Sampit (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengajak seluruh guru untuk mengubah pola pikir agar bisa menerapkan Kurikulum Merdeka dengan baik sesuai harapan. 

"Penerapan Kurikulum Merdeka ini tidak akan berhasil kalau tenaga pendidik kita masih tidak mau mengubah mindset dalam penerapan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka). Kalau masih seperti dulu berada di zona nyaman, datang ke kelas dan memerintahkan siswa mencatat, lalu selesai, maka itu tidak akan berhasil," kata Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Dinas Pendidikan Kotawaringin Timur, Edie Sucipto di Sampit, Selasa. 

Hal itu disampaikan Edie saat mewakili Kepala Dinas Pendidikan pada seminar Implementasi Kurikulum Merdeka yang dilaksanakan oleh MKKS Mentaya Hagatang. Kegiatan yang dibuka Bupati Halikinnor ini diikuti ratusan peserta yang merupakan guru dari berbagai sekolah. 

Edie menyebutkan, saat ini sekolah di Kotawaringin Timur yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka ada 397 sekolah. Sekolah yang sudah berstatus Sekolah Penggerak ada 40 sekolah yang terdiri angkatan pertama (angkatan 2 nasional) 34 sekolah TK sampai SMP, angkatan kedua (angkatan 3 nasional) 6 sekolah. 

Saat ini masih ada sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 atau K-13. Dinas Pendidikan terus secara memberikan informasi tentang bagaimana cara melaksanakan Kurikulum Merdeka di sekolah masing-masing karena pada tahun pelajaran 2024/2025 nanti diharapkan semua sekolah sudah menggunakan Kurikulum Merdeka. 

Dia menjelaskan, Kurikulum Merdeka tidak menyamaratakan antara satu siswa dengan siswa lain. Sekolah harus memberikan pendampingan penuh terhadap masing-masing siswa

Pola pikir guru juga harus diubah. Jika guru sudah memahami Kurikulum Merdeka, pihaknya yakin penerapan Kurikulum Merdeka di Kotawaringin Timur akan sukses. 

Baca juga: Bupati Kotim perintahkan tim anggaran prioritaskan pelunasan TPP

Kotawaringin Timur termasuk daerah yang tinggi kegiatan IKM. Sekolah Penggerak juga diminta membantu mengimbaskan Kurikulum Merdeka ke sekolah-sekolah non Sekolah Penggerak. 

Sekolah Penggerak berada di depan dalam mengimbaskan kepada sekolah non Sekolah Penggerak. Harapannya nanti informasi berkenaan IKM menyeluruh disampaikan sehingga nanti 2024/2025 semua sudah tersampaikan dengan baik. 

Bagi mereka yang tetap menyelenggarakan mandiri, tetap akan dampingi. Hal ini agar semua berjalan dengan baik karena terdapat strategi berbeda antara K-13 dengan Kurikulum Merdeka. 

"Kalau dulu K-13 ada instruktur kabupaten per jenjang. Sekarang itu strateginya melalui Platform Merdeka Mengajar. Makanya beberapa sekolah kita diharapkan mempunyai terobosan, misalnya setiap minggu mengadakan pertemuan rutin dengan komunitas belajarnya. Semuanya ada di platform Merdeka Mengajar. Tempat semua informasi ada di situ," tambah Edie. 

Edie juga meluruskan beberapa hal yang menurutnya masih terjadi mispersepsi, contohnya dalam penerapan IKM. Terkadang orang tua dan guru berkeinginan menghasilkan produk yang luar biasa, padahal kegiatan project mengedepankan semangat kolaborasi, kreativitas, inovatif dan gorong royong agar itu terpatri dalam jiwa peserta didik sehingga mampu mewujudkan profil pelajar Pancasila. 

"Kalau toh ada produknya, bukan pada produk akhirnya. Terkadang orang tua nimbrung ikut membuat karya anaknya, seperti kue dan lainnya. Anak mana bisa bikin kue? Ini yang perlu dikaji agar tepat sasaran dan tidak membebani sekolah maupun orang tua peserta didik," ujar Edie. 

Dia kembali menekankan pentingnya para guru mengubah pola pikir bahwa orientasinya pendampingan kepada siswa. Untuk mewujudkan itu, guru diharapkan lebih ikhlas dalam meluangkan waktu memberi pendampingan. 

"Memang agak berat, tetapi kalau dilakukan bersama-sama dan dibimbing oleh timnya, insyaallah semua bisa dijalankan dengan baik," demikian Edie Sucipto. 

Baca juga: Bupati Kotim bersyukur bisa mempertahankan tenaga kontrak

Baca juga: Bupati Kotim minta guru tingkatkan kemampuan sukseskan Kurikulum Merdeka

Baca juga: KONI Kotim apresiasi dukungan masyarakat sukseskan Porprov Kalteng

Pewarta : Norjani
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Copyright © ANTARA 2024