Palangka Raya (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Palangka Raya, Kalimantan Tengah mencatat sebanyak ratusan ton sarang burung walet dikirim ke luar pulau dalam setahun.
Capaian ini membuat Provinsi Kalimantan Tengah menjadi salah satu daerah penghasil sarang burung walet yang potensial, kata Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Palangka Raya, Sudirman, Rabu.
"Selain sawit dan karet, produksi sarang walet di Kalimantan Tengah cukup tinggi, tercatat setiap bulan 10 hingga 20 ton lebih sarang burung walet dikirim ke Pulau Jawa," ujarnya.
Sudirman mengatakan, untuk daerah di Kalimantan Tengah yang memiliki penghasil produksi sarang burung walet yang besar yakni dari daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, dan Kotawaringin Timur.
"Sebanyak 10 hingga 20 ton itu pengusaha yang melakukan pengiriman lewat Kalimantan Tengah, tapi masih ada kemungkinan pengusaha sarang walet yang melakukan pengiriman melalui provinsi tetangga, seperti Kalimantan Selatan, dan itu tidak tercatat di data kami," ucapnya.
Baca juga: 3.775 ekor sapi kurban masuk ke Kalteng jelang Idul Adha
Maka dengan itu, tingginya produksi sarang walet tersebut, Balai Karantina Pertanian Palangka Raya mendorong agar pengusaha membangun rumah pencucian sarang burung walet untuk lebih meningkatkan kualitas.
"Saat ini memang sudah ada pengusaha yang membangun rumah cuci sarang burung walet tersebut, namun masih tahap pembangunan, dan lokasinya berada di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur," ucapnya.
Dengan adanya rumah pencucian sarang walet tersebut, pengusaha bisa langsung melakukan ekspor ke luar tanpa harus dikirim terlebih dahulu ke Pulau Jawa.
"Ya terkendala tidak adanya rumah pencucian tadi, jadi sarang walet harus dikirim dulu ke Pulau Jawa untuk dicuci atau dibersihkan agar mendapat hasil dengan kualitas untuk ekspor," terangnya.
Selain itu, dengan adanya rumah pencucian sarang walet tersebut, juga akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja lokal, sehingga tentu akan berhilir pada peningkatan perekonomian di daerah.
"Tentu sarang yang sudah melalui proses pencucian akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi," demikian Sudirman.
Baca juga: Dishanpang Kalteng sediakan pangan bersubsidi bantu warga sambut Idul Adha
Baca juga: Berikut rumah sakit rujukan yang dimiliki Kalimantan Tengah
Baca juga: BPR dan BPRS semakin optimalkan akses permodalan UMKM di Kalteng
Capaian ini membuat Provinsi Kalimantan Tengah menjadi salah satu daerah penghasil sarang burung walet yang potensial, kata Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Palangka Raya, Sudirman, Rabu.
"Selain sawit dan karet, produksi sarang walet di Kalimantan Tengah cukup tinggi, tercatat setiap bulan 10 hingga 20 ton lebih sarang burung walet dikirim ke Pulau Jawa," ujarnya.
Sudirman mengatakan, untuk daerah di Kalimantan Tengah yang memiliki penghasil produksi sarang burung walet yang besar yakni dari daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, dan Kotawaringin Timur.
"Sebanyak 10 hingga 20 ton itu pengusaha yang melakukan pengiriman lewat Kalimantan Tengah, tapi masih ada kemungkinan pengusaha sarang walet yang melakukan pengiriman melalui provinsi tetangga, seperti Kalimantan Selatan, dan itu tidak tercatat di data kami," ucapnya.
Baca juga: 3.775 ekor sapi kurban masuk ke Kalteng jelang Idul Adha
Maka dengan itu, tingginya produksi sarang walet tersebut, Balai Karantina Pertanian Palangka Raya mendorong agar pengusaha membangun rumah pencucian sarang burung walet untuk lebih meningkatkan kualitas.
"Saat ini memang sudah ada pengusaha yang membangun rumah cuci sarang burung walet tersebut, namun masih tahap pembangunan, dan lokasinya berada di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur," ucapnya.
Dengan adanya rumah pencucian sarang walet tersebut, pengusaha bisa langsung melakukan ekspor ke luar tanpa harus dikirim terlebih dahulu ke Pulau Jawa.
"Ya terkendala tidak adanya rumah pencucian tadi, jadi sarang walet harus dikirim dulu ke Pulau Jawa untuk dicuci atau dibersihkan agar mendapat hasil dengan kualitas untuk ekspor," terangnya.
Selain itu, dengan adanya rumah pencucian sarang walet tersebut, juga akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja lokal, sehingga tentu akan berhilir pada peningkatan perekonomian di daerah.
"Tentu sarang yang sudah melalui proses pencucian akan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi," demikian Sudirman.
Baca juga: Dishanpang Kalteng sediakan pangan bersubsidi bantu warga sambut Idul Adha
Baca juga: Berikut rumah sakit rujukan yang dimiliki Kalimantan Tengah
Baca juga: BPR dan BPRS semakin optimalkan akses permodalan UMKM di Kalteng