Palangka Raya (ANTARA) - Wali Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Fairid Naparin melalui Wakil Wali Kota Umi Mastikah meminta kepada masyarakat di daerah itu untuk mewaspadai munculnya sejumlah penyakit saat banjir melanda pemukiman.
"Penyakit itu seperti batuk, pilek, diare, gatal-gatal serta lain sebagainya," kata Umi di Palangka Raya, Kamis.
Dia mengatakan masyarakat yang terserang penyakit diare, pileg dan batuk itu faktor utamanya adalah sulitnya mendapatkan air bersih. Kemudian munculnya bawaan dari binatang atau kotoran tikus, bisa menyebabkan masyarakat setempat terkena penyakit kulit seperti gatal-gatal.
Untuk mengantisipasi masyarakat terserang penyakit-penyakit seperti itu, pihaknya telah menginstruksikan petugas puskesmas serta puskesmas pembantu (Pustu) yang berada di dekat kawasan pemukiman warga yang mengalami banjir selalu siaga.
Selain itu saat ini sejumlah petugas seperti dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan "Kota Cantik" juga melakukan pelayanan kesehatan langsung ke rumah-rumah warga.
Pelayanan "door to door" ini salah satunya diprioritaskan bagi korban banjir di wilayah pinggiran kota yang jauh dari pusat layanan kesehatan.
"Hal-hal antisipasi mengenai kesehatan korban banjir itu sudah kami persiapkan, bahkan kami tetap memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat," kata Wakil Wali Kota wanita pertama di Palangka Raya itu.
Sementara itu berdasar data BPBD Kota Palangka Raya, sampai Senin lalu tercatat warga Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah yang menjadi korban banjir mencapai 9.907 warga yang terdiri dari 3.856 kepala keluarga. Jumlah korban banjir kiriman meluapnya Sungai Kahayan dan Sungai Rungan itu berasal dari 17 kelurahan di lima kecamatan yang ada di Kota Palangka Raya.
Pada bencana banjir tersebut sejumlah fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sekolah, kantor, rumah ibadah, lahan pertanian dan rumah masyarakat turut terdampak. Sejumlah jalan dan jembatan terendam air sehingga tak dapat dilintasi warga melalui jalur darat sehingga warga harus menggunakan perahu untuk menuju tempat tujuan.
Baca juga: 1.029 kepala keluarga di Palangka Raya terdampak banjir
Rumah dan tempat ibadah warga juga terendam sehingga untuk sementara sejumlah masyarakat harus berada di tenda pengungsian, tinggal di tempat tetangga atau di keluarga.
Saat ini pemerintah kota setempat juga telah mendirikan posko kesehatan, posko pengungsian dan posko relawan serta juga mendistribusikan air bersih, mendirikan dapur umum dan distribusi makan siap saji.
Selain itu juga penyediaan WC umum, pemantauan instalasi listrik dan terus memantau perkembangan banjir selama 24 jam serta terus memperbaharui data korban banjir.
Pemkot Palangka Raya secara resmi menetapkan status siaga darurat bencana banjir seiring terjadinya banjir di wilayah setempat berlaku sampai 31 Desember 2021 dan dapat diperbaharui sesuai kondisi di lapangan.
Baca juga: Pemkot Palangka Raya jemput bola periksa kesehatan korban banjir
"Penyakit itu seperti batuk, pilek, diare, gatal-gatal serta lain sebagainya," kata Umi di Palangka Raya, Kamis.
Dia mengatakan masyarakat yang terserang penyakit diare, pileg dan batuk itu faktor utamanya adalah sulitnya mendapatkan air bersih. Kemudian munculnya bawaan dari binatang atau kotoran tikus, bisa menyebabkan masyarakat setempat terkena penyakit kulit seperti gatal-gatal.
Untuk mengantisipasi masyarakat terserang penyakit-penyakit seperti itu, pihaknya telah menginstruksikan petugas puskesmas serta puskesmas pembantu (Pustu) yang berada di dekat kawasan pemukiman warga yang mengalami banjir selalu siaga.
Selain itu saat ini sejumlah petugas seperti dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan "Kota Cantik" juga melakukan pelayanan kesehatan langsung ke rumah-rumah warga.
Pelayanan "door to door" ini salah satunya diprioritaskan bagi korban banjir di wilayah pinggiran kota yang jauh dari pusat layanan kesehatan.
"Hal-hal antisipasi mengenai kesehatan korban banjir itu sudah kami persiapkan, bahkan kami tetap memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat," kata Wakil Wali Kota wanita pertama di Palangka Raya itu.
Sementara itu berdasar data BPBD Kota Palangka Raya, sampai Senin lalu tercatat warga Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah yang menjadi korban banjir mencapai 9.907 warga yang terdiri dari 3.856 kepala keluarga. Jumlah korban banjir kiriman meluapnya Sungai Kahayan dan Sungai Rungan itu berasal dari 17 kelurahan di lima kecamatan yang ada di Kota Palangka Raya.
Pada bencana banjir tersebut sejumlah fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sekolah, kantor, rumah ibadah, lahan pertanian dan rumah masyarakat turut terdampak. Sejumlah jalan dan jembatan terendam air sehingga tak dapat dilintasi warga melalui jalur darat sehingga warga harus menggunakan perahu untuk menuju tempat tujuan.
Baca juga: 1.029 kepala keluarga di Palangka Raya terdampak banjir
Rumah dan tempat ibadah warga juga terendam sehingga untuk sementara sejumlah masyarakat harus berada di tenda pengungsian, tinggal di tempat tetangga atau di keluarga.
Saat ini pemerintah kota setempat juga telah mendirikan posko kesehatan, posko pengungsian dan posko relawan serta juga mendistribusikan air bersih, mendirikan dapur umum dan distribusi makan siap saji.
Selain itu juga penyediaan WC umum, pemantauan instalasi listrik dan terus memantau perkembangan banjir selama 24 jam serta terus memperbaharui data korban banjir.
Pemkot Palangka Raya secara resmi menetapkan status siaga darurat bencana banjir seiring terjadinya banjir di wilayah setempat berlaku sampai 31 Desember 2021 dan dapat diperbaharui sesuai kondisi di lapangan.
Baca juga: Pemkot Palangka Raya jemput bola periksa kesehatan korban banjir