Jakarta (ANTARA) - Mengganti gula dengan pemanis lain seperti minuman soda “diet” (Diet Coke) tidak akan membantu menurunkan berat badan dan justru dapat menyebabkan masalah kesehatan, kata pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), seperti dikutip DailyMail, Senin.
Minuman bersoda banyak digemari orang karena kesegarannya. Namun, karena alasan kandungan gula kerap membuat orang beralih pada minuman soda "diet" yang diklaim nol gula.
Sayangnya, klaim minuman berkarbonasi itu terbantahkan oleh banyak studi. Para peneliti sepakat bahwa diet soda tetap berdampak buruk pada kesehatan karena kandungan pemanis buatan di dalamnya.
WHO menyarankan seseorang tidak beralih ke pemanis non-gula seperti aspartam, yang ditemukan pada Diet Coke, dalam upaya menurunkan berat badan atau mencegah penyakit terkait diet seperti diabetes tipe 2. Pemanis non-gula populer lainnya termasuk sakarin dan stevia.
Sebaliknya, seseorang perlu mempertimbangkan makan makanan dengan gula alami, seperti buah, serta tetap berpegang pada makanan dan minuman tanpa pemanis.
Baca juga: Cara biasakan konsumsi makanan sehat menurut pakar
Rekomendasi baru ini didasarkan pada tinjauan bukti sistematis yang menemukan penggunaan pemanis non-gula tidak memberikan manfaat jangka panjang dalam mengurangi lemak tubuh pada orang dewasa atau anak-anak.
Studi observasi jangka panjang menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi banyak alternatif gula, berisiko lebih tinggi mengalami obesitas, penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung atau stroke, dan diabetes.
Namun, beberapa uji klinis menunjukkan bahwa mengganti gula dengan pemanis lain dapat menyebabkan penurunan berat badan, tetapi hanya dalam jangka pendek.
Ada juga bukti bahwa beberapa pemanis memengaruhi keseimbangan bakteri usus, berpotensi menghambat pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Baca juga: Jus buah delima bisa turunkan berat badan?
Tahun lalu, penelitian yang melibatkan 103.000 orang dewasa Prancis menyimpulkan bahwa pemanis dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan tidak boleh dianggap sebagai alternatif gula yang sehat dan aman.
WHO mengeluarkan pedoman tentang asupan gula pada tahun 2015, merekomendasikan agar orang dewasa dan anak-anak mengurangi asupan gula bebas harian hingga kurang dari 10 persen dari total asupan energi mereka.
Senada dengan WHO, peneliti nutrisi di Institut Quadram di Norwich, Dr Ian Johnson, menganjurkan untuk mengurangi konsumsi produk manufaktur yang mengandung gula bebas, seperti minuman yang dimaniskan dengan gula.
“Lebih baik menggunakan buah segar atau olahan ringan, sebagai sumber rasa manis, dan mungkin, dalam jangka panjang, untuk mencoba mengurangi rasa manis seseorang secara keseluruhan,” kata dia.
Baca juga: Tips diet sehat bagi penderita obesitas
Baca juga: Protein bisa bantu turunkan berat badan?
Baca juga: Berbagai mitos yang keliru tentang menaikkan berat badan
Minuman bersoda banyak digemari orang karena kesegarannya. Namun, karena alasan kandungan gula kerap membuat orang beralih pada minuman soda "diet" yang diklaim nol gula.
Sayangnya, klaim minuman berkarbonasi itu terbantahkan oleh banyak studi. Para peneliti sepakat bahwa diet soda tetap berdampak buruk pada kesehatan karena kandungan pemanis buatan di dalamnya.
WHO menyarankan seseorang tidak beralih ke pemanis non-gula seperti aspartam, yang ditemukan pada Diet Coke, dalam upaya menurunkan berat badan atau mencegah penyakit terkait diet seperti diabetes tipe 2. Pemanis non-gula populer lainnya termasuk sakarin dan stevia.
Sebaliknya, seseorang perlu mempertimbangkan makan makanan dengan gula alami, seperti buah, serta tetap berpegang pada makanan dan minuman tanpa pemanis.
Baca juga: Cara biasakan konsumsi makanan sehat menurut pakar
Rekomendasi baru ini didasarkan pada tinjauan bukti sistematis yang menemukan penggunaan pemanis non-gula tidak memberikan manfaat jangka panjang dalam mengurangi lemak tubuh pada orang dewasa atau anak-anak.
Studi observasi jangka panjang menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi banyak alternatif gula, berisiko lebih tinggi mengalami obesitas, penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung atau stroke, dan diabetes.
Namun, beberapa uji klinis menunjukkan bahwa mengganti gula dengan pemanis lain dapat menyebabkan penurunan berat badan, tetapi hanya dalam jangka pendek.
Ada juga bukti bahwa beberapa pemanis memengaruhi keseimbangan bakteri usus, berpotensi menghambat pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Baca juga: Jus buah delima bisa turunkan berat badan?
Tahun lalu, penelitian yang melibatkan 103.000 orang dewasa Prancis menyimpulkan bahwa pemanis dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan tidak boleh dianggap sebagai alternatif gula yang sehat dan aman.
WHO mengeluarkan pedoman tentang asupan gula pada tahun 2015, merekomendasikan agar orang dewasa dan anak-anak mengurangi asupan gula bebas harian hingga kurang dari 10 persen dari total asupan energi mereka.
Senada dengan WHO, peneliti nutrisi di Institut Quadram di Norwich, Dr Ian Johnson, menganjurkan untuk mengurangi konsumsi produk manufaktur yang mengandung gula bebas, seperti minuman yang dimaniskan dengan gula.
“Lebih baik menggunakan buah segar atau olahan ringan, sebagai sumber rasa manis, dan mungkin, dalam jangka panjang, untuk mencoba mengurangi rasa manis seseorang secara keseluruhan,” kata dia.
Baca juga: Tips diet sehat bagi penderita obesitas
Baca juga: Protein bisa bantu turunkan berat badan?
Baca juga: Berbagai mitos yang keliru tentang menaikkan berat badan