Palangka Raya (ANTARA) - Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah terhadap harga-harga di daerah perdesaan pada September 2023, Nilai tukar petani (NTP) gabungan di provinsi setempat sebesar 115,41 atau alami penurunan sekitar 0,20 persen dibanding Agustus 2023 yang mencapai 115,64.
Penurunan itu didominasi oleh terjadinya kenaikan indeks harga yang dibayar petani dan indeks harga dari hasil produksi pertanian menurun, kata Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Selasa.
"Meningkatnya indeks yang dibayar petani (ib) disebabkan karena naiknya indeks konsumsi rumah tangga petani (IKRT), dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM)," ucapnya.
Dikatakan, pada September 2023 terjadi kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Kalteng sebesar 0,02 persen yang utamanya disebabkan oleh naiknya indeks kelompok Transportasi 0,53 persen, kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran 0,37 persen, serta kelompok Kesehatan 0,20 persen.
Eko Marsoro mengatakan penurunan NTP Gabungan Kalteng pada September 2023 juga dipengaruhi oleh menurunnya NTP di beberapa subsektor, yaitu Peternakan 2,40 persen, Perikanan 0,93 perse dan Tanaman Perkebunan Rakyat 0,24 persen.
"Hanya subsektor Tanaman Pangan yang alami kenaikan 0,85 persen, dan subsektor Hortikultura 1,14 persen," beber Eko.
Data BPS Kalteng, pada September 2023, indeks harga diterima oleh petani alami penurunan 0,12 persen dibanding Agustus 2023, yaitu dari
139,77 menjadi 139,60. Penurunan itu disebabkan oleh indeks harga diterima pada Subsektor Peternakan turun 2,26 persen, Perikanan 0,23 persen, serta Tanaman Perkebunan Rakyat 0,21 persen.
Baca juga: BPS: Tujuh kelompok penyebab Kalteng alami inflasi 0,11 pada September 2023
Sementara itu, Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan indeks harga diterima petani dengan masing-masing sebesar 0,81 persen dan 1,09 persen.
Selain itu, melalui indeks harga yang dibayar oleh petani dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Pada September 2023, indeks harga yang dibayar oleh petani mengalami kenaikan sebesar 0,07 persen jika dibanding Agustus 2023, yaitu dari 120,87 menjadi 120,96. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai Ib pada beberapa subsektor, yaitu Perikanan 0,70 persen, Peternakan 0,15 persen, serta Tanaman Perkebunan Rakyat 0,03 persen.
Baca juga: Ekspor Kalteng selama Juli 2023 alami penurunan 21,10 persen
Baca juga: NTP Gabungan Kalteng pada Agustus 2023 alami kenaikan 0,71 persen
Baca juga: Daging ayam ras dan beras jadi penyumbang deflasi di Palangka Raya
Penurunan itu didominasi oleh terjadinya kenaikan indeks harga yang dibayar petani dan indeks harga dari hasil produksi pertanian menurun, kata Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Selasa.
"Meningkatnya indeks yang dibayar petani (ib) disebabkan karena naiknya indeks konsumsi rumah tangga petani (IKRT), dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM)," ucapnya.
Dikatakan, pada September 2023 terjadi kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Kalteng sebesar 0,02 persen yang utamanya disebabkan oleh naiknya indeks kelompok Transportasi 0,53 persen, kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran 0,37 persen, serta kelompok Kesehatan 0,20 persen.
Eko Marsoro mengatakan penurunan NTP Gabungan Kalteng pada September 2023 juga dipengaruhi oleh menurunnya NTP di beberapa subsektor, yaitu Peternakan 2,40 persen, Perikanan 0,93 perse dan Tanaman Perkebunan Rakyat 0,24 persen.
"Hanya subsektor Tanaman Pangan yang alami kenaikan 0,85 persen, dan subsektor Hortikultura 1,14 persen," beber Eko.
Data BPS Kalteng, pada September 2023, indeks harga diterima oleh petani alami penurunan 0,12 persen dibanding Agustus 2023, yaitu dari
139,77 menjadi 139,60. Penurunan itu disebabkan oleh indeks harga diterima pada Subsektor Peternakan turun 2,26 persen, Perikanan 0,23 persen, serta Tanaman Perkebunan Rakyat 0,21 persen.
Baca juga: BPS: Tujuh kelompok penyebab Kalteng alami inflasi 0,11 pada September 2023
Sementara itu, Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan indeks harga diterima petani dengan masing-masing sebesar 0,81 persen dan 1,09 persen.
Selain itu, melalui indeks harga yang dibayar oleh petani dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Pada September 2023, indeks harga yang dibayar oleh petani mengalami kenaikan sebesar 0,07 persen jika dibanding Agustus 2023, yaitu dari 120,87 menjadi 120,96. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai Ib pada beberapa subsektor, yaitu Perikanan 0,70 persen, Peternakan 0,15 persen, serta Tanaman Perkebunan Rakyat 0,03 persen.
Baca juga: Ekspor Kalteng selama Juli 2023 alami penurunan 21,10 persen
Baca juga: NTP Gabungan Kalteng pada Agustus 2023 alami kenaikan 0,71 persen
Baca juga: Daging ayam ras dan beras jadi penyumbang deflasi di Palangka Raya