Palangka Raya (ANTARA) - Senyum semringah terlihat di wajah Azuba kala jari jemarinya memetik buah apel langsung dari pohonnya. Satu persatu buah yang dipetik itu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Ketika buah apel sudah terkumpul cukup banyak, Putri Dayak yang lahir di Pangkalan Bun, Provinsi Kalimantan Tengah, itu pun membawanya ke seorang ibu yang berdiri di depan timbangan.
Sehabis membayar buah apel hasil petikan sendiri, perempuan berprofesi sebagai wartawati media di Kalteng itu, kembali melangkah menuju mobil jip yang telah mengantarnya ke kebun buah apel milik masyarakat di Desa Tulung Rezo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Selasa (12/9/2023).
Di dalam mobil jip, Azuba membayangkan andai pengalaman membahagiakan dan baru pertama kali dalam hidupnya ini bisa terjadi di provinsi tempatnya dilahirkan. Namun, lamunannya seketika buyar kala belasan suara mesin mobil jip bersahut-sahutan dan bersiap membawa dirinya bersama puluhan rekan seprofesinya, yang turut ikut memetik buah apel, ke tempat lain.
Belasan mobil jip itu memang sengaja disewa oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalimantan Tengah dari pemandu wisata untuk membawa puluhan wartawan merasakan sensasi memetik apel langsung dari pohon, sembari berkeliling melihat kebun-kebun pohon apel milik masyarakat yang disulap menjadi objek wisata.
"Benar-benar pengalaman yang menyenangkan dan luar biasa. Seharusnya Kalteng juga bisa seperti itu," kata Azuba.
Baginya, Kalteng memiliki potensi yang tak kalah dengan Jawa Timur, terkhusus Kota Batu. Kesimpulan itu didapat dirinya ketika dua hari di Kota Batu, ketika menjadi salah seorang peserta Forum Komunikasi Media (FKM) 2023, yang diselenggarakan BI Perwakilan Kalteng dari tanggal 11 sampai 13 September 2023.
Wilayah Kalteng memiliki luas 153.444 kilometer persegi, sekaligus menjadi provinsi terluas di Indonesia untuk saat ini. Provinsi berjuluk Bumi Tambun Bungai-Bumi Pancasila ini pun banyak tersedia lahan kosong atau belum dimanfaatkan secara optimal, dikelilingi banyak sungai besar dan kecil, air terjun, pantai nan indah, hutan sangat luas dan masih relatif alami, ada orangutan, seni dan tari budaya Suku Daya yang eksotis, makan dan minuman tradisional, serta berbagai potensi lainnya.
Petik buah langsung dari pohonnya pun ada di Kalteng, terkhusus di Palangka Raya. Namanya buah jambu kristal dan itu murni milik masyarakat. Hanya, belum dapat didesain menjadi objek wisata yang menarik dan terhubung dengan objek wisata terdekat lainnya.
Angan Azuba seakan sama dengan Asep Wiguna, wartawan salah satu media di Kalteng yang juga ikut dalam petik buah apel. Dia juga penasaran kenapa kebun buah apel di Kota Batu, terkhusus di Desa Tulung Rezo, bisa menjadi salah satu objek wisata dan banyak dikunjungi wisatawan domestik.
Di dalam mobil jip, Asep pun mengajak berbincang-bincang sopir yang bernama Dedi AR. Dari cerita Dedi, diketahui bahwa pohon-pohon apel yang ada di Desa Tulung Rezo, termasuk di Kecamatan Bumi Aji, awalnya murni kebun milik masyarakat dan bukan menjadi objek wisata. Perekonomian masyarakat pun, sepenuhnya bergantung pada hasil panen buah apel yang dua kali setahun. Hasil panen hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bagaimana tidak, harga pupuk dan pestisida atau obat antihama pohon buah apel, perlahan namun pasti, terus mengalami kenaikan. Biaya memanen buah apel untuk satu orang pekerja yang bekerja dari pukul 07.00 - 12.00 WIB, membutuhkan Rp150 ribu. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk memanen pohon apel seluas 1 hektare, setidaknya memerlukan lima orang dan hanya mampu menghasilkan satu ton.
Kondisi itu membuat para petani buah apel sering mengalami kerugian. Tak jarang, para petani buah apel harus menjual lahannya. Sebab, hasil dari panen buah apel sudah tak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup, terutama menyekolahkan anak-anaknya.
"Harga jual buah apel per kilogram sangat murah. Paling mahal Rp10 ribu. Tak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan dalam merawat pohon buah apel," kata Dedi yang juga pekebun apel yang memiliki lahan seluas 1 hektare.
Bersyukur, segelintir atau beberapa orang pemuda di Kecamatan Bumi Aji, membawa wisatawan berkunjung ke kebun buah apel milik masyarakat. Para wisatawan itu diajak berkeliling melihat kebun milik masyarakat dan menawarkan memetik buah apel langsung dari pohonnya. Hasil petikan wisatawan itu kemudian ditimbang dan dibayar ke pemilik kebun apel.
Melihat harga per kilogram yang dijual ke para wisatawan lebih mahal dibandingkan menjual ke pengumpul, membuat sejumlah petani buah apel menjadi senang dan bersemangat. Harga buah apel bisa mencapai Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram jika wisatawan yang langsung memetik.
Keuntungan lainnya, petani tak perlu membayar tenaga kerja untuk memetik buah apel, ungkap Dedi, warga Desa Tulung Rezo.
Perlahan namun pasti, sensasi petik buah apel yang dikemas dengan kegiatan menarik lainnya, membuat wisatawan domestik atau dari berbagai daerah di Indonesia, mulai ramai berkunjung ke Kecamatan Bumi Aji. Tahun 2015 merupakan awal dari makin banyaknya wisatawan ke wilayah itu.
Segelintir pemuda yang berhasil membawa wisatawan ke Kecamatan Batu Aji mulai berani membentuk pemandu wisata sekaligus event organizer (EO) yang bertanggung jawab merencanakan dan mengatur setiap aspek sebuah acara. Objek utamanya tetap petik buah apel langsung dari pohon kebun milik masyarakat.
Foto Arsip - Wisatawan menggunakan jip menyusuri kawasan wisata di Desa Tulung Rezo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Selasa (12/9/2023). ANTARA/Dok. Pribadi
Tak hanya sebagai objek, segelitir pemuda itu bahkan mengajak para petani sekaligus pemilik lahan pohon buah apel untuk bekerja sama. Bentuk kerja samanya, lahan petani itu dikelola langsung pihaknya. Para petani itu tinggal menunggu hasil, dan jika mau, dapat bergabung dalam EO yang telah dibentuk. Ditawarkan juga sebagai penyedia mobil jip apabila memiliki modal.
Para pemuda yang belum memiliki pekerjaan, diajak untuk bergabung dalam EO. Bisa sebagai supir jip, pemandu acara, penyedia makanan, penghubung ke rumah makan, ataupun tenaga lainnya. Termasuk mengurus lahan atau kebun buah apel milik masyarakat yang telah dikerjasamakan dengan EO.
"Ada dua agen pemandu wisata atau EO di Kecamatan Batu Aji ini. Salah satunya Batu AR Adventure. Saya bergabung di EO ini," ucapnya.
Ayah tiga anak ini merupakan satu dari puluhan pemuda sekaligus petani di Kecamatan Batu Aji yang tergabung di EO tersebut. Dirinya pun telah merasakan besarnya manfaat hadirnya EO. Tak hanya mendapatkan honor setidaknya Rp2 juta per bulan dari menyewakan mobil jip sembari menyopiri para wisatawan, lahan 1 hektare miliknya dikelola langsung oleh EO itu.
Bukan hanya dirinya, puluhan bahkan mungkin ratusan warga di Kecamatan Batu Aji juga telah merasakan manfaat hadirnya EO ataupun agen pemandu wisata tersebut. Sebab, para warga mulai berani membuka warung, menjadi karyawan hotel maupun penginapan yang sudah mulai banyak berdiri, montir bengkel mobil jip, dan lainnya.
Dari wisata petik buah apel ini, banyak sekali dampak positifnya. Warga sudah merasakannya. Makanya Dedi dan kawan-kawan sungguh-sungguh memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan yang datang.
Menekan kriminalitas
Wisata petik buah apel di Kecamatan Batu Aji, Kota Batu, tak hanya berdampak pada perekonomian, tetapi juga mencegah terjadinya kriminalitas. Sebab, warga, terkhusus para pemuda di wilayah setempat mayoritas memiliki pekerjaan ataupun usaha, sehingga untuk berbuat kriminal demi memenuhi kebutuhan hidup, tidak lagi terpikirkan.
Hal itu diungkapkan oleh Sudarmono, selaku pendiri agen pemandu wisata EO itu yang juga disewa oleh BI Perwakilan Kalteng untuk menyiapkan berbagai acara dan memandu puluhan wartawan dari berbagai media berwisata di wilayah setempat.
"Jadi, tak perlu khawatir berwisata ke sini. Kami pastikan aman dan tidak ada kriminalitas. Masyarakat di sini sudah sangat paham pentingnya kehadiran para wisatawan bagi perekonomian mereka," kata dia.
Dia mengakui, pada awalnya masyarakat di wilayah setempat masih belum terlalu menyadari betapa pentingnya kehadiran wisatawan bagi penunjang perekonomian. Hal itu bahkan dialami langsung oleh dirinya. Di mana, awal-awal dia membawa wisatawan berkunjung ke kebun buah apel milik masyarakat setempat, mendapat cibiran dari banyak orang.
Meski begitu, karena kegelisahannya sebagai putra lokal, cibiran itu tak digubris dan tetap bertekat menjadikan tanah kelahirannya sebagai salah satu objek wisata di Kota Batu. Sebab, objek wisata buatan yang banyak bertebaran di Kota Batu saja dikunjungi puluhan ribu, bahkan mungkin ratusan wisatawan domestik maupun internasional, apalagi yang alami seperti di Kecamatan Batu Aji ini.
"Terpenting itu punya niat baik dan tetap konsisten. Syukur, sekarang ini ada 60 orang yang tergabung di agen pemandu wisata EO itu. Masyarakatnya pun sudah merasakan manfaat hadirnya wisatawan di sini. Kita pun sama-sama menjaga daerah ini tetap aman dan nyaman dikunjungi wisatawan," kata Sudarmono.
Kalteng pun bisa
Kepala BI Perwakilan Kalteng Taufik Saleh, yang turut ikut dalam acara petik buah apel di Kota Batu itu, sepemikiran dengan Azuba. Baginya, Kalteng sebenarnya 'raksasa yang sedang tertidur pulas' jika berkaitan dengan sektor pariwisata. Sebab, hampir semua potensi wisata yang ada di daerah lain, juga dimiliki oleh provinsi berjuluk Bumi Tambun Bungai-Bumi Pancasila ini.
Dia mengatakan sekarang ini tinggal bagaimana semua potensi itu dapat dioptimalkan oleh masyarakat dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah, terkhusus pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota di Kalteng. Di mana dukungan yang diperlukan, mulai dari mendorong dan mendampingi serta memberikan bantuan kepada masyarakat, agar semakin melirik pertanian, terkhusus jenis tanaman buah. Jika tanaman buah itu telah ada dan berkembang, pemda bisa menjadikan salah satu objek wisata yang terhubung dengan sungai maupun hutan terdekat.
"Di sinilah letak pentingnya pembangunan dan peningkatan infrastruktur sebagai penghubungnya," kata Taufik Saleh.
Apabila hal itu terjadi, dirinya meyakini bahwa wisatawan domestik maupun mancanegara akan semakin banyak yang datang ke Kalteng. Lapangan pekerjaan berbagai jenis ataupun profesi terbuka lebar, dan perekonomian masyarakat meningkat.
Apalagi BI Perwakilan Kalteng sudah sejak lama dan akan terus terlibat aktif mendorong sekaligus meningkatkan jumlah wisatawan Kalteng. Dari situ juga berdampak pada ketersediaan bahan pokok, terkendalinya inflasi, serta meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Kalteng.
"Kami sengaja membawa para wartawan dari Kalteng berwisata ke Kota Batu, terkhusus wisata petik buah apel. Dengan harapan, melalui wisata ini, ada cerita yang memotivasi warga Kalteng mengembangkan wisata petik buah mendatangkan wisatawan domestik maupun internasional," demikian Taufik Saleh.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Satu petikan apel yang membawa segenggam kegembiraan
Sehabis membayar buah apel hasil petikan sendiri, perempuan berprofesi sebagai wartawati media di Kalteng itu, kembali melangkah menuju mobil jip yang telah mengantarnya ke kebun buah apel milik masyarakat di Desa Tulung Rezo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Selasa (12/9/2023).
Di dalam mobil jip, Azuba membayangkan andai pengalaman membahagiakan dan baru pertama kali dalam hidupnya ini bisa terjadi di provinsi tempatnya dilahirkan. Namun, lamunannya seketika buyar kala belasan suara mesin mobil jip bersahut-sahutan dan bersiap membawa dirinya bersama puluhan rekan seprofesinya, yang turut ikut memetik buah apel, ke tempat lain.
Belasan mobil jip itu memang sengaja disewa oleh Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalimantan Tengah dari pemandu wisata untuk membawa puluhan wartawan merasakan sensasi memetik apel langsung dari pohon, sembari berkeliling melihat kebun-kebun pohon apel milik masyarakat yang disulap menjadi objek wisata.
"Benar-benar pengalaman yang menyenangkan dan luar biasa. Seharusnya Kalteng juga bisa seperti itu," kata Azuba.
Baginya, Kalteng memiliki potensi yang tak kalah dengan Jawa Timur, terkhusus Kota Batu. Kesimpulan itu didapat dirinya ketika dua hari di Kota Batu, ketika menjadi salah seorang peserta Forum Komunikasi Media (FKM) 2023, yang diselenggarakan BI Perwakilan Kalteng dari tanggal 11 sampai 13 September 2023.
Wilayah Kalteng memiliki luas 153.444 kilometer persegi, sekaligus menjadi provinsi terluas di Indonesia untuk saat ini. Provinsi berjuluk Bumi Tambun Bungai-Bumi Pancasila ini pun banyak tersedia lahan kosong atau belum dimanfaatkan secara optimal, dikelilingi banyak sungai besar dan kecil, air terjun, pantai nan indah, hutan sangat luas dan masih relatif alami, ada orangutan, seni dan tari budaya Suku Daya yang eksotis, makan dan minuman tradisional, serta berbagai potensi lainnya.
Petik buah langsung dari pohonnya pun ada di Kalteng, terkhusus di Palangka Raya. Namanya buah jambu kristal dan itu murni milik masyarakat. Hanya, belum dapat didesain menjadi objek wisata yang menarik dan terhubung dengan objek wisata terdekat lainnya.
Angan Azuba seakan sama dengan Asep Wiguna, wartawan salah satu media di Kalteng yang juga ikut dalam petik buah apel. Dia juga penasaran kenapa kebun buah apel di Kota Batu, terkhusus di Desa Tulung Rezo, bisa menjadi salah satu objek wisata dan banyak dikunjungi wisatawan domestik.
Di dalam mobil jip, Asep pun mengajak berbincang-bincang sopir yang bernama Dedi AR. Dari cerita Dedi, diketahui bahwa pohon-pohon apel yang ada di Desa Tulung Rezo, termasuk di Kecamatan Bumi Aji, awalnya murni kebun milik masyarakat dan bukan menjadi objek wisata. Perekonomian masyarakat pun, sepenuhnya bergantung pada hasil panen buah apel yang dua kali setahun. Hasil panen hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bagaimana tidak, harga pupuk dan pestisida atau obat antihama pohon buah apel, perlahan namun pasti, terus mengalami kenaikan. Biaya memanen buah apel untuk satu orang pekerja yang bekerja dari pukul 07.00 - 12.00 WIB, membutuhkan Rp150 ribu. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk memanen pohon apel seluas 1 hektare, setidaknya memerlukan lima orang dan hanya mampu menghasilkan satu ton.
Kondisi itu membuat para petani buah apel sering mengalami kerugian. Tak jarang, para petani buah apel harus menjual lahannya. Sebab, hasil dari panen buah apel sudah tak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup, terutama menyekolahkan anak-anaknya.
"Harga jual buah apel per kilogram sangat murah. Paling mahal Rp10 ribu. Tak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan dalam merawat pohon buah apel," kata Dedi yang juga pekebun apel yang memiliki lahan seluas 1 hektare.
Bersyukur, segelintir atau beberapa orang pemuda di Kecamatan Bumi Aji, membawa wisatawan berkunjung ke kebun buah apel milik masyarakat. Para wisatawan itu diajak berkeliling melihat kebun milik masyarakat dan menawarkan memetik buah apel langsung dari pohonnya. Hasil petikan wisatawan itu kemudian ditimbang dan dibayar ke pemilik kebun apel.
Melihat harga per kilogram yang dijual ke para wisatawan lebih mahal dibandingkan menjual ke pengumpul, membuat sejumlah petani buah apel menjadi senang dan bersemangat. Harga buah apel bisa mencapai Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram jika wisatawan yang langsung memetik.
Keuntungan lainnya, petani tak perlu membayar tenaga kerja untuk memetik buah apel, ungkap Dedi, warga Desa Tulung Rezo.
Perlahan namun pasti, sensasi petik buah apel yang dikemas dengan kegiatan menarik lainnya, membuat wisatawan domestik atau dari berbagai daerah di Indonesia, mulai ramai berkunjung ke Kecamatan Bumi Aji. Tahun 2015 merupakan awal dari makin banyaknya wisatawan ke wilayah itu.
Segelintir pemuda yang berhasil membawa wisatawan ke Kecamatan Batu Aji mulai berani membentuk pemandu wisata sekaligus event organizer (EO) yang bertanggung jawab merencanakan dan mengatur setiap aspek sebuah acara. Objek utamanya tetap petik buah apel langsung dari pohon kebun milik masyarakat.
Tak hanya sebagai objek, segelitir pemuda itu bahkan mengajak para petani sekaligus pemilik lahan pohon buah apel untuk bekerja sama. Bentuk kerja samanya, lahan petani itu dikelola langsung pihaknya. Para petani itu tinggal menunggu hasil, dan jika mau, dapat bergabung dalam EO yang telah dibentuk. Ditawarkan juga sebagai penyedia mobil jip apabila memiliki modal.
Para pemuda yang belum memiliki pekerjaan, diajak untuk bergabung dalam EO. Bisa sebagai supir jip, pemandu acara, penyedia makanan, penghubung ke rumah makan, ataupun tenaga lainnya. Termasuk mengurus lahan atau kebun buah apel milik masyarakat yang telah dikerjasamakan dengan EO.
"Ada dua agen pemandu wisata atau EO di Kecamatan Batu Aji ini. Salah satunya Batu AR Adventure. Saya bergabung di EO ini," ucapnya.
Ayah tiga anak ini merupakan satu dari puluhan pemuda sekaligus petani di Kecamatan Batu Aji yang tergabung di EO tersebut. Dirinya pun telah merasakan besarnya manfaat hadirnya EO. Tak hanya mendapatkan honor setidaknya Rp2 juta per bulan dari menyewakan mobil jip sembari menyopiri para wisatawan, lahan 1 hektare miliknya dikelola langsung oleh EO itu.
Bukan hanya dirinya, puluhan bahkan mungkin ratusan warga di Kecamatan Batu Aji juga telah merasakan manfaat hadirnya EO ataupun agen pemandu wisata tersebut. Sebab, para warga mulai berani membuka warung, menjadi karyawan hotel maupun penginapan yang sudah mulai banyak berdiri, montir bengkel mobil jip, dan lainnya.
Dari wisata petik buah apel ini, banyak sekali dampak positifnya. Warga sudah merasakannya. Makanya Dedi dan kawan-kawan sungguh-sungguh memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan yang datang.
Menekan kriminalitas
Wisata petik buah apel di Kecamatan Batu Aji, Kota Batu, tak hanya berdampak pada perekonomian, tetapi juga mencegah terjadinya kriminalitas. Sebab, warga, terkhusus para pemuda di wilayah setempat mayoritas memiliki pekerjaan ataupun usaha, sehingga untuk berbuat kriminal demi memenuhi kebutuhan hidup, tidak lagi terpikirkan.
Hal itu diungkapkan oleh Sudarmono, selaku pendiri agen pemandu wisata EO itu yang juga disewa oleh BI Perwakilan Kalteng untuk menyiapkan berbagai acara dan memandu puluhan wartawan dari berbagai media berwisata di wilayah setempat.
"Jadi, tak perlu khawatir berwisata ke sini. Kami pastikan aman dan tidak ada kriminalitas. Masyarakat di sini sudah sangat paham pentingnya kehadiran para wisatawan bagi perekonomian mereka," kata dia.
Dia mengakui, pada awalnya masyarakat di wilayah setempat masih belum terlalu menyadari betapa pentingnya kehadiran wisatawan bagi penunjang perekonomian. Hal itu bahkan dialami langsung oleh dirinya. Di mana, awal-awal dia membawa wisatawan berkunjung ke kebun buah apel milik masyarakat setempat, mendapat cibiran dari banyak orang.
Meski begitu, karena kegelisahannya sebagai putra lokal, cibiran itu tak digubris dan tetap bertekat menjadikan tanah kelahirannya sebagai salah satu objek wisata di Kota Batu. Sebab, objek wisata buatan yang banyak bertebaran di Kota Batu saja dikunjungi puluhan ribu, bahkan mungkin ratusan wisatawan domestik maupun internasional, apalagi yang alami seperti di Kecamatan Batu Aji ini.
"Terpenting itu punya niat baik dan tetap konsisten. Syukur, sekarang ini ada 60 orang yang tergabung di agen pemandu wisata EO itu. Masyarakatnya pun sudah merasakan manfaat hadirnya wisatawan di sini. Kita pun sama-sama menjaga daerah ini tetap aman dan nyaman dikunjungi wisatawan," kata Sudarmono.
Kalteng pun bisa
Kepala BI Perwakilan Kalteng Taufik Saleh, yang turut ikut dalam acara petik buah apel di Kota Batu itu, sepemikiran dengan Azuba. Baginya, Kalteng sebenarnya 'raksasa yang sedang tertidur pulas' jika berkaitan dengan sektor pariwisata. Sebab, hampir semua potensi wisata yang ada di daerah lain, juga dimiliki oleh provinsi berjuluk Bumi Tambun Bungai-Bumi Pancasila ini.
Dia mengatakan sekarang ini tinggal bagaimana semua potensi itu dapat dioptimalkan oleh masyarakat dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah, terkhusus pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota di Kalteng. Di mana dukungan yang diperlukan, mulai dari mendorong dan mendampingi serta memberikan bantuan kepada masyarakat, agar semakin melirik pertanian, terkhusus jenis tanaman buah. Jika tanaman buah itu telah ada dan berkembang, pemda bisa menjadikan salah satu objek wisata yang terhubung dengan sungai maupun hutan terdekat.
"Di sinilah letak pentingnya pembangunan dan peningkatan infrastruktur sebagai penghubungnya," kata Taufik Saleh.
Apabila hal itu terjadi, dirinya meyakini bahwa wisatawan domestik maupun mancanegara akan semakin banyak yang datang ke Kalteng. Lapangan pekerjaan berbagai jenis ataupun profesi terbuka lebar, dan perekonomian masyarakat meningkat.
Apalagi BI Perwakilan Kalteng sudah sejak lama dan akan terus terlibat aktif mendorong sekaligus meningkatkan jumlah wisatawan Kalteng. Dari situ juga berdampak pada ketersediaan bahan pokok, terkendalinya inflasi, serta meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Kalteng.
"Kami sengaja membawa para wartawan dari Kalteng berwisata ke Kota Batu, terkhusus wisata petik buah apel. Dengan harapan, melalui wisata ini, ada cerita yang memotivasi warga Kalteng mengembangkan wisata petik buah mendatangkan wisatawan domestik maupun internasional," demikian Taufik Saleh.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Satu petikan apel yang membawa segenggam kegembiraan