Jakarta (ANTARA) - Mobil swakemudi besutan General Motors, Cruise akan melanjutkan program uji coba ke Jepang dan Dubai, kendati kendaraan itu masih dalam penyelidikan di Amerika Serikat atas kasus kecelakaan yang terjadi pada Oktober 2023.
Kecelakaan yang melibatkan Cruise dengan pejalan kaki itu membuat perusahaan pada pekan lalu menangguhkan operasional 950 unit kendaraan itu, lapor Reuters pada Sabtu (18/11) waktu setempat.
Kendati demikian, Cruise tetap melangsungkan uji coba di beberapa negara di luar AS. Juru bicara perusahaan membenarkan bahwa Cruise yang beroperasi di luar negeri memiliki spesifikasi yang sama dengan AS.
Ketika ditanya, apakah kendaraan itu aman untuk diuji coba di Jepang dan Dubai, juru bicara itu menyatakan "itu keputusan yang sudah kami buat.”
Baca juga: BYD: fitur otonom mustahil untuk diterapkan
Juru bicara perusahaan juga tidak merinci jumlah kendaraan yang diuji di Jepang dan Dubai.
Dalam unggahan di laman perusahaan pada pekan lalu, Cruise menyatakan bahwa mereka "akan terus mengoperasikan kendaraan di lingkungan pelatihan tertutup dan mempertahankan program simulasi aktif agar tetap fokus pada kemajuan teknologi AV."
Di sisi lain, Bryant Walker selaku profesor hukum dari Universitas South Carolina yang mempelajari masalah transportasi menyatakan bahwa Cruise perlu memperjelas perbedaan antara pengujian di luar negeri dan di AS.
“Masuk akal untuk bertanya mengapa mereka berpikir aman untuk membawa mobil-mobil ini ke jalan raya di belahan dunia lain, jika mereka menariknya dari jalan raya di sini,” katanya.
"Cruise perlu menjelaskan perbedaannya," kata Bryant Walker.
Sebelumnya, mobil-mobil Cruise di AS ditarik kembali karena masalah subsistem pendeteksi tabrakan yang diduga memberikan respons secara tidak tepat setelah terjadi kecelakaan, menurut Otoritas Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS.
Kecelakaan yang melibatkan Cruise dengan pejalan kaki itu membuat perusahaan pada pekan lalu menangguhkan operasional 950 unit kendaraan itu, lapor Reuters pada Sabtu (18/11) waktu setempat.
Kendati demikian, Cruise tetap melangsungkan uji coba di beberapa negara di luar AS. Juru bicara perusahaan membenarkan bahwa Cruise yang beroperasi di luar negeri memiliki spesifikasi yang sama dengan AS.
Ketika ditanya, apakah kendaraan itu aman untuk diuji coba di Jepang dan Dubai, juru bicara itu menyatakan "itu keputusan yang sudah kami buat.”
Baca juga: BYD: fitur otonom mustahil untuk diterapkan
Juru bicara perusahaan juga tidak merinci jumlah kendaraan yang diuji di Jepang dan Dubai.
Dalam unggahan di laman perusahaan pada pekan lalu, Cruise menyatakan bahwa mereka "akan terus mengoperasikan kendaraan di lingkungan pelatihan tertutup dan mempertahankan program simulasi aktif agar tetap fokus pada kemajuan teknologi AV."
Di sisi lain, Bryant Walker selaku profesor hukum dari Universitas South Carolina yang mempelajari masalah transportasi menyatakan bahwa Cruise perlu memperjelas perbedaan antara pengujian di luar negeri dan di AS.
“Masuk akal untuk bertanya mengapa mereka berpikir aman untuk membawa mobil-mobil ini ke jalan raya di belahan dunia lain, jika mereka menariknya dari jalan raya di sini,” katanya.
"Cruise perlu menjelaskan perbedaannya," kata Bryant Walker.
Sebelumnya, mobil-mobil Cruise di AS ditarik kembali karena masalah subsistem pendeteksi tabrakan yang diduga memberikan respons secara tidak tepat setelah terjadi kecelakaan, menurut Otoritas Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS.