Sampit (ANTARA) - Hujan deras yang mengguyur sejumlah di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah belum sepenuhnya mampu memadamkan kebakaran lahan, terlebih di lahan gambut tebal.
"Untuk wilayah Kota Sampit relatif aman, tapi masih ada yang belum benar-benar padam. Masih mengeluarkan asap karena yang terbakar itu gambutnya tebal," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Jumat.
Dia mencontohkan, kebakaran lahan yang terjadi di Jalan Pramuka yang ditangani Manggala Agni. Kebakaran gambut tebal masih mengeluarkan asap meski kawasan itu diguyur hujan dan api di permukaan sudah terlihat padam.
Sebagian lahan di Kotawaringin Timur memang terdiri dari gambut. Beberapa wilayah diperkirakan ketebalan gambutnya hingga lebih dari tiga meter sehingga jika kering maka api bisa terus membakar hingga ke dalam tanah sehingga memerlukan upaya keras untuk memadamkannya.
Asap mengepul karena kebakaran diduga masih terjadi di bagian dalam tanah. Untuk itu pemadaman atau pembasahan harus dilakukan agar air benar-benar meresap hingga api di dalam tanah gambut tebal itu benar-benar padam dan tidak muncul lagi.
Baca juga: KPPN Sampit beri 21 penghargaan instansi berkinerja terbaik
Multazam menambahkan, hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir juga belum merata. Sebagian wilayah Kotawaringin Timur, khususnya wilayah selatan belum banyak terjadi hujan.
Hal ini menjadi perhatian karena potensi kerawanan kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut juga masih harus diwaspadai. Tim tetap disiagakan, termasuk helikopter water bombing atau pengeboman air untuk melakukan pemadaman dari udara.
Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur meminta daerah ini mendapat prioritas dalam kegiatan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan yang masih terjadi. Informasi diterima, TMC di Kalimantan Tengah diperpanjang hingga 20 Oktober atau hari ini.
Multazam bersyukur karena hujan beberapa hari terakhir cukup berdampak terhadap berkurangnya kebakaran dan secara otomatis meningkatkan kualitas udara. Jumat pukul 06.00 WIB, indeks pencemaran udara (ISPU) menunjukkan angka 54 yang masuk dalam kategori sedang, lebih baik dibanding sebelumnya sempat masuk kategori sangat tidak sehat, bahkan berbahaya.
"Iya, cukup berdampak terhadap kualitas udara. Mudah-mudahan hujan masih ada hingga kondisi benar-benar aman dan karhutla berlalu. Tapi saat ini semua tetap siaga untuk mengantisipasi kondisi di lapangan," demikian Multazam.
Baca juga: Kinerja pelaksanaan APBN wilayah kerja KPPN Sampit terus meningkat
Baca juga: Bea Cukai Sampit tingkatkan kolaborasi cegah kerugian negara
Baca juga: Pemkab Kotim tingkatkan penerapan sistem pengadaan katalog lokal
"Untuk wilayah Kota Sampit relatif aman, tapi masih ada yang belum benar-benar padam. Masih mengeluarkan asap karena yang terbakar itu gambutnya tebal," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Jumat.
Dia mencontohkan, kebakaran lahan yang terjadi di Jalan Pramuka yang ditangani Manggala Agni. Kebakaran gambut tebal masih mengeluarkan asap meski kawasan itu diguyur hujan dan api di permukaan sudah terlihat padam.
Sebagian lahan di Kotawaringin Timur memang terdiri dari gambut. Beberapa wilayah diperkirakan ketebalan gambutnya hingga lebih dari tiga meter sehingga jika kering maka api bisa terus membakar hingga ke dalam tanah sehingga memerlukan upaya keras untuk memadamkannya.
Asap mengepul karena kebakaran diduga masih terjadi di bagian dalam tanah. Untuk itu pemadaman atau pembasahan harus dilakukan agar air benar-benar meresap hingga api di dalam tanah gambut tebal itu benar-benar padam dan tidak muncul lagi.
Baca juga: KPPN Sampit beri 21 penghargaan instansi berkinerja terbaik
Multazam menambahkan, hujan deras yang terjadi beberapa hari terakhir juga belum merata. Sebagian wilayah Kotawaringin Timur, khususnya wilayah selatan belum banyak terjadi hujan.
Hal ini menjadi perhatian karena potensi kerawanan kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut juga masih harus diwaspadai. Tim tetap disiagakan, termasuk helikopter water bombing atau pengeboman air untuk melakukan pemadaman dari udara.
Untuk itulah Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur meminta daerah ini mendapat prioritas dalam kegiatan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan yang masih terjadi. Informasi diterima, TMC di Kalimantan Tengah diperpanjang hingga 20 Oktober atau hari ini.
Multazam bersyukur karena hujan beberapa hari terakhir cukup berdampak terhadap berkurangnya kebakaran dan secara otomatis meningkatkan kualitas udara. Jumat pukul 06.00 WIB, indeks pencemaran udara (ISPU) menunjukkan angka 54 yang masuk dalam kategori sedang, lebih baik dibanding sebelumnya sempat masuk kategori sangat tidak sehat, bahkan berbahaya.
"Iya, cukup berdampak terhadap kualitas udara. Mudah-mudahan hujan masih ada hingga kondisi benar-benar aman dan karhutla berlalu. Tapi saat ini semua tetap siaga untuk mengantisipasi kondisi di lapangan," demikian Multazam.
Baca juga: Kinerja pelaksanaan APBN wilayah kerja KPPN Sampit terus meningkat
Baca juga: Bea Cukai Sampit tingkatkan kolaborasi cegah kerugian negara
Baca juga: Pemkab Kotim tingkatkan penerapan sistem pengadaan katalog lokal