Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo memberikan tips agar pasangan suami istri tetap nyaman dan bergairah melakukan hubungan seksual meski sedang menjalani program Keluarga Berencana (KB).
Baca juga: Sudah aktif berhubungan intim, ini syarat wanita yang bisa dapat vaksin HPV
Pasalnya, saat menjalani program KB, beberapa orang mengeluh tidak nyaman bahkan tidak bergairah untuk melakukan hubungan seksual bersama pasangannya. Hal itu karena beberapa jenis alat kontrasepsi, terutama yang mengandung anti androgen tinggi, menyebabkan libido menurun.
"Untuk mengatasinya keluhan-keluhan itu, tergantung dengan jenis KB-nya. Misalnya pakai KB hormonal, vaginanya jadi kurang basah sehingga kalau berhubungan seks tidak nyaman, maka bisa ganti dengan KB yang kombinasi estrogen dan progesteron," kata Hasto yang juga merupakan dokter kandungan itu saat dihubungi ANTARA di Jakarta, ditulis Rabu.
Baca juga: Perlukah jeda waktu berhubungan intim setelah melahirkan?
Diketahui, KB hormonal sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu KB yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron, dan KB yang hanya mengandung progesteron.
Di dalam tubuh wanita, tingginya hormon estrogen dapat menyebabkan peningkatan gairah aktivitas seksual. Sebaliknya, tingginya progesteron akan menurunkan gairah seksual.
Dengan demikian, penggunaan KB yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron dinilai tepat agar libido dapat kembali ke tingkat normal. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan KB bukan satu-satunya faktor yang menurunkan libido.
Sementara itu, untuk penggunaan alat kontrasepsi non hormonal seperti kondom, Hasto menyarankan suami memakai kondom yang berbahan lateks.
"Kalau pakai yang terbuat dari plastik, kemudian jadinya kurang nyaman dan kurang bergairah karena tidak bisa mentransfer rasa hangat misalnya, maka bisa diganti dengan yang berbahan lateks," ujar Hasto.
Baca juga: Kenali gejala infeksi jamur pada 'miss V'
"Selain itu juga kan ada kondom," sambungnya.
Namun, jika permasalahan masih sering terjadi meski telah berusaha mengatasinya, maka konsultasi dengan dokter adalah pilihan yang tepat.
"Karena menurut saya, keluhan-keluhan itu ada solusinya. Masing-masing bisa diselesaikan dengan berkonsultasi," imbuh Hasto.
Meski demikian, Hasto berpesan bahwa keluhan-keluhan tersebut jangan membuat masyarakat menjadi takut untuk melaksanakan KB.
"Kan ada juga orang yang enggak pakai KB tapi stres karena pas mau berhubungan seks, takut hamil, akhirnya enggak jadi ereksi. Begitu sudah KB kan enggak perlu khawatir lagi," tutup Hasto.
Baca juga: Berhubungan intim setelah divaksin COVID-19, amankah?
Baca juga: Cara aman berhubungan intim bagi pengantin baru selama pandemi
Baca juga: Seberapa bahaya berhubungan intim di kolam renang?
Baca juga: Sudah aktif berhubungan intim, ini syarat wanita yang bisa dapat vaksin HPV
Pasalnya, saat menjalani program KB, beberapa orang mengeluh tidak nyaman bahkan tidak bergairah untuk melakukan hubungan seksual bersama pasangannya. Hal itu karena beberapa jenis alat kontrasepsi, terutama yang mengandung anti androgen tinggi, menyebabkan libido menurun.
"Untuk mengatasinya keluhan-keluhan itu, tergantung dengan jenis KB-nya. Misalnya pakai KB hormonal, vaginanya jadi kurang basah sehingga kalau berhubungan seks tidak nyaman, maka bisa ganti dengan KB yang kombinasi estrogen dan progesteron," kata Hasto yang juga merupakan dokter kandungan itu saat dihubungi ANTARA di Jakarta, ditulis Rabu.
Baca juga: Perlukah jeda waktu berhubungan intim setelah melahirkan?
Diketahui, KB hormonal sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu KB yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron, dan KB yang hanya mengandung progesteron.
Di dalam tubuh wanita, tingginya hormon estrogen dapat menyebabkan peningkatan gairah aktivitas seksual. Sebaliknya, tingginya progesteron akan menurunkan gairah seksual.
Dengan demikian, penggunaan KB yang mengandung kombinasi estrogen dan progesteron dinilai tepat agar libido dapat kembali ke tingkat normal. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan KB bukan satu-satunya faktor yang menurunkan libido.
Sementara itu, untuk penggunaan alat kontrasepsi non hormonal seperti kondom, Hasto menyarankan suami memakai kondom yang berbahan lateks.
"Kalau pakai yang terbuat dari plastik, kemudian jadinya kurang nyaman dan kurang bergairah karena tidak bisa mentransfer rasa hangat misalnya, maka bisa diganti dengan yang berbahan lateks," ujar Hasto.
Baca juga: Kenali gejala infeksi jamur pada 'miss V'
"Selain itu juga kan ada kondom," sambungnya.
Namun, jika permasalahan masih sering terjadi meski telah berusaha mengatasinya, maka konsultasi dengan dokter adalah pilihan yang tepat.
"Karena menurut saya, keluhan-keluhan itu ada solusinya. Masing-masing bisa diselesaikan dengan berkonsultasi," imbuh Hasto.
Meski demikian, Hasto berpesan bahwa keluhan-keluhan tersebut jangan membuat masyarakat menjadi takut untuk melaksanakan KB.
"Kan ada juga orang yang enggak pakai KB tapi stres karena pas mau berhubungan seks, takut hamil, akhirnya enggak jadi ereksi. Begitu sudah KB kan enggak perlu khawatir lagi," tutup Hasto.
Baca juga: Berhubungan intim setelah divaksin COVID-19, amankah?
Baca juga: Cara aman berhubungan intim bagi pengantin baru selama pandemi
Baca juga: Seberapa bahaya berhubungan intim di kolam renang?