Tamiang Layang (ANTARA) - Konsep Pasuha atau wisata bertemakan alam dan susur sungai menggunakan perahu kecil di Desa Pulau Patai, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur , Kalimantan Tengah, tetap masuk dan bertahan di 300 besar desa wisata Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.
Masuknya wisata Pasuha itu karena menawarkan keindahan alam dan banyak diminati masyarakat hingga saat ini, kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Budparpora) Kabupaten Barito Timur, Herawani di Tamiang Layang, Selasa.
"Pesona wisata ini menjadi kebanggaan masyarakat pulau patai dan para kaula muda yang suka menikmati keindahan hutan yang masih asri dengan pemandangan hijau yang masih terjaga," tambahnya.
Dalam susur sungai itu, para pengunjung bisa melihat langsung aneka satwa langka seperti orang Utan, Bekantan, Burung Enggang, Burung Ranggok, Burung Tiung dan satwa lainnya.
Selain itu, ungkap Herawani, wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata Pasuha itu juga bisa langsung menangkap ikan secara tradisional dengan memancing atau dengan atau jala. Tentu ini sangat mengasyikkan jika berlibur di waktu liburan di Patai Suku Hawa (Pasuha).
"Jadi, bukan hanya sebagai tempat refreshing saat liburan, tambah Herawani, ada berbagai even tahunan dan bulanan yang dilaksanakan di lokasi wisata tersebut diantaranya Festival Nariuk," kata Herawani.
Festival Nariuk merupakan wisata yang diambil dari sebuah tradisi turun temurun masyarakat yang mayoritas adalah suku Dayak Maanyan, dimana dalam menangkap ikan air tawar dengan menggunakan tombak bermata tunggal yang diikuti puluhan hingga ribuan orang.
Baca juga: Pemkab Bartim optimalkan sawah 5.703 hektare untuk wujudkan swasembada pangan
"Biasanya Festival Nariuk dilaksanakan ketika air surut pada musim kemarau," kata Herawani.
Dirinya pun berharap Wisata Pasuha terus berkembang sejak dibangun dan diresmikan pada 2019 silam. Dalam tiap even tahunan maupun bulan, masyarakat pada umumnya menjadi pelaku usaha UMKM dan menjajakan dagangannya, baik berupa kerajinan tangan hingga penganan, bahkan menjadikan lahan pekarangan menjadi lahan parkiran.
"Kami meyakini berkembangnya Wisata Pasuha juga akan diikuti dengan berkembangnya UMKM disana. Kami harapkan pemerintah desa dan pengelola terus berkolaborasi mengembangkan Wisata Pasuha," demikin Herawani.
Baca juga: DPKP Bartim optimistis genangan di Desa Plantau tak pengaruhi optimasi lahan rawa
Baca juga: DLH gandeng sejumlah pihak wujudkan Bartim bersih dari sampah
Baca juga: Penjabat Bupati Bartim lepas keberangkatan calon haji menuju tanah suci
Masuknya wisata Pasuha itu karena menawarkan keindahan alam dan banyak diminati masyarakat hingga saat ini, kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Budparpora) Kabupaten Barito Timur, Herawani di Tamiang Layang, Selasa.
"Pesona wisata ini menjadi kebanggaan masyarakat pulau patai dan para kaula muda yang suka menikmati keindahan hutan yang masih asri dengan pemandangan hijau yang masih terjaga," tambahnya.
Dalam susur sungai itu, para pengunjung bisa melihat langsung aneka satwa langka seperti orang Utan, Bekantan, Burung Enggang, Burung Ranggok, Burung Tiung dan satwa lainnya.
Selain itu, ungkap Herawani, wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata Pasuha itu juga bisa langsung menangkap ikan secara tradisional dengan memancing atau dengan atau jala. Tentu ini sangat mengasyikkan jika berlibur di waktu liburan di Patai Suku Hawa (Pasuha).
"Jadi, bukan hanya sebagai tempat refreshing saat liburan, tambah Herawani, ada berbagai even tahunan dan bulanan yang dilaksanakan di lokasi wisata tersebut diantaranya Festival Nariuk," kata Herawani.
Festival Nariuk merupakan wisata yang diambil dari sebuah tradisi turun temurun masyarakat yang mayoritas adalah suku Dayak Maanyan, dimana dalam menangkap ikan air tawar dengan menggunakan tombak bermata tunggal yang diikuti puluhan hingga ribuan orang.
Baca juga: Pemkab Bartim optimalkan sawah 5.703 hektare untuk wujudkan swasembada pangan
"Biasanya Festival Nariuk dilaksanakan ketika air surut pada musim kemarau," kata Herawani.
Dirinya pun berharap Wisata Pasuha terus berkembang sejak dibangun dan diresmikan pada 2019 silam. Dalam tiap even tahunan maupun bulan, masyarakat pada umumnya menjadi pelaku usaha UMKM dan menjajakan dagangannya, baik berupa kerajinan tangan hingga penganan, bahkan menjadikan lahan pekarangan menjadi lahan parkiran.
"Kami meyakini berkembangnya Wisata Pasuha juga akan diikuti dengan berkembangnya UMKM disana. Kami harapkan pemerintah desa dan pengelola terus berkolaborasi mengembangkan Wisata Pasuha," demikin Herawani.
Baca juga: DPKP Bartim optimistis genangan di Desa Plantau tak pengaruhi optimasi lahan rawa
Baca juga: DLH gandeng sejumlah pihak wujudkan Bartim bersih dari sampah
Baca juga: Penjabat Bupati Bartim lepas keberangkatan calon haji menuju tanah suci