Stockholm (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) Swedia Magdalena Andersson pada Senin (16/5) mengumumkan keputusan resmi untuk memulai proses pengajuan keanggotaan negaranya di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO).

"Jelas bahwa ada mayoritas yang luas di parlemen Swedia (yang meminta) agar Swedia bergabung dengan NATO," kata Andersson dalam konferensi pers.

"Kami meninggalkan satu era dan masuk ke era lainnya. Kami akan memberi tahu NATO bahwa kami ingin menjadi anggota aliansi itu," katanya.

Menurut Andersson, duta besar Swedia untuk NATO di Brussel akan mengajukan aplikasi keanggotaan negaranya di NATO dalam beberapa hari ke depan. Aplikasi keanggotaan tersebut akan diajukan bersama dengan Finlandia.

Pemerintah juga telah memutuskan sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang memungkinkan Swedia menerima dukungan militer dari semua negara Uni Eropa (UE) dan NATO, tambahnya.

Pada Minggu (15/5), Partai Sosial Demokrat (Social Democratic Party/SAP) yang berkuasa di Swedia memberikan dukungan untuk pengajuan keanggotaan negaranya di NATO, menandai perubahan mendasar dalam posisi partai itu sebagai penentang keras keberpihakan militer.

Namun, keputusan SAP tersebut menuai kritik dan kekhawatiran di dalam negeri.

"Melalui keputusan ini, Swedia berkontribusi untuk membuat dunia lebih termiliterisasi dan terpolarisasi. Keanggotaan NATO tidak membuat Swedia atau dunia lebih aman atau demokratis, justru sebaliknya," tulis Agnes Hellstrom, ketua Swedish Peace and Arbitration Society, dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Ketua Swedish Social Democratic Youth Union Lisa Nabo mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serikat tersebut menuntut pemerintah "menjamin Swedia bebas dari senjata nuklir, menjadi zona bebas senjata nuklir di seluruh wilayah Nordik, dan bahwa pangkalan militer asing tidak akan didirikan di Swedia." 

Pewarta : Xinhua
Uploader : Ronny
Copyright © ANTARA 2024