Kuala Kurun (ANTARA) - Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Jaya S Monong mengatakan bahwa kendati saat ini pencegahan dan penanganan Covid-19 menjadi fokus, namun pada saat yang sama upaya penanganan HIV/AIDS harus terus dilakukan.
“Upaya penanganan HIV/AIDS harus terus dilakukan, mengingat angka kejadiannya masih cukup tinggi di Gumas,” ucapnya saat membuka kegiatan bakti sosial dalam rangka Hari Ulang Tahun PMI, Hari AIDS Sedunia, dan Hari Ibu, di Kecamatan Tewah, Kamis.
Dia menyebut, pemberian informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS kepada masyarakat, tes HIV dan pengobatan sedini mungkin serta kolaborasi pemerintah, pihak swasta dan seluruh masyarakat harus terus diperkuat.
Dengan demikian, ujar dia, three zero yakni tidak adanya kasus baru HIV/AIDS, tidak adanya kematian akibat HIV/AIDS, dan tidak adanya stigma atau diskriminasi pada penderita dapat terwujud di tahun 2030.
Baca juga: Panglima TNI akui ada 1.826 prajurit TNI terinfeksi HIV/AIDS
Saat ini Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Gumas aktif melakukan kerja sama dengan Dinas Kesehatan, RSUD Kuala Kurun, PMI serta GOW dan mitra kerja terkait dalam kegiatan sosialisasi, mobile VCT dan bakti sosial.
Wakil Bupati Gumas Efrensia L.P Umbing mengatakan, kegiatan baksos yang dilakukan di antaranya pemeriksaan dan pengobatan gratis yang dilayani tenaga dokter spesialis anak, spesialis penyakit dalam, dan spesialis paru, vaksinasi COVID-19, serta bazar.
“Bakti sosial bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan langsung dari dokter spesialis, meningkatkan angka persentase vaksinasi, serta sosialisasi terkait kesehatan termasuk HIV/AIDS,” beber Efrensia.
Lainnya, Pengelola administrasi KPA Gumas Andika Saputra mengatakan, total jumlah kasus HIV/AIDS yang terdata dari tahun 2017 – 2021 berjumlah 48 kasus, dimana ada enam orang yang sudah meninggal dunia, pindah domisili atau pulang ke tempat asal karena kebanyakan pendatang, loss AR atau belum mendapatkan obat ARV, menghilang atau tidak diketahui keberadaanya setelah diperiksa dan dinyatakan positif atau reaktif HIV.
Sampai sekarang yang aktif menjalani pengobatan di RSUD Kuala Kurun cuma ada 13 orang, di mana sebagian memilih menjalani perawatan dan pengobatan di Palangka Raya atau di RSUD Doris Sylvanus.
Baca juga: Kemenkes: Varian Omicron berkaitan dengan infeksi HIV
Baca juga: Faktor risiko seseorang terinfeksi HIV melalui tato hingga seks bebas
Baca juga: Syarat bagi pengidap HIV/AIDS untuk mendapatkan vaksin COVID-19
“Upaya penanganan HIV/AIDS harus terus dilakukan, mengingat angka kejadiannya masih cukup tinggi di Gumas,” ucapnya saat membuka kegiatan bakti sosial dalam rangka Hari Ulang Tahun PMI, Hari AIDS Sedunia, dan Hari Ibu, di Kecamatan Tewah, Kamis.
Dia menyebut, pemberian informasi mengenai pencegahan HIV/AIDS kepada masyarakat, tes HIV dan pengobatan sedini mungkin serta kolaborasi pemerintah, pihak swasta dan seluruh masyarakat harus terus diperkuat.
Dengan demikian, ujar dia, three zero yakni tidak adanya kasus baru HIV/AIDS, tidak adanya kematian akibat HIV/AIDS, dan tidak adanya stigma atau diskriminasi pada penderita dapat terwujud di tahun 2030.
Baca juga: Panglima TNI akui ada 1.826 prajurit TNI terinfeksi HIV/AIDS
Saat ini Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Gumas aktif melakukan kerja sama dengan Dinas Kesehatan, RSUD Kuala Kurun, PMI serta GOW dan mitra kerja terkait dalam kegiatan sosialisasi, mobile VCT dan bakti sosial.
Wakil Bupati Gumas Efrensia L.P Umbing mengatakan, kegiatan baksos yang dilakukan di antaranya pemeriksaan dan pengobatan gratis yang dilayani tenaga dokter spesialis anak, spesialis penyakit dalam, dan spesialis paru, vaksinasi COVID-19, serta bazar.
“Bakti sosial bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan langsung dari dokter spesialis, meningkatkan angka persentase vaksinasi, serta sosialisasi terkait kesehatan termasuk HIV/AIDS,” beber Efrensia.
Lainnya, Pengelola administrasi KPA Gumas Andika Saputra mengatakan, total jumlah kasus HIV/AIDS yang terdata dari tahun 2017 – 2021 berjumlah 48 kasus, dimana ada enam orang yang sudah meninggal dunia, pindah domisili atau pulang ke tempat asal karena kebanyakan pendatang, loss AR atau belum mendapatkan obat ARV, menghilang atau tidak diketahui keberadaanya setelah diperiksa dan dinyatakan positif atau reaktif HIV.
Sampai sekarang yang aktif menjalani pengobatan di RSUD Kuala Kurun cuma ada 13 orang, di mana sebagian memilih menjalani perawatan dan pengobatan di Palangka Raya atau di RSUD Doris Sylvanus.
Baca juga: Kemenkes: Varian Omicron berkaitan dengan infeksi HIV
Baca juga: Faktor risiko seseorang terinfeksi HIV melalui tato hingga seks bebas
Baca juga: Syarat bagi pengidap HIV/AIDS untuk mendapatkan vaksin COVID-19