Palangka Raya (ANTARA) - Sejumlah peserta Pelatihan Literasi Media yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Kalimantan Tengah menganggap, materi terkait cara memahami dan mengetahui menangkal kabar bohong atau hoaks serta algoritma media sosial, harus lebih sering dan diperkuat diberikan ke masyarakat, terkhusus generasi muda.
Pemberian pemahaman terhadap cara menangkal hoaks ini perlu diperkuat karena sangat sulit membedakan apakah informasi atau berita itu benar atau tidak, kata Rahmawati, salah seorang peserta Pelatihan Literasi Media di Palangka Raya, Rabu.
"Saya termasuk aktif menggunakan media sosial, tapi terkadang masih kesusahan membedakan informasi itu benar atau tidak. Itu kenapa sangat perlu cara mencegah dan menangkal hoaks terus diberikan kepada masyarakat," kata perempuan lulusan Fisipol UMPR ini.
Hal senada juga diungkapkan Anwidur yang juga menjadi peserta pelatihan dan merupakan Guru di SMA Negeri 1 Palangka Raya. Menurut dia, apabila seseorang kurang jeli melihat apakah berita itu hoaks atau tidak, dapat menimbulkan keresahan.
Untuk itu, kata dia, materi cara mengenal dan mengatasi hoaks yang diberikan dalam pelatihan Literasi Media AMSI ini, sangat perlu diketahui masyarakat Kalteng. Sebab, melalui cara itu, masyarakat menjadi tidak mudah resah terhadap berita atau informasi yang bersifat bohong atau hoaks.
"Saya akan sampaikan dan sebarkan ke peserta didik di SMAN1 cara-cara mencegah dan menangkal hoaks ini. Jangan sampai mereka-mereka ini menjadi bagian penyebar dan korban hoaks," kata Anwidur.
Baca juga: Ikut pelatihan Literasi media, warga Kalteng semakin sadar dampak medsos
Sementara itu, Annisa Rizki Ananda selaku Dosen Ilmu Komunikasi Fisipol UMPR sekaligus peserta pelatihan Literasi Media mengaku, dirinya lebih tertarik terhadap materi meretas algoritma media sosial. Bagi dirinya, materi tersebut baru diketahui di pelatihan yang di selenggarakan AMSI.
Dia mengatakan, algoritma ini penting diketahui oleh orang-orang yang memang aktif menggunakan media sosial, serta berkeinginan menjadikannya bisnis. Sebab, algoritma ini membuat seseorang menjadi lebih tahu hal-hal baru dan cepat dibaca oleh sistem media sosial, baik itu IG, Facebook, Tik Tok dan aplikasi lainnya.
"Algoritma ini juga cukup asing Ilmu Komunikasi. Jadi, memang saya sangat tertarik dengan materi ini," kata Annisa.
Adapun materi yang diberikan AMSI dalam pelatihan Literasi Media di Kalteng yakni, Dampak Media Sosial untuk pemahaman publik mengenai informasi, Rilis Pers dan Esensi Karya Jurnalistik, mengenal advertorial dan bentuk native advertising lain, dan mengenali jurnalisme yang mengabdi pada publik, meretas algoritma media sosial, Kebenaran, Bukti dan Batasan Jurnalisme, Mewaspadai makna Ganda: Efek Foto/visual dalam berita.
Baca juga: Pemprov Kalteng minta AMSI bantu ciptakan ekosistem media sehat
Pemberian pemahaman terhadap cara menangkal hoaks ini perlu diperkuat karena sangat sulit membedakan apakah informasi atau berita itu benar atau tidak, kata Rahmawati, salah seorang peserta Pelatihan Literasi Media di Palangka Raya, Rabu.
"Saya termasuk aktif menggunakan media sosial, tapi terkadang masih kesusahan membedakan informasi itu benar atau tidak. Itu kenapa sangat perlu cara mencegah dan menangkal hoaks terus diberikan kepada masyarakat," kata perempuan lulusan Fisipol UMPR ini.
Hal senada juga diungkapkan Anwidur yang juga menjadi peserta pelatihan dan merupakan Guru di SMA Negeri 1 Palangka Raya. Menurut dia, apabila seseorang kurang jeli melihat apakah berita itu hoaks atau tidak, dapat menimbulkan keresahan.
Untuk itu, kata dia, materi cara mengenal dan mengatasi hoaks yang diberikan dalam pelatihan Literasi Media AMSI ini, sangat perlu diketahui masyarakat Kalteng. Sebab, melalui cara itu, masyarakat menjadi tidak mudah resah terhadap berita atau informasi yang bersifat bohong atau hoaks.
"Saya akan sampaikan dan sebarkan ke peserta didik di SMAN1 cara-cara mencegah dan menangkal hoaks ini. Jangan sampai mereka-mereka ini menjadi bagian penyebar dan korban hoaks," kata Anwidur.
Baca juga: Ikut pelatihan Literasi media, warga Kalteng semakin sadar dampak medsos
Sementara itu, Annisa Rizki Ananda selaku Dosen Ilmu Komunikasi Fisipol UMPR sekaligus peserta pelatihan Literasi Media mengaku, dirinya lebih tertarik terhadap materi meretas algoritma media sosial. Bagi dirinya, materi tersebut baru diketahui di pelatihan yang di selenggarakan AMSI.
Dia mengatakan, algoritma ini penting diketahui oleh orang-orang yang memang aktif menggunakan media sosial, serta berkeinginan menjadikannya bisnis. Sebab, algoritma ini membuat seseorang menjadi lebih tahu hal-hal baru dan cepat dibaca oleh sistem media sosial, baik itu IG, Facebook, Tik Tok dan aplikasi lainnya.
"Algoritma ini juga cukup asing Ilmu Komunikasi. Jadi, memang saya sangat tertarik dengan materi ini," kata Annisa.
Adapun materi yang diberikan AMSI dalam pelatihan Literasi Media di Kalteng yakni, Dampak Media Sosial untuk pemahaman publik mengenai informasi, Rilis Pers dan Esensi Karya Jurnalistik, mengenal advertorial dan bentuk native advertising lain, dan mengenali jurnalisme yang mengabdi pada publik, meretas algoritma media sosial, Kebenaran, Bukti dan Batasan Jurnalisme, Mewaspadai makna Ganda: Efek Foto/visual dalam berita.
Baca juga: Pemprov Kalteng minta AMSI bantu ciptakan ekosistem media sehat