Jakarta (ANTARA) - Belakangan ini jagat sosial media diramaikan dengan hadirnya para remaja dari Citayam dan Bojonggede, Jawa Barat, dengan pakaian yang bisa dibilang unik dan nyentrik kemudian berkumpul di Kawasan BNI City Sudirman, Jakarta.
Dewi Utari, seorang pemerhati mode berpendapat cara berpakaian mereka cukup kreatif sesuai dengan gaya pribadi mereka dan tidak mempermasalahkan kehadirannya di ruang publik. Wanita yang juga menekuni bidang kuliner kue itu mengatakan, gaya yang ditampilkan oleh para "ABG" asal Depok itu bisa disebut sebagai street fashion yang cukup unik.
“Baik atau buruknya relatif, tergantung bagaimana selera busana yang melihatnya,” tulis Dewi melalui pesan singkat yang diterima ANTARA, Rabu.
“Dandanan mereka atau siapapun yang ditemukan di jalan betul dinamakan street style, sesuai dengan arti dalam Bahasa Indonesia,” ucapnya.
Baca juga: Coach kembali hadirkan 'pop-up store' bernuansa Subway New York
Bahkan karena gaya berpakaiannya, sekelompok remaja ini sempat viral dengan sebutan ‘Citayam Fashion Week’ oleh warganet. Namun Dewi sedikit menampik bahwa istilah fashion week merupakan sebuah ajang busana resmi yang diadakan dalam sepekan atau beberapa minggu penuh berisi label busana tertentu.
Dengan ramainya soal gaya berbusana ini menurut Dewi bisa menaikkan penjualan produk Indonesia karena kebanyakan mereka memakai produk lokal.
“Tentu bisa, karena mereka pasti membutuhkan asupan produk fashion mulai dari busana hingga alas kaki sebagai penunjang gaya berbusana mereka” ucap stylist yang pernah bekerja sama dengan Dian Sastrowardoyo ini.
Ia pun memberikan tips berpakaian untuk para remaja yang sedang mencari jati diri dari gaya personalnya. Kenyamanan menjadi hal utama dalam berbusana untuk remaja.
“Tidak ada aturan khusus, hanya saja yang bisa aku sarankan untuk tetap menjaga kenyamanan dalam berbusana, tanpa harus mengurangi daya tarik busana pribadi mereka,” tutupnya.
Viralnya kedatangan sekumpulan remaja Citayam dan Bojonggede disekitar Sudriman dan Dukuh Atas ini menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat.
Salah satunya Siti Hastiening, yang mengaku mengetahui berita viral ini dari sosial media twitter.
“Selama mereka tidak mengganggu, tidak bikin onar dan tidak tawuran tidak ada salahnya. Itu bentuk ekspresi mereka, dengan itu mereka jadi kreatif dan akhirnya viral, mungkin membuka rejeki juga bagi mereka,” ucapnya saat dihubungi ANTARA lewat telepon di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, gaya para remaja asal Depok dan Bogor ini terlihat apa adanya dan ia berkeinginan untuk melihat secara langsung apa yang mereka lakukan disana.
“Menjadi pertanyaan kenapa mereka memilih stasiun MRT Sudirman. Apa karena bagus view-nya atau sepi, karena sekarang view stasiun MRT juga bagus-bagus,” tutupnya.
Baca juga: Kiat berbusana nyaman di tengah cuaca tak menentu
Baca juga: Ini perbedaan 'genderless fashion' dan 'androgynous fashio' menurut pakar
Baca juga: Ricky Harun bersama jenama fesyen luncurkan koleksi kaos
Dewi Utari, seorang pemerhati mode berpendapat cara berpakaian mereka cukup kreatif sesuai dengan gaya pribadi mereka dan tidak mempermasalahkan kehadirannya di ruang publik. Wanita yang juga menekuni bidang kuliner kue itu mengatakan, gaya yang ditampilkan oleh para "ABG" asal Depok itu bisa disebut sebagai street fashion yang cukup unik.
“Baik atau buruknya relatif, tergantung bagaimana selera busana yang melihatnya,” tulis Dewi melalui pesan singkat yang diterima ANTARA, Rabu.
“Dandanan mereka atau siapapun yang ditemukan di jalan betul dinamakan street style, sesuai dengan arti dalam Bahasa Indonesia,” ucapnya.
Baca juga: Coach kembali hadirkan 'pop-up store' bernuansa Subway New York
Bahkan karena gaya berpakaiannya, sekelompok remaja ini sempat viral dengan sebutan ‘Citayam Fashion Week’ oleh warganet. Namun Dewi sedikit menampik bahwa istilah fashion week merupakan sebuah ajang busana resmi yang diadakan dalam sepekan atau beberapa minggu penuh berisi label busana tertentu.
Dengan ramainya soal gaya berbusana ini menurut Dewi bisa menaikkan penjualan produk Indonesia karena kebanyakan mereka memakai produk lokal.
“Tentu bisa, karena mereka pasti membutuhkan asupan produk fashion mulai dari busana hingga alas kaki sebagai penunjang gaya berbusana mereka” ucap stylist yang pernah bekerja sama dengan Dian Sastrowardoyo ini.
Ia pun memberikan tips berpakaian untuk para remaja yang sedang mencari jati diri dari gaya personalnya. Kenyamanan menjadi hal utama dalam berbusana untuk remaja.
“Tidak ada aturan khusus, hanya saja yang bisa aku sarankan untuk tetap menjaga kenyamanan dalam berbusana, tanpa harus mengurangi daya tarik busana pribadi mereka,” tutupnya.
Viralnya kedatangan sekumpulan remaja Citayam dan Bojonggede disekitar Sudriman dan Dukuh Atas ini menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat.
Salah satunya Siti Hastiening, yang mengaku mengetahui berita viral ini dari sosial media twitter.
“Selama mereka tidak mengganggu, tidak bikin onar dan tidak tawuran tidak ada salahnya. Itu bentuk ekspresi mereka, dengan itu mereka jadi kreatif dan akhirnya viral, mungkin membuka rejeki juga bagi mereka,” ucapnya saat dihubungi ANTARA lewat telepon di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, gaya para remaja asal Depok dan Bogor ini terlihat apa adanya dan ia berkeinginan untuk melihat secara langsung apa yang mereka lakukan disana.
“Menjadi pertanyaan kenapa mereka memilih stasiun MRT Sudirman. Apa karena bagus view-nya atau sepi, karena sekarang view stasiun MRT juga bagus-bagus,” tutupnya.
Baca juga: Kiat berbusana nyaman di tengah cuaca tak menentu
Baca juga: Ini perbedaan 'genderless fashion' dan 'androgynous fashio' menurut pakar
Baca juga: Ricky Harun bersama jenama fesyen luncurkan koleksi kaos