Jakarta (ANTARA) - Asosiasi IOT Indonesia (ASIOTI) merilis hasil survei yang melibatkan 20 CEO dan CTO dari 11 industri vertikal, menunjukkan tingginya permintaan teknologi 5G dan AI atau kecerdasan buatan dari pelaku industri.
CEO dan CTO dalam survei itu merupakan perwakilan dari berbagai perusahaan dengan kisaran valuasi Rp12,01 triliun hingga Rp319,360 triliun dari sektor pertanian, infrastruktur jalan, manufaktur, pertambangan, dan infrastruktur digital. Survei itu juga melibatkan enam responden tambahan, terdiri dari asosiasi, akademisi dan pemerintah.
"Survei pasar yang dilakukan Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) menyajikan informasi penting mengenai kesiapan dan harapan para CEO dan CTO Indonesia dalam hal penerapan teknologi 5G dan AI," ujar Ketua ASIOTI Teguh Prasetya dalam acara perilisan hasil survei tersebut di Jakarta, Kamis.
Teguh mengatakan para CEO dan CTO yang disurvei memiliki antusiasme tinggi untuk menerapkan teknologi tersebut. Dengan demikian, kata dia, perlu dilakukan implementasi privat 5G di Indonesia sebagai salah satu kunci penunjang kesuksesan 5G.
Meskipun demikian, industri telekomunikasi dan para pemangku kepentingan perlu mengatasi permasalahan seputar keamanan data, privasi, dan biaya untuk memastikan penerapan teknologi 5G di Indonesia dapat berjalan dengan lancar.
Dia mengatakan, seiring dengan bergeraknya Indonesia menuju masa depan digital Indonesia Emas 2025, ekosistem yang terdiri dari pemangku kepentingan industri, pembuat kebijakan, dan penyedia teknologi harus segera berkolaborasi untuk menghadirkan implementasi 5G sesegera mungkin dengan mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang dihadirkan oleh teknologi 5G dan AI.
"Dengan melakukan hal tersebut, Indonesia dapat menjadi yang terdepan dalam ekonomi digital dan mendorong inovasi di berbagai industri," ucap Teguh.
Kepala Riset BIIU Dias Rima Sutiono mengatakan berdasarkan hasil survei, 95 persen CEO dan CTO menyatakan siap untuk menerapkan teknologi 5G dan AI.
Para CEO dan CTO juga berharap internet 5G akan menghasilkan konektivitas yang lebih baik, memenuhi permintaan pelanggan yang semakin peduli dengan keberlanjutan, dan membuka peluang kerja sama baru. Selain itu, 40 persen CEO dan CTO telah melihat sendiri dampak penerapan internet 5G terhadap efisiensi bisnis, dan sekitar 45 persen menyebutkan bahwa internet 5G dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk berinvestasi pada teknologi AI.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa teknologi 5G dan AI menjadi sangat penting bagi sektor logistik, otomotif, kesehatan, dan pertanian. Keempat sektor industri itu merupakan yang paling membutuhkan konektivitas 5G untuk meningkatkan efisiensi, menerapkan fitur IoT yang canggih, dan melakukan analisis data secara terkini.
Para CEO dan CTO yang disurvei juga menekankan perlunya cakupan 5G yang komprehensif di daerah terpencil dan akses internet berkecepatan tinggi. Perusahaan yang disurvei juga telah mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang beragam untuk penerapan, pengoperasian, dan pengelolaan teknologi 5G dan AI.
Sebagian besar mengalokasikan anggaran hingga 40 persen untuk implementasi dan operasional, sedangkan beberapa perusahaan lainnya mengalokasikan lebih dari 40 persen.
Ketua Asosiasi IOT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya (kiri), Kepala Riset Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) Dias Rima Sutiono (dua kiri), Senior Director Government Affairs Qualcomm South East Asia Nies Purwati (tiga kiri), dan Direktur Eksekutif ICT Heru Sutadi dalam acara peluncuran survei di forum diskusi publik bertajuk 5G is Now – "Opening the Gateway to Future Growth and Development" di Alila Hotel, SCBD, Jakarta, Kamis (9/11/2023). (ANTARA/Fathur Rochman)
Disebutkan dalam hasil survei tersebut bahwa para CEO dan CTO telah menyadari bahwa teknologi 5G dan AI memiliki dampak yang signifikan terhadap bisnis. Mereka meyakini bahwa kedua teknologi itu dapat meningkatkan efisiensi bisnis, membantu pengambilan keputusan dan penerapan otomatisasi dengan cerdas, serta meningkatkan pengalaman pelanggan.
Mereka juga memprediksi 5G akan menjadi platform yang bermanfaat untuk memfasilitasi inovasi di masa depan.
Untuk sepenuhnya memanfaatkan peluang 5G dan AI, dihadirkan beberapa rekomendasi, termasuk mempercepat alokasi frekuensi, menyediakan jaringan privat untuk daerah terpencil, menetapkan peraturan keamanan data, dan mendorong transparansi data.
Dias mengatakan, pada dasarnya survei tersebut menunjukkan kesiapan industri Indonesia untuk mulai menerapkan teknologi 5G dan AI. Namun, masih ada berbagai tantangan yang perlu diatasi, seperti biaya, kompatibilitas teknologi, dan kesenjangan keterampilan,
"Pemerintah dan pemangku kepentingan industri perlu berkolaborasi untuk memastikan bahwa teknologi 5G ini dapat mencakup area yang luas, menetapkan peraturan yang mendukung, dan mendorong penggunaan teknologi ini di berbagai sektor,” ujar Dias.
Berdasarkan survei tersebut, terungkap bahwa masih ada berbagai tantangan dalam penerapan teknologi 5G dan AI di Indonesia, di antaranya pembangunan infrastruktur. Para CEO dan CTO mengatakan bahwa diperlukan biaya yang besar untuk melakukan peningkatan teknologi dan mengembangkan infrastruktur yang kuat dan andal untuk mendukung penerapan teknologi 5G dan AI.
Mereka juga menekankan pentingnya cakupan yang luas dan kapasitas jaringan yang memadai di berbagai wilayah di Indonesia.
Survei ini juga mengungkapkan masih adanya kesenjangan keterampilan dalam angkatan kerja yang mampu memanfaatkan dan mengelola teknologi 5G dan AI secara efektif. Para CEO dan CTO juga menyatakan perlunya program pelatihan khusus dan pendidikan untuk menjembatani kesenjangan ini.
Selain itu, masih ada pula kekhawatiran terkait kerangka regulasi seputar teknologi 5G dan AI. Para CEO dan CTO menekankan bahwa penerapan teknologi 5G dan AI memerlukan regulasi dan kebijakan yang jelas.
Direktur Eksekutif ICT Heru Sutadi mengatakan hasil survei itu menggarisbawahi tingginya kesadaran dan antusiasme pelaku usaha di Indonesia terhadap penerapan teknologi 5G. Pengembangan infrastruktur, peningkatan keterampilan SDM, dan adanya regulasi yang mendukung juga menjadi faktor penting untuk menyukseskan penerapan teknologi tersebut.
"Memahami harapan dan kekhawatiran para pelaku usaha sangatlah penting dalam membentuk strategi dan kebijakan yang dapat mendorong penerapan ekosistem 5G yang positif dan inklusif," ucap Heru.
CEO dan CTO dalam survei itu merupakan perwakilan dari berbagai perusahaan dengan kisaran valuasi Rp12,01 triliun hingga Rp319,360 triliun dari sektor pertanian, infrastruktur jalan, manufaktur, pertambangan, dan infrastruktur digital. Survei itu juga melibatkan enam responden tambahan, terdiri dari asosiasi, akademisi dan pemerintah.
"Survei pasar yang dilakukan Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) menyajikan informasi penting mengenai kesiapan dan harapan para CEO dan CTO Indonesia dalam hal penerapan teknologi 5G dan AI," ujar Ketua ASIOTI Teguh Prasetya dalam acara perilisan hasil survei tersebut di Jakarta, Kamis.
Teguh mengatakan para CEO dan CTO yang disurvei memiliki antusiasme tinggi untuk menerapkan teknologi tersebut. Dengan demikian, kata dia, perlu dilakukan implementasi privat 5G di Indonesia sebagai salah satu kunci penunjang kesuksesan 5G.
Meskipun demikian, industri telekomunikasi dan para pemangku kepentingan perlu mengatasi permasalahan seputar keamanan data, privasi, dan biaya untuk memastikan penerapan teknologi 5G di Indonesia dapat berjalan dengan lancar.
Dia mengatakan, seiring dengan bergeraknya Indonesia menuju masa depan digital Indonesia Emas 2025, ekosistem yang terdiri dari pemangku kepentingan industri, pembuat kebijakan, dan penyedia teknologi harus segera berkolaborasi untuk menghadirkan implementasi 5G sesegera mungkin dengan mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang dihadirkan oleh teknologi 5G dan AI.
"Dengan melakukan hal tersebut, Indonesia dapat menjadi yang terdepan dalam ekonomi digital dan mendorong inovasi di berbagai industri," ucap Teguh.
Kepala Riset BIIU Dias Rima Sutiono mengatakan berdasarkan hasil survei, 95 persen CEO dan CTO menyatakan siap untuk menerapkan teknologi 5G dan AI.
Para CEO dan CTO juga berharap internet 5G akan menghasilkan konektivitas yang lebih baik, memenuhi permintaan pelanggan yang semakin peduli dengan keberlanjutan, dan membuka peluang kerja sama baru. Selain itu, 40 persen CEO dan CTO telah melihat sendiri dampak penerapan internet 5G terhadap efisiensi bisnis, dan sekitar 45 persen menyebutkan bahwa internet 5G dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk berinvestasi pada teknologi AI.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa teknologi 5G dan AI menjadi sangat penting bagi sektor logistik, otomotif, kesehatan, dan pertanian. Keempat sektor industri itu merupakan yang paling membutuhkan konektivitas 5G untuk meningkatkan efisiensi, menerapkan fitur IoT yang canggih, dan melakukan analisis data secara terkini.
Para CEO dan CTO yang disurvei juga menekankan perlunya cakupan 5G yang komprehensif di daerah terpencil dan akses internet berkecepatan tinggi. Perusahaan yang disurvei juga telah mengalokasikan anggaran dalam jumlah yang beragam untuk penerapan, pengoperasian, dan pengelolaan teknologi 5G dan AI.
Sebagian besar mengalokasikan anggaran hingga 40 persen untuk implementasi dan operasional, sedangkan beberapa perusahaan lainnya mengalokasikan lebih dari 40 persen.
Ketua Asosiasi IOT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya (kiri), Kepala Riset Bisnis Indonesia Intelligence Unit (BIIU) Dias Rima Sutiono (dua kiri), Senior Director Government Affairs Qualcomm South East Asia Nies Purwati (tiga kiri), dan Direktur Eksekutif ICT Heru Sutadi dalam acara peluncuran survei di forum diskusi publik bertajuk 5G is Now – "Opening the Gateway to Future Growth and Development" di Alila Hotel, SCBD, Jakarta, Kamis (9/11/2023). (ANTARA/Fathur Rochman)
Disebutkan dalam hasil survei tersebut bahwa para CEO dan CTO telah menyadari bahwa teknologi 5G dan AI memiliki dampak yang signifikan terhadap bisnis. Mereka meyakini bahwa kedua teknologi itu dapat meningkatkan efisiensi bisnis, membantu pengambilan keputusan dan penerapan otomatisasi dengan cerdas, serta meningkatkan pengalaman pelanggan.
Mereka juga memprediksi 5G akan menjadi platform yang bermanfaat untuk memfasilitasi inovasi di masa depan.
Untuk sepenuhnya memanfaatkan peluang 5G dan AI, dihadirkan beberapa rekomendasi, termasuk mempercepat alokasi frekuensi, menyediakan jaringan privat untuk daerah terpencil, menetapkan peraturan keamanan data, dan mendorong transparansi data.
Dias mengatakan, pada dasarnya survei tersebut menunjukkan kesiapan industri Indonesia untuk mulai menerapkan teknologi 5G dan AI. Namun, masih ada berbagai tantangan yang perlu diatasi, seperti biaya, kompatibilitas teknologi, dan kesenjangan keterampilan,
"Pemerintah dan pemangku kepentingan industri perlu berkolaborasi untuk memastikan bahwa teknologi 5G ini dapat mencakup area yang luas, menetapkan peraturan yang mendukung, dan mendorong penggunaan teknologi ini di berbagai sektor,” ujar Dias.
Berdasarkan survei tersebut, terungkap bahwa masih ada berbagai tantangan dalam penerapan teknologi 5G dan AI di Indonesia, di antaranya pembangunan infrastruktur. Para CEO dan CTO mengatakan bahwa diperlukan biaya yang besar untuk melakukan peningkatan teknologi dan mengembangkan infrastruktur yang kuat dan andal untuk mendukung penerapan teknologi 5G dan AI.
Mereka juga menekankan pentingnya cakupan yang luas dan kapasitas jaringan yang memadai di berbagai wilayah di Indonesia.
Survei ini juga mengungkapkan masih adanya kesenjangan keterampilan dalam angkatan kerja yang mampu memanfaatkan dan mengelola teknologi 5G dan AI secara efektif. Para CEO dan CTO juga menyatakan perlunya program pelatihan khusus dan pendidikan untuk menjembatani kesenjangan ini.
Selain itu, masih ada pula kekhawatiran terkait kerangka regulasi seputar teknologi 5G dan AI. Para CEO dan CTO menekankan bahwa penerapan teknologi 5G dan AI memerlukan regulasi dan kebijakan yang jelas.
Direktur Eksekutif ICT Heru Sutadi mengatakan hasil survei itu menggarisbawahi tingginya kesadaran dan antusiasme pelaku usaha di Indonesia terhadap penerapan teknologi 5G. Pengembangan infrastruktur, peningkatan keterampilan SDM, dan adanya regulasi yang mendukung juga menjadi faktor penting untuk menyukseskan penerapan teknologi tersebut.
"Memahami harapan dan kekhawatiran para pelaku usaha sangatlah penting dalam membentuk strategi dan kebijakan yang dapat mendorong penerapan ekosistem 5G yang positif dan inklusif," ucap Heru.