Jakarta (ANTARA) - Sebuah studi baru menemukan fakta bahwa wanita berisiko mengalami depresi sebesar 40 persen saat memasuki tahap perimenopaue.
Melansir Medical Daily, Kamis (2/5), perimenopause adalah periode sebelum seorang wanita mengalami menopause yang ditandai dengan penurunan fungsi ovarium secara bertahap. Biasanya tahap ini terjadi sekitar tiga sampai lima tahun sebelum menopause.
Pada tahap itu, kadar estrogen dan progesteron mulai berfluktuasi sehingga menyebabkan gejala menopause, termasuk perubahan suasana hati dan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Menurut studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders, terdapat peningkatan risiko depresi pada wanita yang mengalami tahap perimenopause sebesar 40 persen, dibandingkan dengan tahap pramenopause (rentang waktu sejak menstruasi pertama hingga tahap perimenopause).
Baca juga: Bolehkah rutin minum air jahe saat menopause?
Temuan ini didasarkan pada meta-analisis dari tujuh penelitian yang melibatkan 9.141 wanita dari seluruh dunia yang mengevaluasi bagaimana berbagai tahapan menopause dikaitkan dengan depresi.
Seorang peneliti, Dr. Roopal Desai, menjelaskan studi tersebut menekankan pentingnya mengakui bahwa wanita dalam tahap kehidupan ini lebih rentan mengalami depresi. Penelitian itu juga menggarisbawahi perlunya untuk memberikan dukungan dan pemeriksaan bagi perempuan guna membantu mengatasi kebutuhan kesehatan mental mereka secara efektif.
“Perempuan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam hidup mereka untuk menghadapi gejala-gejala menopause yang dapat berdampak besar pada kesejahteraan dan kualitas hidup mereka. Temuan kami menunjukkan betapa signifikannya penderitaan kesehatan mental perempuan perimenopause selama masa ini,” kata peneliti lain, Profesor Aimee Spector.
Baca juga: Endometriosis masih bisa menyerang wanita menopause
Spector menilai diperlukan kesadaran dan dukungan yang lebih besar untuk mengatasi gejala-gejala tersebut, memastikan mereka menerima bantuan dan perawatan yang tepat baik secara medis, di tempat kerja dan di rumah.
Walaupun demikian, penelitian tersebut tidak menemukan peningkatan risiko depresi secara signifikan pada tahap pascamenopause dibandingkan wanita pramenopause.
Ada keterbatasan tertentu dalam penelitian itu, yaitu kriteria dan ukuran yang digunakan dalam berbagai penelitian untuk mengevaluasi tahap menopause dan depresi bervariasi sehingga menyebabkan variabilitas pada beberapa hasil. Selain itu, hanya ada penelitian terbatas yang membandingkan tahap perimenopause dan pascamenopause.
Baca juga: Benarkah akunpuntur bisa kurangi nyeri pada wanita menopause?
Baca juga: Benarkah sering berhubungan intim bisa tunda menopause?
Baca juga: Mengapa menopause bisa pengaruhi fungsi kognitif dan mental wanita?
Melansir Medical Daily, Kamis (2/5), perimenopause adalah periode sebelum seorang wanita mengalami menopause yang ditandai dengan penurunan fungsi ovarium secara bertahap. Biasanya tahap ini terjadi sekitar tiga sampai lima tahun sebelum menopause.
Pada tahap itu, kadar estrogen dan progesteron mulai berfluktuasi sehingga menyebabkan gejala menopause, termasuk perubahan suasana hati dan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Menurut studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders, terdapat peningkatan risiko depresi pada wanita yang mengalami tahap perimenopause sebesar 40 persen, dibandingkan dengan tahap pramenopause (rentang waktu sejak menstruasi pertama hingga tahap perimenopause).
Baca juga: Bolehkah rutin minum air jahe saat menopause?
Temuan ini didasarkan pada meta-analisis dari tujuh penelitian yang melibatkan 9.141 wanita dari seluruh dunia yang mengevaluasi bagaimana berbagai tahapan menopause dikaitkan dengan depresi.
Seorang peneliti, Dr. Roopal Desai, menjelaskan studi tersebut menekankan pentingnya mengakui bahwa wanita dalam tahap kehidupan ini lebih rentan mengalami depresi. Penelitian itu juga menggarisbawahi perlunya untuk memberikan dukungan dan pemeriksaan bagi perempuan guna membantu mengatasi kebutuhan kesehatan mental mereka secara efektif.
“Perempuan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam hidup mereka untuk menghadapi gejala-gejala menopause yang dapat berdampak besar pada kesejahteraan dan kualitas hidup mereka. Temuan kami menunjukkan betapa signifikannya penderitaan kesehatan mental perempuan perimenopause selama masa ini,” kata peneliti lain, Profesor Aimee Spector.
Baca juga: Endometriosis masih bisa menyerang wanita menopause
Spector menilai diperlukan kesadaran dan dukungan yang lebih besar untuk mengatasi gejala-gejala tersebut, memastikan mereka menerima bantuan dan perawatan yang tepat baik secara medis, di tempat kerja dan di rumah.
Walaupun demikian, penelitian tersebut tidak menemukan peningkatan risiko depresi secara signifikan pada tahap pascamenopause dibandingkan wanita pramenopause.
Ada keterbatasan tertentu dalam penelitian itu, yaitu kriteria dan ukuran yang digunakan dalam berbagai penelitian untuk mengevaluasi tahap menopause dan depresi bervariasi sehingga menyebabkan variabilitas pada beberapa hasil. Selain itu, hanya ada penelitian terbatas yang membandingkan tahap perimenopause dan pascamenopause.
Baca juga: Benarkah akunpuntur bisa kurangi nyeri pada wanita menopause?
Baca juga: Benarkah sering berhubungan intim bisa tunda menopause?
Baca juga: Mengapa menopause bisa pengaruhi fungsi kognitif dan mental wanita?