Makkah (ANTARA) - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengumumkan sejumlah barang yang perlu dibawa oleh jamaah calon haji Indonesia saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna).


"Saat berangkat pada 14 Juni nanti, jamaah laki-laki harus sudah memakai pakaian ihram. Kalau diperlukan membawa pakaian ihram cadangan. Ibu-ibu memakai pakaian yang menutup aurat," ujar Kepala Bidang Akomodasi Zaenal Muttaqin di Makkah, Selasa.

Zaenal mengatakan jamaah membawa tas yang digunakan untuk membawa paspor, obat-obatan, dan perlengkapan pribadi. Jamaah juga jangan lupa membawa smartcard atau kartu nusuk.



Kartu yang diterbitkan pemerintah Arab Saudi itu akan di-scan sebelum naik ke bus. Jamaah yang tidak bisa menunjukkan smartcard tidak bisa masuk ke Armuzna.

Selain itu, kata Zaenal, jamaah juga diminta membawa pakaian ganti yang cukup untuk dua hingga tiga hari. Mulai pakaian dalam dan pakaian sehari-hari. Juga jangan lupa membawa perlengkapan untuk mandi seperti handuk kecil, sabun, shampo, dan sikat gigi.

"Kalau bantal tidak usah dibawa, karena di tenda sudah disiapkan kasur dan bantal meskipun tidak sama dengan yang di hotel," kata Zaenal.

Setelah wukuf di Arafah, kemudian mabit di Muzdalifah dan Mina, jamaah melontar jumrah aqabah di Jamarat pada 10 Dzulhijah, jamaah bisa melepas pakaian ihram.

"Jamaah laki-laki bisa berganti dengan sarung atau celana panjang dan pakaian biasa. Yang ambil nafar tsani bisa menyiapkan pakaian untuk empat hari. Karena yang nafar tsani akan tinggal di Mina sampai 13 Dzulhijah. Kalau yang nafar awal akan di Mina 10-12 Dzulhijah," katanya.

Baca juga: SPA gandeng Kantor Berita ANTARA kabarkan peristiwa haji 2024

Baca juga: Serapan kuota haji 2024 menjadi tertinggi sepanjang sejarah

Zaenal mengimbau jamaah membawa tas yang simpel untuk membawa pakaian. Ia tidak menyarankan jamaah membawa koper kabin. Kecuali memang tidak ada tas lain yang lebih fleksibel.

Mobilitas jamaah dari Armuzna akan sangat cepat. Dari Makkah, jamaah akan turun di Arafah untuk wukuf. Malamnya, jamaah harus naik bus lagi dan turun di Muzdalifah untuk mabit. Kemudian, harus bergerak lagi dan turun di Mina untuk 2-3 hari.

"Sehingga, koper bisa menyulitkan pergerakan jamaah saat naik dan turun dari bus," kata Zaenal.

Baca juga: Saudi buka 1.000 orang lagi keluarga Palestina untuk berhaji

Baca juga: Mufti Arab Saudi tegaskan kembali larangan berhaji tanpa visa haji

Baca juga: Jamaah diminta pahami manasik dan jangan langgar larangan ihram

Terkait akomodasi di Armuzna, menurut Zaenal, sudah siap 100 persen. Tenda-tenda di Arafah dan Mina sudah disiapkan oleh Masyariq. Bidang akomodasi juga berkoordinasi dengan petugas sektor untuk menyiapkan akomodasi bagi jamaah yang tidak menginap di Mina dan kembali ke hotel, terutama untuk jamaah yang tinggal di Syiyah dan Raudhah.

"Kami sudah meminta pengelola hotel untuk membuka hotelnya pada 10-12 Dzulhijah," kata Zaenal.

Selain itu, kata Zaenal, PPIH juga telah menyiapkan hotel transit untuk jamaah lansia nonmandiri. Lokasinya di Alawi, dekat Aziziah. Sengaja dipilih di sana karena dekat dengan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

"Kami sediakan kamar untuk menampung 390 orang/haji," kata Zaenal.

Pewarta : Asep Firmansyah
Uploader : Admin 1
Copyright © ANTARA 2024