Jakarta (ANTARA) - Juru bicara Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri Kombes Pol. Aswin Siregar menyebut tersangka dugaan tindak pidana terorisme DE memiliki kemampuan memodifikasi air guns (senapan angin) dan air soft guns menjadi senjata api penuh yang dapat melukai orang.
Dari barang bukti senjata api yang disita di kediaman DE di Bekasi Utara, diamankan 16 senjata api yang terdiri atas 11 senjata laras pendek dan lima laras panjang. Dari ke-16 senjata tersebut ada yang rakitan dan ada yang pabrikan.
"Dari senjata api itu ada empat pabrikan dan lima modifikasi dari air gun menjadi senjata api penuh," kata Aswin di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.
Selain belasan senjata api tersebut, penyidik juga menyita sebuah pen guns. Pulpen pistol atau pen guns ini bisa memuat satu peluru yang dapat digunakan untuk menembak dari jarak dekat.
Menurut Aswin, penyidik tengah mendalami dan mempelajari bagaimana cara DE memodifikasi air guns dan air soft guns itu bisa menjadi senjata api penuh.
"Ada mekanisme yang diubah oleh DE. Ini sedang dipelajari oleh penyidik Densus 88 Antiteror juga," ucap Aswin.
Baca juga: KAI siap kerja sama dengan Polri terkait dugaan terorisme pegawai KAI
Aswin juga mengungkapkan, DE yang berprofesi sebagai karyawan salah satu BUMN itu memiliki kemampuan finansial yang mencukupi untuk membiayai modifikasi air guns maupun air soft gun menjadi senjata api.
Selain itu, DE juga memiliki akun di salah sau market place e-commerece yang menjual peralatan-peralatan untuk kegiatan taktikal, termasuk senjata, sehingga menambah sumber pendapatannya, selain dari gaji karyawan.
Ia juga mengelola akun-akun media sosial yang bersifat pribadi, yang digunakan untuk melakukan penggalangan dana untuk aktivitas propaganda serta jual beli alat-alat taktikal.
"Keuntungan dari jual beli di e-commarece itu dipakai untuk meningkatkan biaya, maupun air gun menjadi senjata api. Ia juga menawarkan komponen-komponen yang diperlukan untuk meng-upgrade air gun," paparanya.
Dengan adanya temuan senjata di kediaman DE, Aswin mengimbau masyarakat untuk waspada, karena air soft guns atau air guns ternyata bisa dimodifikasi ditingkatkan kemampuannya menjadi senjata api penuh.
Kemampuan DE merakit senjata api diduga diperoleh selama bergabung dengan Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan MW.
"Dengan kemampuan atau dengan keahlian seseorang dalam konteks ini mungkin kami perlu kerja sama dengan beberapa Polda jajaran, termasuk Polda Metro Jaya untuk bisa mengungkap bagaimana ini bisa terlaksana ataupun perdagangan air soft guns ini kemana nanti menjual dan sebagainya," tutur Aswin.
Baca juga: Penangkapan terduga teroris di Bekasi pegawai PT KAI
Baca juga: Kematian Bripda Ignatius diduga karena pembunuhan berencana bukan kelalaian
Baca juga: Polri diingatkan transparan usut kasus tewasnya anggota Densus 88
Dari barang bukti senjata api yang disita di kediaman DE di Bekasi Utara, diamankan 16 senjata api yang terdiri atas 11 senjata laras pendek dan lima laras panjang. Dari ke-16 senjata tersebut ada yang rakitan dan ada yang pabrikan.
"Dari senjata api itu ada empat pabrikan dan lima modifikasi dari air gun menjadi senjata api penuh," kata Aswin di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.
Selain belasan senjata api tersebut, penyidik juga menyita sebuah pen guns. Pulpen pistol atau pen guns ini bisa memuat satu peluru yang dapat digunakan untuk menembak dari jarak dekat.
Menurut Aswin, penyidik tengah mendalami dan mempelajari bagaimana cara DE memodifikasi air guns dan air soft guns itu bisa menjadi senjata api penuh.
"Ada mekanisme yang diubah oleh DE. Ini sedang dipelajari oleh penyidik Densus 88 Antiteror juga," ucap Aswin.
Baca juga: KAI siap kerja sama dengan Polri terkait dugaan terorisme pegawai KAI
Aswin juga mengungkapkan, DE yang berprofesi sebagai karyawan salah satu BUMN itu memiliki kemampuan finansial yang mencukupi untuk membiayai modifikasi air guns maupun air soft gun menjadi senjata api.
Selain itu, DE juga memiliki akun di salah sau market place e-commerece yang menjual peralatan-peralatan untuk kegiatan taktikal, termasuk senjata, sehingga menambah sumber pendapatannya, selain dari gaji karyawan.
Ia juga mengelola akun-akun media sosial yang bersifat pribadi, yang digunakan untuk melakukan penggalangan dana untuk aktivitas propaganda serta jual beli alat-alat taktikal.
"Keuntungan dari jual beli di e-commarece itu dipakai untuk meningkatkan biaya, maupun air gun menjadi senjata api. Ia juga menawarkan komponen-komponen yang diperlukan untuk meng-upgrade air gun," paparanya.
Dengan adanya temuan senjata di kediaman DE, Aswin mengimbau masyarakat untuk waspada, karena air soft guns atau air guns ternyata bisa dimodifikasi ditingkatkan kemampuannya menjadi senjata api penuh.
Kemampuan DE merakit senjata api diduga diperoleh selama bergabung dengan Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan MW.
"Dengan kemampuan atau dengan keahlian seseorang dalam konteks ini mungkin kami perlu kerja sama dengan beberapa Polda jajaran, termasuk Polda Metro Jaya untuk bisa mengungkap bagaimana ini bisa terlaksana ataupun perdagangan air soft guns ini kemana nanti menjual dan sebagainya," tutur Aswin.
Baca juga: Penangkapan terduga teroris di Bekasi pegawai PT KAI
Baca juga: Kematian Bripda Ignatius diduga karena pembunuhan berencana bukan kelalaian
Baca juga: Polri diingatkan transparan usut kasus tewasnya anggota Densus 88