Mengapa patah hati begitu menyakitkan? Berikut penjelasan menurut sains

Jumat, 3 Februari 2023 13:13 WIB

Jakarta (ANTARA) - Putus cinta atau patah hati dapat memicu luapan emosi negatif yang juga dapat terasa menyakitkan secara fisik. Emosi negatif ini dipengaruhi oleh hormon yakni peningkatan hormon stres kortisol, adrenalin dan noradrenalin, serta penurunan hormon bahagia serotonin dan oksitosin dalam tubuh.

"Ketika putus cinta, kadar oksitosin dan dopamin turun, sementara pada saat yang sama ada peningkatan kadar salah satu hormon yang bertanggung jawab atas stres yakni kortisol," kata Pakar kesehatan yang biasanya menulis artikel medis di Dr Fox Online Pharmacy, Inggris, Dr Deborah Lee seperti disiarkan LiveScience belum lama ini.

Baca juga: Cara cepat pulih dari sakit hati akibat 'dighosting'

Tingkat kortisol yang meningkat ini dapat berkontribusi pada kondisi seperti tekanan darah tinggi, penambahan berat badan, jerawat, dan peningkatan kecemasan.

Penolakan sosial, seperti putus dengan pasangan, juga mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan rasa sakit fisik, menurut sebuah studi tahun 2011 dalam jurnal Biological Sciences.

Psikolog klinis Eric Ryden menuturkan efek neurobiologis patah hati bisa sedemikian rupa sehingga disamakan dengan rasa sakit fisik sebagaimana dibuktikan gejala fisik seperti nyeri dada dan serangan panik, dan merasa terpukul.

"Patah hati tampaknya melibatkan beberapa mekanisme saraf yang sama dengan rasa sakit fisik," tutur dia.

Baca juga: Masalah yang muncul akibat patah hati

Sistem saraf simpatik dan parasimpatis yang biasanya mengimbangi satu sama lain dapat diaktifkan selama patah hati. Sistem saraf simpatik bertanggung jawab atas respons perlawanan tubuh, mempercepat detak jantung dan pernapasan. Sementara sistem saraf parasimpatis bertanggung jawab atas tubuh saat istirahat, menurut Mayo Clinic Neurology Board Review.

Lee mengatakan, hormon yang dilepaskan saat patah hati mengaktifkan dua bagian sistem saraf ini. Otak dan jantung yang merespons menjadi bingung karena menerima pesan yang campur aduk.

"Hal ini bisa mengakibatkan gangguan pada aktivitas listrik jantung, dengan variabilitas detak jantung yang lebih rendah," kata dia.

Seringkali orang dengan variabilitas detak jantung rendah akan menunjukkan gejala seperti kelelahan, kecemasan, depresi, dan kurang tidur.

Variabilitas detak jantung dapat digunakan untuk menilai keadaan klinis pada pasien depresi, menurut makalah tahun 2019 dalam Frontiers in Psychiatry.

Baca juga: Benarkah berat badan menurun saat patah hati?

Baca juga: Tujuh masalah yang disebabkan patah hati

Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

DPRD Seruyan: Hati-hati distribusi logistik pilkada 2024 saat musim hujan

22 November 2024 19:17 Wib

KPK: Artis jadi pejabat hati-hati terima 'endorsement'

16 November 2024 13:59 Wib

DPRD Gunung Mas ingatkan kades hati-hati kelola anggaran

16 November 2024 13:45 Wib

Ketua DPRD Seruyan ingatkan masyarakat hati-hati pengumpulan KTP jelang Pilkada

12 November 2024 8:01 Wib

Orang tua disarankan ati-hati memberikan teh kepada anak

14 October 2024 12:39 Wib
Terpopuler

West Ham tekuk tuan rumah Newcastle

Olahraga - 26 November 2024 15:56 Wib

Usai mencoblos di TPS, begini harapan peserta Pilkada Kapuas

Kabar Daerah - 27 November 2024 16:12 Wib

Dishub Kobar periksa kelaikan angkutan umum jelang Natal dan Tahun Baru

Kabar Daerah - 28 November 2024 7:46 Wib

Kylian Mbappe alami krisis kepercayaan diri

Olahraga - 28 November 2024 20:13 Wib

Imigrasi Palangka Raya raih penghargaan di anugerah Humas Imigrasi

Kabar Daerah - 29 November 2024 16:54 Wib