, Sulatin menjelaskan, acara ritual adat ini sebenarnya dilaksanakan setiap memperingati Hari Ulang Tahun Pemerintah Kabupaten Kapuas dan Hari Jadi Kota Kuala Kapuas, yang jatuh setiap Maret.
“Namun, karena adanya pandemi COVID-19, maka jadwal kegiatan ditunda untuk melihat situasi kondisi yang terjadi,” katanya.
Baca juga: CSR Bank Kalteng bantu mobil untuk kelompok tani di Kapuas
Rangkaian kegiatan ini dimulai dari Balian Makanan Lewu atau membayar Lewu, dan dilanjutkan dengan Memapas Lewu yang menggunakan beberapa orang pemuka agama atau disebut Basir.
“Kegiatan ini sebenarnya adalah kegiatan dari pemerintah daerah yang diberi tugas kepada Majelis Agama Hindu Kaharingan untuk melaksanakan Balian ini. Karena yang bisa melaksanakan Balian ini, hanya Majelis Agama Hindu Kaharingan,” terangnya.
Ritual kegiatan tersebut merupakan kegiatan ritual adat yang menjadi turun-menurun untuk dilaksanakan. Tujuan utamanya yaitu Sehut Lewu yakni jaminan kesehatan, keamanan kita dari gangguan luar, terutama sesama manusia, alam dan lingkungan dari hal-hal buruk yang sangat tidak mungkin manusia bisa menghadapinya.
“Kemudian, Memapas Lewu adalah menghapuskan atau menghilangkan segala sesuatu yang buruk atau yang jahat, serta menolak bala segala hal-hal yang terjadi,” demikian Sulatin.
Baca juga: PBVSI Kapuas seleksi atlet persiapan hadapi Porprov Kalteng
“Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari kedepan,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Kapuas, Septedy, usai membuka kegiatan tersebut, ditandai dengan pemukulan katambung.
Menurutnya, kegiatan ini juga sebagai rasa syukur babak awal, karena hampir dua tahun tidak dilaksanakan mengingat situasi kondisi pandemi COVID-19 yang masih terjadi.
Septedy berharap, dengan adanya kegiatan ritual adat Balian dan Memapas Lewu, pandemi virus corona atau COVID-19 di muka bumi ini segera cepat berlalu sehingga masyarakat bisa kembali beraktivitas dengan normal.
“Saya berharap dan menyakini juga bahwa ini sebagai babak awal, dan kegiatan-kegiatan selanjutnya tetap terus berlangsung, namun tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatannya,” harapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Agama Hindu Kaharingan Kabupaten Kapuas, Sulatin menjelaskan, acara ritual adat ini sebenarnya dilaksanakan setiap memperingati Hari Ulang Tahun Pemerintah Kabupaten Kapuas dan Hari Jadi Kota Kuala Kapuas, yang jatuh setiap Maret.
“Namun, karena adanya pandemi COVID-19, maka jadwal kegiatan ditunda untuk melihat situasi kondisi yang terjadi,” katanya.
Baca juga: CSR Bank Kalteng bantu mobil untuk kelompok tani di Kapuas
Rangkaian kegiatan ini dimulai dari Balian Makanan Lewu atau membayar Lewu, dan dilanjutkan dengan Memapas Lewu yang menggunakan beberapa orang pemuka agama atau disebut Basir.
“Kegiatan ini sebenarnya adalah kegiatan dari pemerintah daerah yang diberi tugas kepada Majelis Agama Hindu Kaharingan untuk melaksanakan Balian ini. Karena yang bisa melaksanakan Balian ini, hanya Majelis Agama Hindu Kaharingan,” terangnya.
Ritual kegiatan tersebut merupakan kegiatan ritual adat yang menjadi turun-menurun untuk dilaksanakan. Tujuan utamanya yaitu Sehut Lewu yakni jaminan kesehatan, keamanan kita dari gangguan luar, terutama sesama manusia, alam dan lingkungan dari hal-hal buruk yang sangat tidak mungkin manusia bisa menghadapinya.
“Kemudian, Memapas Lewu adalah menghapuskan atau menghilangkan segala sesuatu yang buruk atau yang jahat, serta menolak bala segala hal-hal yang terjadi,” demikian Sulatin.
Baca juga: PBVSI Kapuas seleksi atlet persiapan hadapi Porprov Kalteng