Jakarta (ANTARA) - Teknologi kecerdasan buatan (AI) yang tengah digandrungi saat ini memberikan kemudahan dalam mengerjakan sesuatu, namun, di sisi lain, AI juga memberikan ancaman terhadap keamanan siber perusahaan.
"Platform kecerdasan buatan ibarat pedang bermata dua. Penggunaannya dapat meningkatkan produktivitas di tempat kerja, tetapi, juga dapat menyebabkan kerugian jutaan dolar bagi bisnis jika terjadi kesalahan. Untuk menghindari kerugian mahal, perusahaan harus memperhatikan posisi keamanan siber yang berperan penting dalam hal ini," kata salah seorang pendiri sekaligus Chief Product Officer Menlo Security Poornima DeBolle dalam siaran resmi yang diterima Selasa.
Platform AI seperti ChatGPT, Bing AI, Perplexity, dan lainnya menawarkan berbagai manfaat, seperti pemecahan masalah, meningkatkan pengalaman pengguna, dan mempermudah pengembangan dalam proses pembuatan konten. Manfaat tersebut sejalan dengan survei terbaru dari Statista yang menemukan bahwa 29 persen dari Generasi Z, 28 persen dari Generasi X, dan 27 persen dari kaum milenial telah mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan ke dalam rutinitas kerja sehari-hari mereka.
Baca juga: Badan HAM EU peringatkan risiko dalam penggunaan kecerdasan buatan
Selain potensinya yang melimpah, teknologi AI juga membawa risiko dan tantangan untuk perusahaan. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi kehilangan data pribadi atau kekayaan intelektual akibat penyalahgunaan platform tersebut.
Karyawan dapat secara tidak sengaja menyebarkan informasi rahasia sehingga rentan terhadap akses yang tidak sah oleh entitas di balik platform AI itu sendiri.
Selain itu, platform AI dapat membantu pelaku kejahatan dalam menciptakan skema phishing yang canggih sehingga meningkatkan kemungkinan orang menjadi korban skema penipuan daring tersebut.
Menurut IBM, kerugian yang ditimbulkan dari ancaman siber ditaksir mencapai 4,24 juta dolar AS pada tahun 2022.
Baca juga: Jepang akan pimpin pembahasan soal risiko AI pada pertemuan G7
Untuk memitigasi efek negatif dari platform kecerdasan buatan, perusahaan harus menerapkan langkah-langkah komprehensif demi melindungi bisnis mereka.
Solusi keamanan siber konvensional, seperti cloud access security brokers (CASB) dan pendekatan detect-and-respond, mungkin tidak cukup untuk menghadapi kompleksitas teknologi yang sedang berkembang saat ini.
Salah satu tantangan mendasar adalah setelah kata kunci dan perintah yang dimasukkan ke dalam platform kecerdasan buatan tersebut, prosesnya tidak dapat dibatalkan atau diulang.
Data yang telah tersimpan di platform kecerdasan buatan tersebut akan membantu membentuk respons pemakaian lainnya. Akibatnya, jika suatu solusi mendeteksi eksfiltrasi data, perusahaan sudah tidak dapat melakukan apapun.
Menlo Security, sebagai penyedia solusi keamanan siber, menawarkan cloud Data Loss Prevention (DLP) untuk mengelola ancaman platform kecerdasan buatan secara efisien. Alat-alat itu memastikan penggunaan platform kecerdasan buatan yang aman melalui tiga implikasi penting: pencegahan kehilangan data, copy/paste controls, dan browser forensics.
"Platform kecerdasan buatan ibarat pedang bermata dua. Penggunaannya dapat meningkatkan produktivitas di tempat kerja, tetapi, juga dapat menyebabkan kerugian jutaan dolar bagi bisnis jika terjadi kesalahan. Untuk menghindari kerugian mahal, perusahaan harus memperhatikan posisi keamanan siber yang berperan penting dalam hal ini," kata salah seorang pendiri sekaligus Chief Product Officer Menlo Security Poornima DeBolle dalam siaran resmi yang diterima Selasa.
Platform AI seperti ChatGPT, Bing AI, Perplexity, dan lainnya menawarkan berbagai manfaat, seperti pemecahan masalah, meningkatkan pengalaman pengguna, dan mempermudah pengembangan dalam proses pembuatan konten. Manfaat tersebut sejalan dengan survei terbaru dari Statista yang menemukan bahwa 29 persen dari Generasi Z, 28 persen dari Generasi X, dan 27 persen dari kaum milenial telah mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan ke dalam rutinitas kerja sehari-hari mereka.
Baca juga: Badan HAM EU peringatkan risiko dalam penggunaan kecerdasan buatan
Selain potensinya yang melimpah, teknologi AI juga membawa risiko dan tantangan untuk perusahaan. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi kehilangan data pribadi atau kekayaan intelektual akibat penyalahgunaan platform tersebut.
Karyawan dapat secara tidak sengaja menyebarkan informasi rahasia sehingga rentan terhadap akses yang tidak sah oleh entitas di balik platform AI itu sendiri.
Selain itu, platform AI dapat membantu pelaku kejahatan dalam menciptakan skema phishing yang canggih sehingga meningkatkan kemungkinan orang menjadi korban skema penipuan daring tersebut.
Menurut IBM, kerugian yang ditimbulkan dari ancaman siber ditaksir mencapai 4,24 juta dolar AS pada tahun 2022.
Baca juga: Jepang akan pimpin pembahasan soal risiko AI pada pertemuan G7
Untuk memitigasi efek negatif dari platform kecerdasan buatan, perusahaan harus menerapkan langkah-langkah komprehensif demi melindungi bisnis mereka.
Solusi keamanan siber konvensional, seperti cloud access security brokers (CASB) dan pendekatan detect-and-respond, mungkin tidak cukup untuk menghadapi kompleksitas teknologi yang sedang berkembang saat ini.
Salah satu tantangan mendasar adalah setelah kata kunci dan perintah yang dimasukkan ke dalam platform kecerdasan buatan tersebut, prosesnya tidak dapat dibatalkan atau diulang.
Data yang telah tersimpan di platform kecerdasan buatan tersebut akan membantu membentuk respons pemakaian lainnya. Akibatnya, jika suatu solusi mendeteksi eksfiltrasi data, perusahaan sudah tidak dapat melakukan apapun.
Menlo Security, sebagai penyedia solusi keamanan siber, menawarkan cloud Data Loss Prevention (DLP) untuk mengelola ancaman platform kecerdasan buatan secara efisien. Alat-alat itu memastikan penggunaan platform kecerdasan buatan yang aman melalui tiga implikasi penting: pencegahan kehilangan data, copy/paste controls, dan browser forensics.