Sampit (ANTARA) - Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah usaha rumahan berupa kue kering laris manis diserbu pelanggan, seperti yang dirasakan pelaku usaha kue rumahan di Jalan Metro TV, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah.
“Pesanan kue meningkat sekitar 80 persen, setiap hari ada produksi. Bahkan, sejak sebelum Ramadhan sudah ada yang pesan,” kata pemilik usaha Natasya Cake Sampit, Sri Ratna Cahyani di Sampit, Jumat.
Ratna menceritakan, ia menjalankan usaha kue rumahan selama kurang lebih sembilan tahun. Pasang surut sudah dirasakannya selama menjalankan usaha tersebut.
Dari pengalaman bertahun-tahun, momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menjadi favoritnya karena pada waktu tersebut permintaan konsumen akan meningkat berkali-kali lipat. Pesanan datang bukan hanya dari Sampit, tapi juga sampai luar daerah, seperti Pangkalan Bun dan Kuala Pembuang.
Ia mengaku, pada Ramadhan tahun lalu omzet yang diraih dari berjualan kue mencapai Rp50 juta, diperkirakan tahun ini lebih tinggi karena meningkatnya jumlah pesanan. Namun, omzet tersebut belum dipotong modal untuk membeli bahan dan membayar karyawan.
“Alhamdulillah, Ramadhan membawa berkah dan rezeki bagi usaha kue seperti kami,” ucapnya.
Ratna melanjutkan, untuk penjualan kue kering sebenarnya hanya dilakukan ketika bulan Ramadhan, sedangkan pada hari biasa ia fokus berjualan kue ulang tahun dan semacamnya.
Total ada 12 macam kue kering yang ia jual, mulai dari nastar, sagu keju, lidah kucing original dan rainbow, semprit mawar, coklat mede, coklat crunch, putri salju, kastengel, kue kacang, dan vanila coklat.
Harga kue kering dibanderol mulai Rp40 ribu hingga Rp100 ribu, dengan kemasan 250 gram hingga 500 gram atau setengah kilogram. Sedangkan, untuk kue ulang tahun dibanderol Rp75 ribu hingga Rp200 ribu tergantung ukuran.
Selain kue, khusus Ramadhan ini ia juga menerima pesanan parsel sesuai permintaan pelanggan dengan harga mulai dari Rp125 ribu sampai Rp400 ribu.
Baca juga: Bupati Kotim minta aparat tertibkan penjarahan sawit di Mentaya Hulu
“Untuk parsel selain diisi dengan kue olahan kami juga diisi dengan produk-produk lainnya, seperti sirup, permen, dan lain-lain sesuai budget konsumen,” tuturnya.
Dalam sehari ia bisa memproduksi hingga 20 kilogram kue kering, untuk pengerjaannya ia dibantu oleh empat orang yang merupakan tetangga dan keluarga. Melalui usaha kecil-kecilannya itu, Ratna bisa membuka peluang rezeki dengan memberdayakan warga sekitarnya.
Namun, hal yang dikeluhkan Ratna ketika Ramadhan seperti ini biasanya harga bahan pangan meningkat, termasuk bahan untuk membuat kue seperti tepung, telur, gula dan minyak goreng.
Disamping itu, bahan untuk membuat kue juga sering habis karena diborong pelaku usaha lain maupun warga yang hendak membuat kue untuk Lebaran, sehingga ia harus berusaha ekstra untuk mencari bahan ke toko-toko lainnya.
Untuk mengimbangi kenaikan harga bahan, ia pun mau tak mau menaikkan harga kue yang ia jual. Contohnya, kue takaran 250 gram yang tahun lalu dijual Rp35 ribu, tahun ini naik menjadi Rp40 ribu, lalu kue takaran 500 gram dari Rp85 ribu menjadi Rp100 ribu.
“Harga kuenya disesuaikan dengan harga bahan. Para pembeli pun memaklumi, karena mereka kan juga tahu kalau bahan-bahan di pasaran sedang naik,” jelasnya.
Untuk mempromosikan usaha rumahan miliknya, Ratna sangat mengandalkan media sosial. Ia tidak memungkiri persaingan usaha dari tahun ke tahun semakin ketat, apalagi pada Ramadhan biasanya banyak bermunculan pedagang kue musiman dan usaha kue dadakan.
Menyikapi hal tersebut Ratna tak mau ambil pusing, karena menurutnya rezeki setiap orang sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai manusia ia hanya bisa berusaha yang terbaik, yakni dengan menjaga kualitas dan rasa kue olahannya, serta aktif melakukan promosi di media sosial.
“Namanya rezeki kami pasrah saja kepada Allah SWT, yang kami tetap berusaha yang terbaik,” demikian Ratna.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan Rp133 miliar bayar hak-hak pegawai
Baca juga: Sekolah di Kotim wajib terapkan Kurikulum Merdeka di 2024
Baca juga: DPRD Kotim minta pengawasan kepelabuhanan ditingkatkan untuk pacu pendapatan
“Pesanan kue meningkat sekitar 80 persen, setiap hari ada produksi. Bahkan, sejak sebelum Ramadhan sudah ada yang pesan,” kata pemilik usaha Natasya Cake Sampit, Sri Ratna Cahyani di Sampit, Jumat.
Ratna menceritakan, ia menjalankan usaha kue rumahan selama kurang lebih sembilan tahun. Pasang surut sudah dirasakannya selama menjalankan usaha tersebut.
Dari pengalaman bertahun-tahun, momentum Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menjadi favoritnya karena pada waktu tersebut permintaan konsumen akan meningkat berkali-kali lipat. Pesanan datang bukan hanya dari Sampit, tapi juga sampai luar daerah, seperti Pangkalan Bun dan Kuala Pembuang.
Ia mengaku, pada Ramadhan tahun lalu omzet yang diraih dari berjualan kue mencapai Rp50 juta, diperkirakan tahun ini lebih tinggi karena meningkatnya jumlah pesanan. Namun, omzet tersebut belum dipotong modal untuk membeli bahan dan membayar karyawan.
“Alhamdulillah, Ramadhan membawa berkah dan rezeki bagi usaha kue seperti kami,” ucapnya.
Ratna melanjutkan, untuk penjualan kue kering sebenarnya hanya dilakukan ketika bulan Ramadhan, sedangkan pada hari biasa ia fokus berjualan kue ulang tahun dan semacamnya.
Total ada 12 macam kue kering yang ia jual, mulai dari nastar, sagu keju, lidah kucing original dan rainbow, semprit mawar, coklat mede, coklat crunch, putri salju, kastengel, kue kacang, dan vanila coklat.
Harga kue kering dibanderol mulai Rp40 ribu hingga Rp100 ribu, dengan kemasan 250 gram hingga 500 gram atau setengah kilogram. Sedangkan, untuk kue ulang tahun dibanderol Rp75 ribu hingga Rp200 ribu tergantung ukuran.
Selain kue, khusus Ramadhan ini ia juga menerima pesanan parsel sesuai permintaan pelanggan dengan harga mulai dari Rp125 ribu sampai Rp400 ribu.
Baca juga: Bupati Kotim minta aparat tertibkan penjarahan sawit di Mentaya Hulu
“Untuk parsel selain diisi dengan kue olahan kami juga diisi dengan produk-produk lainnya, seperti sirup, permen, dan lain-lain sesuai budget konsumen,” tuturnya.
Dalam sehari ia bisa memproduksi hingga 20 kilogram kue kering, untuk pengerjaannya ia dibantu oleh empat orang yang merupakan tetangga dan keluarga. Melalui usaha kecil-kecilannya itu, Ratna bisa membuka peluang rezeki dengan memberdayakan warga sekitarnya.
Namun, hal yang dikeluhkan Ratna ketika Ramadhan seperti ini biasanya harga bahan pangan meningkat, termasuk bahan untuk membuat kue seperti tepung, telur, gula dan minyak goreng.
Disamping itu, bahan untuk membuat kue juga sering habis karena diborong pelaku usaha lain maupun warga yang hendak membuat kue untuk Lebaran, sehingga ia harus berusaha ekstra untuk mencari bahan ke toko-toko lainnya.
Untuk mengimbangi kenaikan harga bahan, ia pun mau tak mau menaikkan harga kue yang ia jual. Contohnya, kue takaran 250 gram yang tahun lalu dijual Rp35 ribu, tahun ini naik menjadi Rp40 ribu, lalu kue takaran 500 gram dari Rp85 ribu menjadi Rp100 ribu.
“Harga kuenya disesuaikan dengan harga bahan. Para pembeli pun memaklumi, karena mereka kan juga tahu kalau bahan-bahan di pasaran sedang naik,” jelasnya.
Untuk mempromosikan usaha rumahan miliknya, Ratna sangat mengandalkan media sosial. Ia tidak memungkiri persaingan usaha dari tahun ke tahun semakin ketat, apalagi pada Ramadhan biasanya banyak bermunculan pedagang kue musiman dan usaha kue dadakan.
Menyikapi hal tersebut Ratna tak mau ambil pusing, karena menurutnya rezeki setiap orang sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai manusia ia hanya bisa berusaha yang terbaik, yakni dengan menjaga kualitas dan rasa kue olahannya, serta aktif melakukan promosi di media sosial.
“Namanya rezeki kami pasrah saja kepada Allah SWT, yang kami tetap berusaha yang terbaik,” demikian Ratna.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan Rp133 miliar bayar hak-hak pegawai
Baca juga: Sekolah di Kotim wajib terapkan Kurikulum Merdeka di 2024
Baca juga: DPRD Kotim minta pengawasan kepelabuhanan ditingkatkan untuk pacu pendapatan