Jakarta (ANTARA) - Pakar penyakit dalam konsultan pulmonologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Prof Dr dr Cleopas Martin Rumende, Sp.PD, KP, FINASIM, FCCP mengatakan kanker paru stadium dini yakni berukuran kurang dari 3 cm bisa ditangani dengan operasi.
"Tidak ada keterlibatan kelenjar atau organ lain, maka operasi hanya satu-satunya tindakan yang dapat menyembuhkan," ujar dia dalam IG Live RSCM Kencana bertepatan dengan peringatan Hari Kanker Paru Sedunia 2023, Selasa.
Sementara pada kanker stadium dua hingga lanjut, biasanya selain operasi memerlukan tambahan terapi lainnya misalnya terapi target atau kemoterapi.
"Yang selama ini dilakukan yakni kemoterapi dan radiasi karena stadiumnya sudah lanjut. Dalam 10 tahun terakhir sudah ada pemeriksaan lebih lanjut yakni terapi target," kata Martin.
Baca juga: Ini pentingnya deteksi dini kanker paru
Hal senada juga diungkapkan pakar penyakit dalam konsultan pulmonologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dr Eric Daniel Tenda DIC, PhD, Sp.PD, KP, FINASIM. Menurut dia, operasi dilakukan untuk mengangkat massa tumor dan ini dilakukan apabila sudah dipastikan kanker masih dalam stadium dini dan tidak ada keterlibatan jaringan di sekitarnya.
"Melihat kanker paru bukan hanya melihat dari ukuran tumornya, tetapi juga harus melihat adakah keterlibatan kelenjar getah bening, penyebaran," jelas dia.
Baca juga: Tingginya angka perokok jadi penyebab meningkatnya kasus kanker paru
Eric menuturkan, peran deteksi dini baik sebelum ada gejala ataupun sudah ada gejala menjadi penting. Kanker yang ditemukan pada stadium dini, sekitar 60 - 90 persen bisa dilakukan tindakan operatif maka bisa sembuh.
Seseorang terutama yang sudah berusia 50 tahun kemudian merokok, memiliki riwayat keluarga dengan kanker, disarankan memeriksakan diri ke dokter untuk nantinya dilakukan anamnesis. Hal-hal ini diketahui merupakan faktor risiko seseorang terkena kanker paru.
"Jadi mengobrol dulu dengan dokter, dilakukan pemeriksaan fisik baru akan disarankan dokter melakukan langkah-langkah diagnosis apa terkait proses skrining apabila belum bergejala dan memiliki risiko tinggi," kata Eric.
Baca juga: Benarkah minuman probiotik cegah kanker paru-paru? Ini faktanya
Baca juga: Kenali penyebab dan cara deteksi kanker paru
Baca juga: Penyebab, jenis dan pengobatan kanker paru-paru
"Tidak ada keterlibatan kelenjar atau organ lain, maka operasi hanya satu-satunya tindakan yang dapat menyembuhkan," ujar dia dalam IG Live RSCM Kencana bertepatan dengan peringatan Hari Kanker Paru Sedunia 2023, Selasa.
Sementara pada kanker stadium dua hingga lanjut, biasanya selain operasi memerlukan tambahan terapi lainnya misalnya terapi target atau kemoterapi.
"Yang selama ini dilakukan yakni kemoterapi dan radiasi karena stadiumnya sudah lanjut. Dalam 10 tahun terakhir sudah ada pemeriksaan lebih lanjut yakni terapi target," kata Martin.
Baca juga: Ini pentingnya deteksi dini kanker paru
Hal senada juga diungkapkan pakar penyakit dalam konsultan pulmonologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dr Eric Daniel Tenda DIC, PhD, Sp.PD, KP, FINASIM. Menurut dia, operasi dilakukan untuk mengangkat massa tumor dan ini dilakukan apabila sudah dipastikan kanker masih dalam stadium dini dan tidak ada keterlibatan jaringan di sekitarnya.
"Melihat kanker paru bukan hanya melihat dari ukuran tumornya, tetapi juga harus melihat adakah keterlibatan kelenjar getah bening, penyebaran," jelas dia.
Baca juga: Tingginya angka perokok jadi penyebab meningkatnya kasus kanker paru
Eric menuturkan, peran deteksi dini baik sebelum ada gejala ataupun sudah ada gejala menjadi penting. Kanker yang ditemukan pada stadium dini, sekitar 60 - 90 persen bisa dilakukan tindakan operatif maka bisa sembuh.
Seseorang terutama yang sudah berusia 50 tahun kemudian merokok, memiliki riwayat keluarga dengan kanker, disarankan memeriksakan diri ke dokter untuk nantinya dilakukan anamnesis. Hal-hal ini diketahui merupakan faktor risiko seseorang terkena kanker paru.
"Jadi mengobrol dulu dengan dokter, dilakukan pemeriksaan fisik baru akan disarankan dokter melakukan langkah-langkah diagnosis apa terkait proses skrining apabila belum bergejala dan memiliki risiko tinggi," kata Eric.
Baca juga: Benarkah minuman probiotik cegah kanker paru-paru? Ini faktanya
Baca juga: Kenali penyebab dan cara deteksi kanker paru
Baca juga: Penyebab, jenis dan pengobatan kanker paru-paru