Palangka Raya (ANTARA) - Anggota DPD RI Agustin Teras Narang menyatakan bahwa ada satu jembatan Bowstring atau Tali Busur yang dibangun oleh Arsitek dari Swiss bernama Heinz Frick pada tahun 1975 di salah satu perkampungan Dayak Tertua di Mandomai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Jembatan berbahan kayu ulin yang dibangun bersama sumber daya manusia lokal ini sudah menjadi warisan besar sejarah kebudayaan sekaligus bagian dari kemajuan peradaban Dayak kala itu, kata Teras Narang usai berdiskusi dengan Ikatan Arsitek Indonesia Kalteng tentang Historic Urban Landcape atau lanskap kota bersejarah kawasan Mandomi, melalui daring, Minggu (22/1) malam.
"DI tahun 1975 itu memang ada tiga jembatan kayu yang dibangun di Kalteng. Dua dari tiga jembatan itu sudah sangat lama rusak. Sayangnya, jembatan kayu terakhir di Mandomai itu pun karena alasan keamanan telah dibongkar pada 2020," ucapnya.
Akibat dibongkar itu, lanjut Gubernur Kalteng periode 2005-2015 ini, mendapat perhatian serius dari para arsitek yang mencintai sejarah peradaban dan kebudayaan Dayak di kawasan Mandomai tersebut. Mereka bahkan berharap pemerintah, baik pusat maupun daerah, melakukan revitalisasi jembatan di kawasan eksotis dengan sumber daya perairannya itu.
Teras Narang mengatakan, revitalisasi yang menjadi harapan para arsitek Kalteng itu berkaitan dengan penataan dan pengembangan kawasan kebudayaan dengan ikon jembatan Mandomai dibangun kembali menurut versi lawas, termasuk menggunakan kayu ulin dengan penyesuaian ketinggian dari versi aslinya.
"Saya sepakat dan mendukung harapan para arsitek Kalteng itu. Revitalisasi itu penting sebagai edukasi kesejarahan sekaligus landasan menangkap perubahan zaman yang semakin mengedepankan aspek keberlanjutan," ucapnya.
Anggota MPR RI ini pun meminta pemerintah pusat, terkhusus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dapat meninjau kawasan tersebut dan ikut membantu melakukan revitalisasi jembatan Tali Busur di perkampungan Dayak Tertua di Kalteng ini. Didukung oleh pemerintah daerah, agar revitalisasi kawasan ini dapat dilakukan sebagai bagian dari pembangunan ciri khas dan keunggulan daerah.
Baca juga: KKP tindaklanjuti usulan Teras Narang terkait pengembangan IBILAGA di Pulpis
Dia mengatakan, revitalisasi ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo yang baru-baru ini di Sentul menyampaikan para Kepala Daerah untuk secara kreatif mencari ciri khas daerahnya masing-masing untuk dijual. Revitalisasi kawasan dengan pembangunan kembali atau rekonstruksi jembatan Mandomai menggunakan bahan kayu sesuai model aslinya, bisa jadi pintu masuk untuk membangun keunggulan khas daerah ini.
"Terlebih di kawasan ini ada SMK Mandomai yang memiliki sejarah sebagai lembaga pendidikan teknik kayu tertua di Indonesia, yang kebetulan besok pada tanggal 23/1/2023, akan mengadakan HUT yang ke-56, sekaligus reuni para alumninya," kata Teras Narang.
Langkah revitalisasi ini diyakini oleh rekan-rekan intelektual muda Kalteng ini akan mendapat perhatian secara global, mengingat jembatan kayu Mandomai bila direkonstruksi sesuai bentuk aslinya akan menjadi diskursus pecinta arsitek global. Terlebih catatan sejarah dan detail catatan pembangunannya juga masih tersimpan rapi.
Atas pertimbangan itulah, senator asal Kalteng itu berharap revitalisasi kawasan dengan pendekatan Historic Urban Landscape di Mandomai dapat memperkuat daya saing dan keunggulan daerah.
"Selanjutnya saya mendorong agar ini menjadi diskursus bersama kalangan pecinta sejarah, kebudayaan, arsitektur, dan teknik perkayuan. Melalui seminar nasional, saya harap wacana ini dapat memberi pencerahan dan inspirasi pembangunan yang berkelanjutan bagi kita semua," demikian Teras Narang.
Baca juga: Teras Narang yakin keputusan Megawati terkait capres terbaik bagi Bangsa Indonesia
Baca juga: Dukung pengembangan IBILAGA di Kalteng, Teras Narang surati Menteri KKP
Baca juga: Mencalon kembali ke DPD RI, Teras Narang apresiasi dukungan masyarakat Kalteng
Jembatan berbahan kayu ulin yang dibangun bersama sumber daya manusia lokal ini sudah menjadi warisan besar sejarah kebudayaan sekaligus bagian dari kemajuan peradaban Dayak kala itu, kata Teras Narang usai berdiskusi dengan Ikatan Arsitek Indonesia Kalteng tentang Historic Urban Landcape atau lanskap kota bersejarah kawasan Mandomi, melalui daring, Minggu (22/1) malam.
"DI tahun 1975 itu memang ada tiga jembatan kayu yang dibangun di Kalteng. Dua dari tiga jembatan itu sudah sangat lama rusak. Sayangnya, jembatan kayu terakhir di Mandomai itu pun karena alasan keamanan telah dibongkar pada 2020," ucapnya.
Akibat dibongkar itu, lanjut Gubernur Kalteng periode 2005-2015 ini, mendapat perhatian serius dari para arsitek yang mencintai sejarah peradaban dan kebudayaan Dayak di kawasan Mandomai tersebut. Mereka bahkan berharap pemerintah, baik pusat maupun daerah, melakukan revitalisasi jembatan di kawasan eksotis dengan sumber daya perairannya itu.
Teras Narang mengatakan, revitalisasi yang menjadi harapan para arsitek Kalteng itu berkaitan dengan penataan dan pengembangan kawasan kebudayaan dengan ikon jembatan Mandomai dibangun kembali menurut versi lawas, termasuk menggunakan kayu ulin dengan penyesuaian ketinggian dari versi aslinya.
"Saya sepakat dan mendukung harapan para arsitek Kalteng itu. Revitalisasi itu penting sebagai edukasi kesejarahan sekaligus landasan menangkap perubahan zaman yang semakin mengedepankan aspek keberlanjutan," ucapnya.
Anggota MPR RI ini pun meminta pemerintah pusat, terkhusus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dapat meninjau kawasan tersebut dan ikut membantu melakukan revitalisasi jembatan Tali Busur di perkampungan Dayak Tertua di Kalteng ini. Didukung oleh pemerintah daerah, agar revitalisasi kawasan ini dapat dilakukan sebagai bagian dari pembangunan ciri khas dan keunggulan daerah.
Baca juga: KKP tindaklanjuti usulan Teras Narang terkait pengembangan IBILAGA di Pulpis
Dia mengatakan, revitalisasi ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo yang baru-baru ini di Sentul menyampaikan para Kepala Daerah untuk secara kreatif mencari ciri khas daerahnya masing-masing untuk dijual. Revitalisasi kawasan dengan pembangunan kembali atau rekonstruksi jembatan Mandomai menggunakan bahan kayu sesuai model aslinya, bisa jadi pintu masuk untuk membangun keunggulan khas daerah ini.
"Terlebih di kawasan ini ada SMK Mandomai yang memiliki sejarah sebagai lembaga pendidikan teknik kayu tertua di Indonesia, yang kebetulan besok pada tanggal 23/1/2023, akan mengadakan HUT yang ke-56, sekaligus reuni para alumninya," kata Teras Narang.
Langkah revitalisasi ini diyakini oleh rekan-rekan intelektual muda Kalteng ini akan mendapat perhatian secara global, mengingat jembatan kayu Mandomai bila direkonstruksi sesuai bentuk aslinya akan menjadi diskursus pecinta arsitek global. Terlebih catatan sejarah dan detail catatan pembangunannya juga masih tersimpan rapi.
Atas pertimbangan itulah, senator asal Kalteng itu berharap revitalisasi kawasan dengan pendekatan Historic Urban Landscape di Mandomai dapat memperkuat daya saing dan keunggulan daerah.
"Selanjutnya saya mendorong agar ini menjadi diskursus bersama kalangan pecinta sejarah, kebudayaan, arsitektur, dan teknik perkayuan. Melalui seminar nasional, saya harap wacana ini dapat memberi pencerahan dan inspirasi pembangunan yang berkelanjutan bagi kita semua," demikian Teras Narang.
Baca juga: Teras Narang yakin keputusan Megawati terkait capres terbaik bagi Bangsa Indonesia
Baca juga: Dukung pengembangan IBILAGA di Kalteng, Teras Narang surati Menteri KKP
Baca juga: Mencalon kembali ke DPD RI, Teras Narang apresiasi dukungan masyarakat Kalteng