Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) memprediksi harga batu bara acuan atau HBA melemah pada Desember 2021 atau berada di bawah harga pada November 2021 yang mencapai 215,01 dolar AS per ton.

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan harga batu bara acuan pada November merupakan rerata dari empat indeks pembentuk harga batu bara acuan pada Oktober yang cukup tinggi.

"Sehingga, untuk HBA Desember, kemungkinan tidak lebih tinggi dari HBA November karena di November tren harga menunjukkan penurunan," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Sebelumnya, Kementerian ESDM menyatakan HBA November 2021 menyentuh angka 215,01 dolar AS per ton atau naik 33 persen dibandingkan harga Oktober 2021 yang 161,63 dolar AS per ton.

Harga November ini merupakan level HBA tertinggi dalam satu dekade terakhir.

Kenaikan harga batu bara acuan disebabkan permintaan dari China meningkat menyusul mulai memasuki musim dingin serta kondisi cuaca buruk, sehingga kegiatan produksi dan transportasi batu bara di provinsi produsen batu bara terganggu.

Faktor komoditas lain, seperti kenaikan harga gas alam juga memiliki pengaruh dalam menentukan harga batu bara global.

Sepanjang Oktober 2021, China mengimpor batu bara sebanyak 27 juta ton atau naik 96,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan jumlah impor itu disebabkan kebutuhan energi China yang cukup tinggi akibat pemulihan ekonomi negara tersebut, sehingga kebutuhan batu bara untuk listrik dan industri meningkatkan signifikan.

Dalam upaya mengendalikan harga batu bara, kini pemerintah China mengambil beberapa kebijakan strategis mulai dari mendorong peningkatan produksi dalam negeri hingga membatasi harga komoditas.

"Saat ini, Pemerintah China melakukan intervensi kebijakan yang mempengaruhi harga yang trennya terus menurun," pungkas Hendra.

Pewarta : Sugiharto Purnama
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024