Yogyakarta (ANTARA) - Sebanyak lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan tongkat pintar multifungsi untuk mendeteksi kesehatan dan proteksi lanjut usia dan tunanetra.
"Kami mengembangkan tongkat ini karena rasa empati kami terhadap lansia. Karena, mereka rentan terjatuh, bahkan sampai masuk rumah sakit. Maka, kami membuat tongkat pintar ini untuk membantu mereka sehari-hari," kata mahasiswi Fakultas Kedokteran UGM Johana Gracia di Ruang Fortakgama UGM di Yogyakarta, Jumat.
Tongkat yang dinamai "In-SWALST" (IoT Based Smart Walking Stick for Real Time Health Monitoring) ini dikembangkan Johana bersama Kristian Bima Aryayudha (Elektronika dan Instrumentasi), Kenniskiu Fortino Kurniawan (Ilmu Komputer), Abdul Adzim Iftikar Mardiansjah (Teknik Mesin), Yovanti Trifa Mivea (Elektronika dan Instrumentasi), Elmara Nugra Ristia (Kehutanan), dan Fatma Tiara Mahfudiani (Kehutanan).
Menurut dia, tongkat pintar itu dikembangkan dengan sejumlah fitur penting, di antaranya sensor pendeteksi kesehatan berupa saturasi oksigen, detak jantung, dan suhu tubuh yang terhubung langsung ke website In-SWALST secara real time.
Mahasiswa UGM menunjukkan tongkat pintar multifungsi berbasis internet untuk lansia dan tunanetra yang dinamai In- SWALST (IoT Based Smart Walking Stick for Real Time Health Monitoring) karyanya saat jumpa pers di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, D.I Yogyakarta, Jumat (16/9/2022). Tongkat karya mahasiswa UGM itu memiliki sejumlah fitur diantaranya adalah sensor pendeteksi kesehatan berupa saturasi oksigen, detak jantung, dan suhu tubuh yang terhubung langsung ke website In-SWALST secara real-time. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/aww
"Jadi data kesehatan yang sudah terukur melalui tongkat ini akan langsung masuk ke website," ujar Johana.
Sementara itu, Aryayudha mengatakan tongkat jalan tersebut juga memiliki banyak fungsi proteksi untuk memberikan keamanan lebih bagi para lansia dan tunanetra.
Menurut dia, tongkat In-SWALST akan bergetar saat terdapat objek di depan pengguna yang berjarak sekitar 75 cm.
Baca juga: Kemenkes deteksi 91 kasus hepatitis akut misterius
Baca juga: Pemprov Kalteng-Tim Ahli UGM rumuskan terobosan percepat pembangunan
Dengan fitur tersebut, dapat menurunkan risiko jatuh karena menabrak objek bagi para lansia dan tunanetra. "Untuk menekan risiko jatuh pada lansia dan tunanetra kami mengintegrasikan sensor posisi, sehingga saat tongkat maupun pengguna terjatuh, alarm pada tongkat akan berbunyi, sehingga orang sekitar bisa datang memberikan bantuan," kata dia.
Abdul Adzim menambahkan untuk mengurangi risiko terpeleset penggunanya, mereka melengkapi tongkat pintar dengan sensor yang bisa mendeteksi genangan air.
Mahasiswa UGM menunjukkan tongkat pintar multifungsi berbasis internet untuk lansia dan tunanetra yang dinamai In- SWALST (IoT Based Smart Walking Stick for Real Time Health Monitoring) karyanya saat jumpa pers di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, D.I Yogyakarta, Jumat (16/9/2022). Tongkat karya mahasiswa UGM itu memiliki sejumlah fitur diantaranya adalah sensor pendeteksi kesehatan berupa saturasi oksigen, detak jantung, dan suhu tubuh yang terhubung langsung ke website In-SWALST secara real-time. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc.
Sensor tersebut bekerja dengan menghasilkan getaran yang bisa langsung dirasakan oleh para lansia dan tunanetra saat berada di genangan air.
Selain itu, lanjutnya, In-SWALST juga dilengkapi dengan fitur GPS yang berguna untuk mencari lokasi terakhir dari tongkat yang bisa diakses melalui website milik In- SWALST.
Selain itu, saat pengguna berada pada kondisi kurang cahaya atau gelap, lampu LED yang tersedia pada tongkat menyala secara otomatis.
Abdul Adzim berharap In-SWALST dapat menjadi salah satu alat kesehatan yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para lansia dan tunanetra.
"Ke depannya, kami juga berharap tongkat In-SWALST bisa terintegrasi dengan pihak rumah sakit dalam hal monitoring kesehatan pasien lansia dan tunanetra," ujar dia.
Baca juga: Rumpun ilmu sosial UGM tembus peringkat 153 terbaik dunia
Baca juga: Menhan Prabowo teken kerja sama pengembangan Iptek dengan UGM
Baca juga: UGM bangun kawasan kerohanian lima agama satu area
Baca juga: Mahasiswa UGM olah limbah kulit durian jadi pot ramah lingkungan
"Kami mengembangkan tongkat ini karena rasa empati kami terhadap lansia. Karena, mereka rentan terjatuh, bahkan sampai masuk rumah sakit. Maka, kami membuat tongkat pintar ini untuk membantu mereka sehari-hari," kata mahasiswi Fakultas Kedokteran UGM Johana Gracia di Ruang Fortakgama UGM di Yogyakarta, Jumat.
Tongkat yang dinamai "In-SWALST" (IoT Based Smart Walking Stick for Real Time Health Monitoring) ini dikembangkan Johana bersama Kristian Bima Aryayudha (Elektronika dan Instrumentasi), Kenniskiu Fortino Kurniawan (Ilmu Komputer), Abdul Adzim Iftikar Mardiansjah (Teknik Mesin), Yovanti Trifa Mivea (Elektronika dan Instrumentasi), Elmara Nugra Ristia (Kehutanan), dan Fatma Tiara Mahfudiani (Kehutanan).
Menurut dia, tongkat pintar itu dikembangkan dengan sejumlah fitur penting, di antaranya sensor pendeteksi kesehatan berupa saturasi oksigen, detak jantung, dan suhu tubuh yang terhubung langsung ke website In-SWALST secara real time.
"Jadi data kesehatan yang sudah terukur melalui tongkat ini akan langsung masuk ke website," ujar Johana.
Sementara itu, Aryayudha mengatakan tongkat jalan tersebut juga memiliki banyak fungsi proteksi untuk memberikan keamanan lebih bagi para lansia dan tunanetra.
Menurut dia, tongkat In-SWALST akan bergetar saat terdapat objek di depan pengguna yang berjarak sekitar 75 cm.
Baca juga: Kemenkes deteksi 91 kasus hepatitis akut misterius
Baca juga: Pemprov Kalteng-Tim Ahli UGM rumuskan terobosan percepat pembangunan
Dengan fitur tersebut, dapat menurunkan risiko jatuh karena menabrak objek bagi para lansia dan tunanetra. "Untuk menekan risiko jatuh pada lansia dan tunanetra kami mengintegrasikan sensor posisi, sehingga saat tongkat maupun pengguna terjatuh, alarm pada tongkat akan berbunyi, sehingga orang sekitar bisa datang memberikan bantuan," kata dia.
Abdul Adzim menambahkan untuk mengurangi risiko terpeleset penggunanya, mereka melengkapi tongkat pintar dengan sensor yang bisa mendeteksi genangan air.
Sensor tersebut bekerja dengan menghasilkan getaran yang bisa langsung dirasakan oleh para lansia dan tunanetra saat berada di genangan air.
Selain itu, lanjutnya, In-SWALST juga dilengkapi dengan fitur GPS yang berguna untuk mencari lokasi terakhir dari tongkat yang bisa diakses melalui website milik In- SWALST.
Selain itu, saat pengguna berada pada kondisi kurang cahaya atau gelap, lampu LED yang tersedia pada tongkat menyala secara otomatis.
Abdul Adzim berharap In-SWALST dapat menjadi salah satu alat kesehatan yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para lansia dan tunanetra.
"Ke depannya, kami juga berharap tongkat In-SWALST bisa terintegrasi dengan pihak rumah sakit dalam hal monitoring kesehatan pasien lansia dan tunanetra," ujar dia.
Baca juga: Rumpun ilmu sosial UGM tembus peringkat 153 terbaik dunia
Baca juga: Menhan Prabowo teken kerja sama pengembangan Iptek dengan UGM
Baca juga: UGM bangun kawasan kerohanian lima agama satu area
Baca juga: Mahasiswa UGM olah limbah kulit durian jadi pot ramah lingkungan