Muara Teweh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, mengadakan pelatihan bagi petugas lapangan Unit Pertanian Perorangan (UTP) pada Sensus Pertanian 2023 gelombang pertama.
"Hasil Sensus Pertanian 2023 merupakan pijakan untuk merancang masa depan pertanian dan pangan ke depan. Sensus Pertanian 2023 diharapkan menjawab isu pertanian global dan nasional," kata Kepala BPS Barito Utara Akhmad Nasrullah di Muara Teweh, Jumat.
Menurut dia, kunci pertanian pangan global diantaranya, ketahanan pangan, akses mendapatkan pangan, dan keterjangkauan pangan tersebut, kualitas dan keamanan pangan (nutrition) dan keberlanjutan (sustainability) pangan secara sosial, ekonomi dan lingkungan.
Ada sejumlah tantangan pertanian dan pangan nasional yang dihadapi, kata dia, diantaranya masih rendah pengetahuan dan adopsi teknologi pertanian, adanya tekanan permintaan pangan domestik terus meningkat, belum optimalnya dukungan sarana dan prasarana produksi, lemahnya implementasi food losses dan waste management food losses.
Selain itu juga, katanya, sejumlah pangan pada tahapan produksi dan distribusi sebelum pada tahapan konsumsi. Sedangkan Food Waste adalah setiap makanan dengan kualitas baik, yang dapat dikonsumsi manusia tetapi karena alasan tertentu tidak dikonsumsi dan tidak dimanfaatkan.
“Hal ini masih tingginya prevalensi stunting dan gizi buruk di sejumlah wilayah, ageing farmers (atau usia petani yang tua) dan sulitnya regenerasi petani, dominasi pertanian skala kecil dan tidak berkelanjutan, semakin banyaknya konversi lahan pertanian, dan adanya dampak perubahan iklim,” ucap Nasrullah.
Dia mengatakan, penyelenggaraan sensus pertanian dilakukan oleh BPS sejak tahun 1963.
"Sensus Pertanian 2023 (ST2023) adalah yang ketujuh kalinya,” kata dia.
Dikatakannya lagi, dasar pelaksanaan sensus pertanian adalah Rekomendasi FAO dan amanat UU Nomor 16 Tahun 1997 bahwa sensus pertanian dilaksanakan 10 tahun sekali tiap tahun berakhiran tiga.
Adapun tujuan dan manfaat yang didapat dari hasil Sensus Pertanian 2023 yang akan dilaksanakan pada 1 Juni sampai 31 Juli akan menghasilkan Informasi strategis.
"Dengan tersedianya data pertanian yang berkualitas dari hasil sensus pertanian, maka akan mendukung kebijakan strategis pemerintah,” ujarnya.
Nasrullah juga menyampaikan, untuk petugas Sensus Pertanian 2023 yang mengikuti pelatihan ini, agar semangat dalam mengikuti pelatihan, pahami dengan baik materi yang disampaikan, dan jangan malu bertanya jika ada hal yang belum di pahami dan juga sebagai ujung tombak penentu kualitas data ST2023.
“Oleh karena itu petugas sensus harus menguasai konsep dana memiliki kemampuan probing yang baik. Untuk itu, semua peserta agar mengikuti dengan sebaik-baiknya pelatihan ini,” katanya.
Peserta yang mengikuti pelatihan petugas lapangan unit pertanian perorangan (UTP) 2023 berjumlah 60 orang. Dari petugas lapangan sensus (PLS) 47 orang, pemeriksa lapangan sensus (PML) sembilan orang dan Koseka (petugas pengawas seluruh pemeriksa lapangan sensus di wilayah tugasnya) ada empat orang.
"Hasil Sensus Pertanian 2023 merupakan pijakan untuk merancang masa depan pertanian dan pangan ke depan. Sensus Pertanian 2023 diharapkan menjawab isu pertanian global dan nasional," kata Kepala BPS Barito Utara Akhmad Nasrullah di Muara Teweh, Jumat.
Menurut dia, kunci pertanian pangan global diantaranya, ketahanan pangan, akses mendapatkan pangan, dan keterjangkauan pangan tersebut, kualitas dan keamanan pangan (nutrition) dan keberlanjutan (sustainability) pangan secara sosial, ekonomi dan lingkungan.
Ada sejumlah tantangan pertanian dan pangan nasional yang dihadapi, kata dia, diantaranya masih rendah pengetahuan dan adopsi teknologi pertanian, adanya tekanan permintaan pangan domestik terus meningkat, belum optimalnya dukungan sarana dan prasarana produksi, lemahnya implementasi food losses dan waste management food losses.
Selain itu juga, katanya, sejumlah pangan pada tahapan produksi dan distribusi sebelum pada tahapan konsumsi. Sedangkan Food Waste adalah setiap makanan dengan kualitas baik, yang dapat dikonsumsi manusia tetapi karena alasan tertentu tidak dikonsumsi dan tidak dimanfaatkan.
“Hal ini masih tingginya prevalensi stunting dan gizi buruk di sejumlah wilayah, ageing farmers (atau usia petani yang tua) dan sulitnya regenerasi petani, dominasi pertanian skala kecil dan tidak berkelanjutan, semakin banyaknya konversi lahan pertanian, dan adanya dampak perubahan iklim,” ucap Nasrullah.
Dia mengatakan, penyelenggaraan sensus pertanian dilakukan oleh BPS sejak tahun 1963.
"Sensus Pertanian 2023 (ST2023) adalah yang ketujuh kalinya,” kata dia.
Dikatakannya lagi, dasar pelaksanaan sensus pertanian adalah Rekomendasi FAO dan amanat UU Nomor 16 Tahun 1997 bahwa sensus pertanian dilaksanakan 10 tahun sekali tiap tahun berakhiran tiga.
Adapun tujuan dan manfaat yang didapat dari hasil Sensus Pertanian 2023 yang akan dilaksanakan pada 1 Juni sampai 31 Juli akan menghasilkan Informasi strategis.
"Dengan tersedianya data pertanian yang berkualitas dari hasil sensus pertanian, maka akan mendukung kebijakan strategis pemerintah,” ujarnya.
Nasrullah juga menyampaikan, untuk petugas Sensus Pertanian 2023 yang mengikuti pelatihan ini, agar semangat dalam mengikuti pelatihan, pahami dengan baik materi yang disampaikan, dan jangan malu bertanya jika ada hal yang belum di pahami dan juga sebagai ujung tombak penentu kualitas data ST2023.
“Oleh karena itu petugas sensus harus menguasai konsep dana memiliki kemampuan probing yang baik. Untuk itu, semua peserta agar mengikuti dengan sebaik-baiknya pelatihan ini,” katanya.
Peserta yang mengikuti pelatihan petugas lapangan unit pertanian perorangan (UTP) 2023 berjumlah 60 orang. Dari petugas lapangan sensus (PLS) 47 orang, pemeriksa lapangan sensus (PML) sembilan orang dan Koseka (petugas pengawas seluruh pemeriksa lapangan sensus di wilayah tugasnya) ada empat orang.