Buntok (ANTARA) - Mengangkat citra Barito Selatan ke kancah nasional bahkan internasional menjadi salah satu tekad Erna Ardiani saat datang ke Barito Selatan mendampingi sang suami DR Deddy Winarwan sebagai penjabat Bupati Barito Selatan.
Saat pertama kali memasuki wilayah Barito Selatan, istri dari Direktur Evaluasi Kinerja dan Peningkatan Kapasitas Daerah pada Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri tersebut, mengaku kagum dengan keindahan alam dan kekayaan budaya daerah yang kini dipimpin suaminya tersebut.
Namun sayang, kata dia, keindahan alam dan kekayaan budaya yang ada tersebut, belum terpromosikan secara maksimal, sehingga belum dikenal secara luas baik di regional, nasional maupun di dunia luar.
Melihat hal tersebut, Erna yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda)Barsel sejak suaminya dilantik menjadi Pj di daerah tersebut, bertekad untuk mengangkat potensi sumber daya alam, baik itu budaya, flora dan fauna dan lainnya, agar lebih dikenal kalangan yang lebih luas.
"Mewujudkan hal tersebut, saya akhirnya mengumpulkan beberapa dinas terkait, untuk meminta masukan, terkait kemungkinan bisa menasionalkan potensi-potensi yang ada di Barsel," katanya.
Dari diskusi bersama tersebut, kata dia, akhirnya tercetus ide, promosi yang paling efektif, salah satunya adalah melalui kain khas daerah, yang kebetulan di Barito Selatan belum ada.
Alasan lain, kenapa kain khas, tambah ibu dua putri yang kini juga menjabat Kasi Kode Desa pada Direktorat Penataan dan Administrasi Pemerintahan Desa pada Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia itu, karena kain khas, merupakan salah satu kenangan yang selalu dicari bila ada tamu-tamu dari pusat.
Kain khas, menjadi salah satu fasilitas untuk branding daerah yang sangat efektif untuk dikembangkan dan bisa menjadi promosi gratis, karena biasanya akan dipakai dalam setiap acara-acara resmi.
"Apalagi, saat pertama kali saya masuk ke wilayah Barito Selatan ini, memang belum ada kain khas," katanya.
TP-PKK Barito Selatan, Erna Ardiani saat menyerahkan batik khas Barsel kepada Penjabat Bupati Barito Selatan, Deddy Winarwan pada kegiatan peluncuran pada kegiatan Barsel Expo beberapa waktu lalu. ANTARA/Diskominfo Barsel.
Kain khas
Dari diskusi dan melihat secara langsung potensi yang ada di Barito Selatan, akhirnya Erna memutuskan, akan mengangkat keindahan alam tersebut melalui kain khas daerah dengan berbagai motif.
Beberapa motif utama kain khas tersebut, yaitu Piring Malawen, Anggrek Hitam, Anggrek Mutiara dan Riak Air Danau Malawen. Motif-motif tersebut, merupakan potensi flora langka yang ada di daerah. Sehingga bila diabadikan digoresan indah kain khas Barito Selatan, akan sangat menarik.
Begitu juga dengan potensi wisata, seperti Riak Air Danau Malawen, potensi wisata yang cukup terkenal di daerah ini, yang diharapkan akan menjadi ikon wisata daerah, saat potensi tersebut diabadikan dalam lukisan yang bisa dinikmati oleh siapa saja, melalui busana yang dipakai, baik untuk formal maupun informal.
Erna Ardiani mengungkapkan, tentang filosifi kain khas tersebut, antara lain Piring Malawen merupakan salah satu senjata yang digunakan masyarakat dayak di daerah ini.
Sebelumnya juga lanjut dia, legenda tentang Piring Malawen ini sudah diangkat ke dalam sebuah film dengan judul Kumbang Bernaung.
Selain itu, terdapat motif enam anggrek yang menggambarkan Kabupaten Barito Selatan memiliki enam kecamatan.
"Anggrek hitam merupakan tumbuhan langka yang tumbuh di Barito Selatan, sehingga perlu diangkat menjadi motif batik tersebut," terang wanita cantik tersebut.
Motif yang terlukis pada kain berwarna hitam itu juga ditambah dengan hiasan ornamen guna memperindah batik khas kabupaten yang berjuluk Dahani Dahanai Tuntung Tulus ini.
Ia menyampaikan, batik tersebut telah diluncurkan pemerintah kabupaten (Pemkab) pada puncak malam hari jadi ke-64 Barito Selatan yang berlangsung diarena Barsel Expo 2023 yang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu.
Seragam resmi Pemkab
Erna Ardiani mengatakan, motif batik ini sudah dipatenkan pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkumham) Republik Indonesia.
Sebagai tindaklanjutnya, dirinya selaku ketua TP-PKK mengharapkan agar motif batik khas Barito Selatan ini dapat dilegalkan kembali melalui peraturan bupati (Perbup) atau surat edaran bupati.
"Itu dilakukan agar dapat dijadikan sebagai seragam baju kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Pemkab Barito Selatan yang digunakan pada hari Kamis atau hari Jumat. Terkait hal ini akan didiskusikan lebih lanjut dengan penjabat bupati," tambah dia.
Setelah diluncurkan, kain khas tersebut akan didistribusikan ke internal terutama kepada pejabat, ASN serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
"Setelah diluncurkan, untuk sementara kita mencetak kain motif batik itu untuk didistribusikan pejabat dan ASN, serta forkopimda," tambah Erna Ardiani.
Selain itu, melalui Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Barito Selatan telah melakukan penandatanganan MoU dengan pengrajin batik untuk memperbanyak pencetakan kain batik khas daerah ini.
"Kita nantinya akan mencetak batik motif tersebut dalam jumlah besar untuk dipasarkan kepada masyarakat umum, sehingga batik khas kabupaten ini bisa lebih dikenal masyarakat secara luas," terang Erna Ardiani.
Sementara Penjabat Bupati Barito Selatan, Deddy Winarwan mengatakan motif batik tersebut telah diluncurkan pada kegiatan Barsel Expo dalam rangka memeriahkan hari jadi ke-64 kabupaten ini.
Deddy mengungkapkan, kain khas ini akan menjadi identitas dan dapat menjadi kebanggaan bagi masyarakat Barito Selatan.
"Saya menyambut baik, karena batik yang digagas Ketua TP-PKK tersebut, hak ciptanya telah diserahkan ke Pemkab Barito Selatan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham Republik Indonesia.
Sehingga, kata Deddy, motif batik ini sudah menjadi hak cipta dan hak milik Pemkab Barito Selatan selama 50 tahun ke depan.
"Batik ini menjadi batik masyarakat Barito Selatan dan semuanya bisa menggunakan dan memanfaatkan batik tersebut dengan baik," ucap pria yang sudah mendapat gelar doktor ilmu kebijakan publik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2012 lalu itu.
Menurut dia, kain khas ini, nantinya akan digunakan dalam setiap kegiatan-kegiatan seremonial yang dilaksanakan pemkab Barito Selatan.
"Kita mendorong pengrajin dan pencinta motif kain khas, serta seniman yang ada di daerah membangkitkan kembali UMKM, termasuk juga di sektor kain khas," harap Deddy.
Dengan bangkitnya UMKM, akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah (PAD).
"Dengan membangkitkan dan memberdayakan potensi-potensi pariwisata, batik dan juga sektor lain seperti perikanan, sungai, serta danau, tentunya akan mengundang para wisatawan domestik maupun wisatawan internasional berkunjung ke daerah ini," kata Deddy Winarwan.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Barito Selatan, Dr Manat Simanjuntak menceritakan, inspirasi motif Piring Malawen berawal saat Ketua TP PKK melaksanakan susur sungai di Danau Malawen beberapa waktu lalu.
"Pada saat susur sungai itu, ibu Erna Ardiani mendengarkan cerita tentang Kumbang Bernaung," terangnya.
Kumbang Bernaung merupakan cerita legenda yang pernah diangkat ke dalam sebuah film di eranya Eros Djarot.
"Legendanya, Danau Malawen berasal dari Piring Malawen yang sangat besar, dan hal itulah yang menginspirasi untuk membuat motif kain khas Piring Malawen," bebernya.
Manat menyampaikan, pada sekitar Danau Malawen itu juga ada flora yang tumbuh subur yakni anggrek hitam dan anggrek mutiara.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Barito Selatan, DR Manat Simanjuntak dan Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Barito Selatan, Swita Minarsih saat di wawancara. ANTARA/Bayu Ilmiawan.
Setelah itu lanjut dia, Erna Ardiani melakukan koordinasi kepada dirinya bersama Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM selaku fasilitatornya untuk mewujudkan motif batik tersebut sebagai kado terindah di hari jadi ke-64 Kabupaten Barito Selatan.
Menurut dia, untuk batik motif piring, saat ini sudah mulai viral di Jakarta, dan bahkan ada ibu-ibu dari Palangka Raya sudah menghubungi dirinya untuk memesan batik khas Barito Selatan itu.
"Untuk sementara, batik masih belum diperjualbelikan di umum sebelum semua ASN, tenaga kontrak pada pemkab Barito Selatan memiliki baju batik tersebut," kata Manat.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Erna Ardiani selaku pencipta motif batik, yang menyerahkan hak ciptanya kepada Pemerintah Kabupaten Barito Selatan.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Barito Selatan, Swita Minarsih menambahkan, batik ini sangat disambut baik masyarakat di daerah ini.
"Batik khas Barito Selatan itu merupakan wastra yang memang sudah ditunggu sejak lama," ujar Swita.
Ia juga sangat mendukung, karena motif batik khas Barito Selatan tersebut sudah dipatenkan dan itu dilakukan agar tidak hilang atau di caplok pihak lain.
Hal itu mengingat, Barito Selatan sebelumnya sudah memiliki batik motif kantong semar, namun, karena tidak dipatenkan, akhirnya hilang. Padahal motif kantong semar itu awal mulanya dari Barito Selatan.
Ia juga menyampaikan, untuk promosi dan pemasaran batik ini nantinya melalui Dekranasda dan UMKM yang akan ditunjuk Ketua Dekranasda Barito Selatan untuk memasarkan batik khas kabupaten ini.
Saat pertama kali memasuki wilayah Barito Selatan, istri dari Direktur Evaluasi Kinerja dan Peningkatan Kapasitas Daerah pada Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri tersebut, mengaku kagum dengan keindahan alam dan kekayaan budaya daerah yang kini dipimpin suaminya tersebut.
Namun sayang, kata dia, keindahan alam dan kekayaan budaya yang ada tersebut, belum terpromosikan secara maksimal, sehingga belum dikenal secara luas baik di regional, nasional maupun di dunia luar.
Melihat hal tersebut, Erna yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda)Barsel sejak suaminya dilantik menjadi Pj di daerah tersebut, bertekad untuk mengangkat potensi sumber daya alam, baik itu budaya, flora dan fauna dan lainnya, agar lebih dikenal kalangan yang lebih luas.
"Mewujudkan hal tersebut, saya akhirnya mengumpulkan beberapa dinas terkait, untuk meminta masukan, terkait kemungkinan bisa menasionalkan potensi-potensi yang ada di Barsel," katanya.
Dari diskusi bersama tersebut, kata dia, akhirnya tercetus ide, promosi yang paling efektif, salah satunya adalah melalui kain khas daerah, yang kebetulan di Barito Selatan belum ada.
Alasan lain, kenapa kain khas, tambah ibu dua putri yang kini juga menjabat Kasi Kode Desa pada Direktorat Penataan dan Administrasi Pemerintahan Desa pada Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia itu, karena kain khas, merupakan salah satu kenangan yang selalu dicari bila ada tamu-tamu dari pusat.
Kain khas, menjadi salah satu fasilitas untuk branding daerah yang sangat efektif untuk dikembangkan dan bisa menjadi promosi gratis, karena biasanya akan dipakai dalam setiap acara-acara resmi.
"Apalagi, saat pertama kali saya masuk ke wilayah Barito Selatan ini, memang belum ada kain khas," katanya.
Kain khas
Dari diskusi dan melihat secara langsung potensi yang ada di Barito Selatan, akhirnya Erna memutuskan, akan mengangkat keindahan alam tersebut melalui kain khas daerah dengan berbagai motif.
Beberapa motif utama kain khas tersebut, yaitu Piring Malawen, Anggrek Hitam, Anggrek Mutiara dan Riak Air Danau Malawen. Motif-motif tersebut, merupakan potensi flora langka yang ada di daerah. Sehingga bila diabadikan digoresan indah kain khas Barito Selatan, akan sangat menarik.
Begitu juga dengan potensi wisata, seperti Riak Air Danau Malawen, potensi wisata yang cukup terkenal di daerah ini, yang diharapkan akan menjadi ikon wisata daerah, saat potensi tersebut diabadikan dalam lukisan yang bisa dinikmati oleh siapa saja, melalui busana yang dipakai, baik untuk formal maupun informal.
Erna Ardiani mengungkapkan, tentang filosifi kain khas tersebut, antara lain Piring Malawen merupakan salah satu senjata yang digunakan masyarakat dayak di daerah ini.
Sebelumnya juga lanjut dia, legenda tentang Piring Malawen ini sudah diangkat ke dalam sebuah film dengan judul Kumbang Bernaung.
Selain itu, terdapat motif enam anggrek yang menggambarkan Kabupaten Barito Selatan memiliki enam kecamatan.
"Anggrek hitam merupakan tumbuhan langka yang tumbuh di Barito Selatan, sehingga perlu diangkat menjadi motif batik tersebut," terang wanita cantik tersebut.
Motif yang terlukis pada kain berwarna hitam itu juga ditambah dengan hiasan ornamen guna memperindah batik khas kabupaten yang berjuluk Dahani Dahanai Tuntung Tulus ini.
Ia menyampaikan, batik tersebut telah diluncurkan pemerintah kabupaten (Pemkab) pada puncak malam hari jadi ke-64 Barito Selatan yang berlangsung diarena Barsel Expo 2023 yang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu.
Seragam resmi Pemkab
Erna Ardiani mengatakan, motif batik ini sudah dipatenkan pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkumham) Republik Indonesia.
Sebagai tindaklanjutnya, dirinya selaku ketua TP-PKK mengharapkan agar motif batik khas Barito Selatan ini dapat dilegalkan kembali melalui peraturan bupati (Perbup) atau surat edaran bupati.
"Itu dilakukan agar dapat dijadikan sebagai seragam baju kantor bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Pemkab Barito Selatan yang digunakan pada hari Kamis atau hari Jumat. Terkait hal ini akan didiskusikan lebih lanjut dengan penjabat bupati," tambah dia.
Setelah diluncurkan, kain khas tersebut akan didistribusikan ke internal terutama kepada pejabat, ASN serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
"Setelah diluncurkan, untuk sementara kita mencetak kain motif batik itu untuk didistribusikan pejabat dan ASN, serta forkopimda," tambah Erna Ardiani.
Selain itu, melalui Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Barito Selatan telah melakukan penandatanganan MoU dengan pengrajin batik untuk memperbanyak pencetakan kain batik khas daerah ini.
"Kita nantinya akan mencetak batik motif tersebut dalam jumlah besar untuk dipasarkan kepada masyarakat umum, sehingga batik khas kabupaten ini bisa lebih dikenal masyarakat secara luas," terang Erna Ardiani.
Sementara Penjabat Bupati Barito Selatan, Deddy Winarwan mengatakan motif batik tersebut telah diluncurkan pada kegiatan Barsel Expo dalam rangka memeriahkan hari jadi ke-64 kabupaten ini.
Deddy mengungkapkan, kain khas ini akan menjadi identitas dan dapat menjadi kebanggaan bagi masyarakat Barito Selatan.
"Saya menyambut baik, karena batik yang digagas Ketua TP-PKK tersebut, hak ciptanya telah diserahkan ke Pemkab Barito Selatan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham Republik Indonesia.
Sehingga, kata Deddy, motif batik ini sudah menjadi hak cipta dan hak milik Pemkab Barito Selatan selama 50 tahun ke depan.
"Batik ini menjadi batik masyarakat Barito Selatan dan semuanya bisa menggunakan dan memanfaatkan batik tersebut dengan baik," ucap pria yang sudah mendapat gelar doktor ilmu kebijakan publik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2012 lalu itu.
Menurut dia, kain khas ini, nantinya akan digunakan dalam setiap kegiatan-kegiatan seremonial yang dilaksanakan pemkab Barito Selatan.
"Kita mendorong pengrajin dan pencinta motif kain khas, serta seniman yang ada di daerah membangkitkan kembali UMKM, termasuk juga di sektor kain khas," harap Deddy.
Dengan bangkitnya UMKM, akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah (PAD).
"Dengan membangkitkan dan memberdayakan potensi-potensi pariwisata, batik dan juga sektor lain seperti perikanan, sungai, serta danau, tentunya akan mengundang para wisatawan domestik maupun wisatawan internasional berkunjung ke daerah ini," kata Deddy Winarwan.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan Barito Selatan, Dr Manat Simanjuntak menceritakan, inspirasi motif Piring Malawen berawal saat Ketua TP PKK melaksanakan susur sungai di Danau Malawen beberapa waktu lalu.
"Pada saat susur sungai itu, ibu Erna Ardiani mendengarkan cerita tentang Kumbang Bernaung," terangnya.
Kumbang Bernaung merupakan cerita legenda yang pernah diangkat ke dalam sebuah film di eranya Eros Djarot.
"Legendanya, Danau Malawen berasal dari Piring Malawen yang sangat besar, dan hal itulah yang menginspirasi untuk membuat motif kain khas Piring Malawen," bebernya.
Manat menyampaikan, pada sekitar Danau Malawen itu juga ada flora yang tumbuh subur yakni anggrek hitam dan anggrek mutiara.
Setelah itu lanjut dia, Erna Ardiani melakukan koordinasi kepada dirinya bersama Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM selaku fasilitatornya untuk mewujudkan motif batik tersebut sebagai kado terindah di hari jadi ke-64 Kabupaten Barito Selatan.
Menurut dia, untuk batik motif piring, saat ini sudah mulai viral di Jakarta, dan bahkan ada ibu-ibu dari Palangka Raya sudah menghubungi dirinya untuk memesan batik khas Barito Selatan itu.
"Untuk sementara, batik masih belum diperjualbelikan di umum sebelum semua ASN, tenaga kontrak pada pemkab Barito Selatan memiliki baju batik tersebut," kata Manat.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Erna Ardiani selaku pencipta motif batik, yang menyerahkan hak ciptanya kepada Pemerintah Kabupaten Barito Selatan.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Barito Selatan, Swita Minarsih menambahkan, batik ini sangat disambut baik masyarakat di daerah ini.
"Batik khas Barito Selatan itu merupakan wastra yang memang sudah ditunggu sejak lama," ujar Swita.
Ia juga sangat mendukung, karena motif batik khas Barito Selatan tersebut sudah dipatenkan dan itu dilakukan agar tidak hilang atau di caplok pihak lain.
Hal itu mengingat, Barito Selatan sebelumnya sudah memiliki batik motif kantong semar, namun, karena tidak dipatenkan, akhirnya hilang. Padahal motif kantong semar itu awal mulanya dari Barito Selatan.
Ia juga menyampaikan, untuk promosi dan pemasaran batik ini nantinya melalui Dekranasda dan UMKM yang akan ditunjuk Ketua Dekranasda Barito Selatan untuk memasarkan batik khas kabupaten ini.