Kuala KurunĀ (ANTARA) - Legislator Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Rayaniatie Djangkan berharap seluruh pemangku kepentingan bisa bersatu dan bersinergi untuk mendukung pengembangan Desa Tumbang Anoi di Kecamatan Damang Batu.
Pengembangan Tumbang Anoi tidak bisa berjalan lancar jika hanya dibebankan kepada Pemerintah Kabupaten Gunung Mas, mengingat keterbatasan anggaran, kata Rayaniatie di Kuala Kurun, Minggu.
“Seluruh pemangku kepentingan yang saya maksud di sini baik itu pemerintah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, pusat, hingga seluruh Suku Dayak yang ada di dunia,” sambungnya.
Tumbang Anoi merupakan tempat bertemu para tokoh Dayak se-Kalimantan, untuk membahas berbagai kondisi maupun dinamika masyarakat di tahun 1894.
Pertemuan yang dilaksanakan di rumah Betang Damang Batu tersebut menghasilkan berbagai kesepakatan, salah satunya adalah menghentikan kebiasaan perang antarsuku.
Tumbang Anoi memiliki makna yang sangat penting. Tidak hanya bagi Gunung Mas, namun juga bagi seluruh Suku Dayak yang ada di Indonesia, Malaysia, maupun Brunei Darussalam.
Baca juga: Kades/lurah se-Gumas diminta data kelompok sasaran prioritas intervensi stunting
“Gunung Mas sudah memiliki Peraturan Daerah Masyarakat Hukum Adat. Master plan pengembangan wisata Tumbang Anoi juga ada. Bantu kami untuk mewujudkan masterplan tersebut,” kata dia.
Saat ini, sambung dia, belum semua jalan menuju Tumbang Anoi mulus beraspal. Selain itu, sarana dan prasarana juga belum memadai, seperti layanan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan lainnya.
Oleh sebab itu, Rayaniatie berharap pemerintah pusat dan provinsi memberi perhatian lebih terhadap upaya pengembangan Tumbang Anoi, mengingat Tumbang Anoi memiliki makna yang sangat penting bagi Suku Dayak.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Gunung Mas, Yansiterson saat dialog lintas Borneo secara virtual di Kuala Kurun, Rabu (21/9) menyatakan bahwa diperlukan pengakuan, komitmen, dan aksi nyata guna melestarikan dan mengembangkan Tumbang Anoi.
“Tiga hal ini (pengakuan, komitmen, dan aksi nyata) komplit, untuk Tumbang Anoi, untuk Dayak bersatu, untuk Dayak Borneo bersatu. Gunung Mas sebagai simpul sejarah itu, bersama-sama kita semua, siap untuk membangun kebersamaan Dayak se-Kalimantan,” demikian Yansiterson.
Baca juga: Pemkab Gumas siapkan subsidi pakan ikan bagi pembudidaya ikan
Baca juga: Sekda Gumas: Pengembangan Tumbang Anoi perlu komitmen dan aksi nyata
Baca juga: Vaksinasi 'booster' kedua di Gunung Mas capai 73 persen
Pengembangan Tumbang Anoi tidak bisa berjalan lancar jika hanya dibebankan kepada Pemerintah Kabupaten Gunung Mas, mengingat keterbatasan anggaran, kata Rayaniatie di Kuala Kurun, Minggu.
“Seluruh pemangku kepentingan yang saya maksud di sini baik itu pemerintah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, pusat, hingga seluruh Suku Dayak yang ada di dunia,” sambungnya.
Tumbang Anoi merupakan tempat bertemu para tokoh Dayak se-Kalimantan, untuk membahas berbagai kondisi maupun dinamika masyarakat di tahun 1894.
Pertemuan yang dilaksanakan di rumah Betang Damang Batu tersebut menghasilkan berbagai kesepakatan, salah satunya adalah menghentikan kebiasaan perang antarsuku.
Tumbang Anoi memiliki makna yang sangat penting. Tidak hanya bagi Gunung Mas, namun juga bagi seluruh Suku Dayak yang ada di Indonesia, Malaysia, maupun Brunei Darussalam.
Baca juga: Kades/lurah se-Gumas diminta data kelompok sasaran prioritas intervensi stunting
“Gunung Mas sudah memiliki Peraturan Daerah Masyarakat Hukum Adat. Master plan pengembangan wisata Tumbang Anoi juga ada. Bantu kami untuk mewujudkan masterplan tersebut,” kata dia.
Saat ini, sambung dia, belum semua jalan menuju Tumbang Anoi mulus beraspal. Selain itu, sarana dan prasarana juga belum memadai, seperti layanan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan lainnya.
Oleh sebab itu, Rayaniatie berharap pemerintah pusat dan provinsi memberi perhatian lebih terhadap upaya pengembangan Tumbang Anoi, mengingat Tumbang Anoi memiliki makna yang sangat penting bagi Suku Dayak.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kabupaten Gunung Mas, Yansiterson saat dialog lintas Borneo secara virtual di Kuala Kurun, Rabu (21/9) menyatakan bahwa diperlukan pengakuan, komitmen, dan aksi nyata guna melestarikan dan mengembangkan Tumbang Anoi.
“Tiga hal ini (pengakuan, komitmen, dan aksi nyata) komplit, untuk Tumbang Anoi, untuk Dayak bersatu, untuk Dayak Borneo bersatu. Gunung Mas sebagai simpul sejarah itu, bersama-sama kita semua, siap untuk membangun kebersamaan Dayak se-Kalimantan,” demikian Yansiterson.
Baca juga: Pemkab Gumas siapkan subsidi pakan ikan bagi pembudidaya ikan
Baca juga: Sekda Gumas: Pengembangan Tumbang Anoi perlu komitmen dan aksi nyata
Baca juga: Vaksinasi 'booster' kedua di Gunung Mas capai 73 persen