Muara Teweh (ANTARA) - Program Jaminan kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) nyata dirasakan manfaatnya bagi Mardhatillah (34), warga Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Ia bercerita pengalamannya bersalin melahirkan dari anak pertama pada tahun 2014 harus dilakukan operasi caesar dan saat itu telah menjadi peserta JKN-KIS yang terdaftar dari segmen peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.
"Pertama di tahun 2014, saya terdaftar sebagai peserta JKN-KIS yang pada saat itu ditanggung oleh Pemprov Kalteng, karena indikasi medis plasenta previa saat diperiksa di RSUD Muara Teweh maka persalinan harus melalui tindakan operasi caesar dan tidak ada biaya sama sekali karena telah ditanggung oleh program JKN-KIS," ucapnya di Muara Teweh, Senin (06/12)
Kemudian, kata dia, berselang tiga tahun, dia bersalin kembali melalui tindakan operasi caesar.
"Pada tahun 2017 saat itu persalinan kembali menggunakan kartu JKN-KIS sebagai peserta dari tanggungan perusahaan tempat kerja suami, tidak ada biaya yang dikeluarkan dan pelayanannya pun memuaskan dan tidak ada dibeda-bedakan," katanya.
Selanjutnya di tahun 2019, Mardhatillah menjalani persalinan ketiga kalinya yang juga kembali harus dijalani secara operasi caesar.
"Di tahun 2019 itu operasi caesar lagi, sama sebelumnya tidak ada kendala dan semua mudah dalam akses layanannya, semua pengalaman dalam mengakses layanan JKN-KIS berasa nyata manfaatnya karena jika tidak ada JKN-KIS akan sangat terbebani akan biaya berobat dan bersalinnya,” tambahnya.
Dia juga berharap pengalamannya tersebut dapat menjadi gambaran bagi masyarakat yang belum mendaftar menjadi peserta JKN-KIS dan mengajak mereka untuk dapat mendaftar.
"Dengan berbagai kondisi ekonomi masyarakat adanya program JKN-KIS tentu akan sangat membantu khususnya dalam akses dan biaya akan layanan kesehatan, harapannya bagi masyarakat yang belum mendaftar dapat menjadi peserta JKN-KIS dari pengalaman yang saya rasakan JKN-KIS nyata manfaatnya," ujarnya.
Ia bercerita pengalamannya bersalin melahirkan dari anak pertama pada tahun 2014 harus dilakukan operasi caesar dan saat itu telah menjadi peserta JKN-KIS yang terdaftar dari segmen peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibayarkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.
"Pertama di tahun 2014, saya terdaftar sebagai peserta JKN-KIS yang pada saat itu ditanggung oleh Pemprov Kalteng, karena indikasi medis plasenta previa saat diperiksa di RSUD Muara Teweh maka persalinan harus melalui tindakan operasi caesar dan tidak ada biaya sama sekali karena telah ditanggung oleh program JKN-KIS," ucapnya di Muara Teweh, Senin (06/12)
Kemudian, kata dia, berselang tiga tahun, dia bersalin kembali melalui tindakan operasi caesar.
"Pada tahun 2017 saat itu persalinan kembali menggunakan kartu JKN-KIS sebagai peserta dari tanggungan perusahaan tempat kerja suami, tidak ada biaya yang dikeluarkan dan pelayanannya pun memuaskan dan tidak ada dibeda-bedakan," katanya.
Selanjutnya di tahun 2019, Mardhatillah menjalani persalinan ketiga kalinya yang juga kembali harus dijalani secara operasi caesar.
"Di tahun 2019 itu operasi caesar lagi, sama sebelumnya tidak ada kendala dan semua mudah dalam akses layanannya, semua pengalaman dalam mengakses layanan JKN-KIS berasa nyata manfaatnya karena jika tidak ada JKN-KIS akan sangat terbebani akan biaya berobat dan bersalinnya,” tambahnya.
Dia juga berharap pengalamannya tersebut dapat menjadi gambaran bagi masyarakat yang belum mendaftar menjadi peserta JKN-KIS dan mengajak mereka untuk dapat mendaftar.
"Dengan berbagai kondisi ekonomi masyarakat adanya program JKN-KIS tentu akan sangat membantu khususnya dalam akses dan biaya akan layanan kesehatan, harapannya bagi masyarakat yang belum mendaftar dapat menjadi peserta JKN-KIS dari pengalaman yang saya rasakan JKN-KIS nyata manfaatnya," ujarnya.