Vape dinilai tidak benar-benar membuat seseorang berhenti merokok

Kamis, 7 Maret 2024 10:28 WIB

Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr dr Agus Dwi Susanto menyebutkan penggunaan vape atau rokok elektrik tidak benar-benar membuat penggunanya berhenti merokok.

Hal tersebut dikemukakannya dalam merespons adanya unggahan video yang viral di media sosial TikTok, yang menceritakan tentang seorang pengguna vape rutin yang kini menjadi pasien radang paru atau pneumonia.

"Vape bisa membantu seseorang untuk berhenti merokok, tapi harus mengikuti SOP berhenti merokok yang dikemukakan oleh WHO," katanya saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) itu menjelaskan protokol berhenti merokok yang dikemukakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah menghentikan modalitas merokok dalam bentuk apapun, saat obat yang diberikan oleh dokter sudah habis.

Baca juga: Berikut tiga bahan berbahaya rokok elektrik dan efek buruk pada kesehatan

"Dia (vape) bisa dipakai untuk berhenti merokok kalau ikut SOP, begitu berhenti merokok, vape-nya juga harus berhenti. Masalahnya, di Indonesia nggak begitu, kalimatnya berhenti merokok, rokok konvensional, iya, berhenti, tapi malah vape-nya lanjut terus," ujarnya.

Menurut Agus, hal tersebut menyebabkan vape bukan termasuk bagian dari terapi berhenti merokok, namun hanya sebagai upaya pengalihan penggunaan modalitas merokok, dari rokok konvensional menjadi vape.

"Jadi, anggapan vape bisa membantu berhenti merokok itu jadi salah, karena terminologi alat bantu berhenti merokok itu begitu berhenti merokok, obatnya berhenti. Masalahnya berhenti rokok konvensional terus bagaimana, vape saya pakai terus seumur hidup? Ya, nggak bisa begitu, itu namanya bukan alat bantu berhenti merokok, tapi pengalihan modalitas merokok. Itu klaim yang menyesatkan dari para produsen," ucapnya.

Baca juga: WHO minta negara-negara melarang rokok dan vape di sekolah

Karena alasan itu, ungkap Agus, WHO tidak merekomendasikan vape sebagai alat bantu berhenti merokok, karena penggunaan vape cenderung disalahgunakan oleh para penggunanya.

Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi rokok dalam bentuk apapun, baik vape maupun rokok konvensional, karena semuanya memiliki risiko dan bahaya yang sama bagi kesehatan.

"Termasuk juga shisha, sama juga bahayanya untuk kesehatan jangka pendek atau panjang. Hindari penggunaannya, karena akan menyebabkan penyakit suatu saat nanti pada diri masyarakat," tutur Agus Dwi Susanto.

Baca juga: Produk tembakau alternatif bantu kurangi kebiasaan merokok

Baca juga: Rokok elektrik berdampak buruk untuk kesuburan?

Baca juga: Seorang anak dilarikan ke rumah sakit diduga keracunan vape

Pewarta : Sean Muhamad
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Pemerintah China serukan Israel berhenti menyerang Rafah

09 May 2024 9:49 Wib

Tips memulai berhenti merokok di momen Ramadhan

24 March 2024 10:47 Wib

Benarkah mengunyah permen karet bisa bantu berhenti merokok?

09 January 2024 14:35 Wib

Selena Gomez akan berhenti bermusik dan fokus akting?

03 January 2024 17:57 Wib

22 rumah sakit berhenti beroperasi akibat agresi Israel di Gaza

13 November 2023 15:46 Wib
Terpopuler

Melalui PDI Perjuangan, Ketua KONI Kalteng maju jadi bacalon Wali Kota

Kabar Daerah - 08 May 2024 17:49 Wib

Mainz lolos dari zona degradasi usai kandaskan Dortmund

Olahraga - 8 jam lalu

PLN UID Kalselteng gelar GM Mengajar di momen Hardiknas

Kabar Daerah - 07 May 2024 16:38 Wib

Kinerja wasit dan Witan mendominasi pemberitaan media massa

Olahraga - 11 May 2024 8:14 Wib

DPRD Kalteng minta hasil reses perseorangan ditindaklanjuti pemprov

Kabar Daerah - 06 May 2024 17:16 Wib