Beijing (ANTARA) - Menteri Perdagangan China Wang Wentao pada Senin mendesak Jepang agar mencabut kebijakan pengawasan ekspor semikonduktor yang disebut China "kesalahan" yang melanggar aturan ekonomi dan perdagangan internasional.
Penentangan China terhadap pembatasan ekspor produk ini disampaikan saat Wang berbicara dengan Menteri Perdagangan Jepang Yasutoshi Nishimura pada Jumat 26 Mei lalu dalam konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Detroit.
Jepang dan Belanda pada Januari sepakat menyelaraskan diri dengan kebijakan kontrol ekspor yang diambil Amerika Serikatt yang membatasi penjualan sejumlah alat pembuat cip ke China.
Jepang juga membatasi ekspor 23 jenis peralatan manufaktur semikonduktor ke China.
Tahun lalu Amerika Serikat menerapkan pembatasan yang ditujukan untuk memperlambat upaya China dalam mengembangkan superkomputer yang dapat digunakan untuk memproduksi sistem senjata nuklir dan sistem kecerdasan buatan (AI).
Jepang belum memasukkan China dalam pembatasan ekspor itu dengan hanya mengatakan bahwa Jepang hanya memenuhi tugasnya dalam memberikan sumbangsih untuk perdamaian dan stabilitas dunia.
Kementerian Perdagangan China pada Senin mengatakan bahwa China "bersedia bekerja sama dengan Jepang untuk memajukan kerja sama praktis dalam bidang-bidang penting ekonomi dan perdagangan."
Jumat pekan lalu Nishimura bertemu dengan Menteri Perdagangan Amerika Serikat Gina Raimondo. Mereka sepakat memperdalam kerja sama dalam bidang penelitian dan pengembangan cip canggih serta teknologi-teknologi seperti komputasi kuantum dan AI.
Wang juga bertemu dengan Raimondo dan Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat Katherine Tai dalam konferensi KTT APEC itu.
Wang mengkritik kebijakan ekonomi dan perdagangan AS terhadap China, termasuk Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik pimpinan AS yang mengecualikan China dan ditujukan sebagai alternatif dalam mengimbangi pengaruh China.
AS, Jepang, dan negara-negara maju lainnya yang tergabung dalam Kelompok Tujuh (G7) sebelumnya bulan ini telah sepakat menghilangkan risiko namun tidak memutuskan hubungan dengan China.
Mereka juga berikrar untuk tidak tergantung kepada negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu dalam segala hal, mulai cip hingga mineral.''
Sumber: Reuters
Penerjemah: Raka Adji
Penentangan China terhadap pembatasan ekspor produk ini disampaikan saat Wang berbicara dengan Menteri Perdagangan Jepang Yasutoshi Nishimura pada Jumat 26 Mei lalu dalam konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Detroit.
Jepang dan Belanda pada Januari sepakat menyelaraskan diri dengan kebijakan kontrol ekspor yang diambil Amerika Serikatt yang membatasi penjualan sejumlah alat pembuat cip ke China.
Jepang juga membatasi ekspor 23 jenis peralatan manufaktur semikonduktor ke China.
Tahun lalu Amerika Serikat menerapkan pembatasan yang ditujukan untuk memperlambat upaya China dalam mengembangkan superkomputer yang dapat digunakan untuk memproduksi sistem senjata nuklir dan sistem kecerdasan buatan (AI).
Jepang belum memasukkan China dalam pembatasan ekspor itu dengan hanya mengatakan bahwa Jepang hanya memenuhi tugasnya dalam memberikan sumbangsih untuk perdamaian dan stabilitas dunia.
Kementerian Perdagangan China pada Senin mengatakan bahwa China "bersedia bekerja sama dengan Jepang untuk memajukan kerja sama praktis dalam bidang-bidang penting ekonomi dan perdagangan."
Jumat pekan lalu Nishimura bertemu dengan Menteri Perdagangan Amerika Serikat Gina Raimondo. Mereka sepakat memperdalam kerja sama dalam bidang penelitian dan pengembangan cip canggih serta teknologi-teknologi seperti komputasi kuantum dan AI.
Wang juga bertemu dengan Raimondo dan Perwakilan Perdagangan Amerika Serikat Katherine Tai dalam konferensi KTT APEC itu.
Wang mengkritik kebijakan ekonomi dan perdagangan AS terhadap China, termasuk Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik pimpinan AS yang mengecualikan China dan ditujukan sebagai alternatif dalam mengimbangi pengaruh China.
AS, Jepang, dan negara-negara maju lainnya yang tergabung dalam Kelompok Tujuh (G7) sebelumnya bulan ini telah sepakat menghilangkan risiko namun tidak memutuskan hubungan dengan China.
Mereka juga berikrar untuk tidak tergantung kepada negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu dalam segala hal, mulai cip hingga mineral.''
Sumber: Reuters
Penerjemah: Raka Adji