Tianjin (ANTARA) - "Tolong buatkan kopi untuk saya," kata seorang pengunjung kepada sebuah robot putih mungil dalam ajang World Intelligence Expo 2024 yang sedang berlangsung di Kota Tianjin, China utara.
Robot barista itu segera merespons dengan menggerakkan lengannya untuk melakukan setiap langkah pembuatan kopi, mulai dari mengambil biji kopi, menggilingnya, lalu menyeduhnya dengan teknik steeping. Dalam sekejap, secangkir kopi yang harum pun siap disajikan kepada para pengunjung yang tampak antusias.
Robot barista ini menggunakan 3.000 jam pembelajaran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan 30.000 jam pelatihan lengan robotik untuk meniru teknik barista berpengalaman.
Dari robot humanoid hingga kendaraan otonomos, pameran selama empat hari ini menyoroti beragam skenario penerapan AI, yang menggambarkan masa depan yang penuh dengan prospek teknologi.
Sementara robot barista itu dengan tekun menyeduh kopi, Cybertruck yang futuristik di stan Tesla dalam zona pameran lainnya juga sukses mencuri perhatian.
Terintegrasi dengan berbagai teknologi AI mutakhir, sistem dalam mobil (in-car system) ini memiliki kemampuan berkendara otonomos berkat algoritma pembelajaran mendalam (deep learning) dan jaringan neural. Dilengkapi dengan sensor dan kamera canggih, kendaraan ini dapat menganalisis lingkungan sekitar secara real time dan mengambil keputusan cerdas.
Pada 2024, Tesla berencana menginvestasikan 10 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.420) untuk teknologi AI dan berkendara otonomos, ungkap sejumlah narasumber di perusahaan AS tersebut kepada Xinhua.
"Tidak hanya mobil, tetapi juga terminal cerdas seluler (mobile intelligent terminal), seperti robot beroda, yang dapat memenuhi beragam kebutuhan berbasis skenario, termasuk perjalanan, keamanan, hiburan, berkemah, bersosialisasi, hingga bahkan perawatan hewan peliharaan," kata salah seorang staf di stan tersebut.
Di sudut lainnya, kerumunan orang berkumpul dalam sebuah demonstrasi dari XPENG, produsen kendaraan listrik terkemuka di China.
Di dalam salah satu mobil yang dilengkapi dengan fungsi interaksi AI, pengguna dapat menerima rekomendasi objek-objek wisata, tempat parkir terdekat, atau bahkan tips perjalanan hanya dengan mengajukan pertanyaan.
"Ini luar biasa dan akan sangat memudahkan perjalanan sehari-hari kita. Saya tentu berencana membeli mobil pintar di masa depan," ujar seorang pengunjung asal Tianjin yang bermarga Song.
XPENG juga telah meningkatkan keamanan berkendara dengan teknologi AI melalui fungsi AI Bodyguard yang diluncurkannya. Dilengkapi sejumlah sensor pintar seperti LiDAR dan kamera, kendaraan XPENG dapat secara akurat melihat lingkungan eksternal dan bahkan memprediksi lintasan hewan kecil dan kendaraan di sekitarnya untuk menghindari tabrakan, ujar Li Xiaodong, seorang staf penjualan di perusahaan tersebut.
Hingga Mei 2024, XPENG telah mengirimkan lebih dari 440.000 unit kendaraan listrik pintar.
Suasana di pameran yang sedang berlangsung tersebut dipenuhi optimisme dengan pandangan yang tertuju pada masa depan AI.
"AI mempercepat integrasinya yang mendalam di berbagai industri, melahirkan bidang dan jalur baru yang akan menuntun pengembangan di masa depan, (serta) mencapai peningkatan revolusioner dalam hal produktivitas dan efisiensi produksi," tutur Wakil Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China Long Teng.
Pandangan senada juga diungkapkan oleh Liang Feng, seorang profesor di Sekolah Bisnis Universitas Nankai.
"Pengembangan industri dan perusahaan berkualitas tinggi yang didukung oleh AI menyuguhkan lebih banyak produk dan layanan dengan fungsi yang terdiversifikasi, konten yang kaya, serta pengalaman baru, yang akan terus meningkatkan struktur konsumsi dan sepenuhnya melepaskan potensi konsumsi," papar Liang.
China kini menjadi rumah bagi lebih dari 4.500 perusahaan AI, yang mencerminkan upaya negara tersebut untuk merangkul tren AI.
Industri AI inti China mencapai skala lebih dari 578 miliar yuan (1 yuan = Rp2.261), atau sekitar 81 miliar dolar AS, pada 2023, naik 13,9 persen secara tahunan (year on year), tunjuk data resmi.
Robot barista itu segera merespons dengan menggerakkan lengannya untuk melakukan setiap langkah pembuatan kopi, mulai dari mengambil biji kopi, menggilingnya, lalu menyeduhnya dengan teknik steeping. Dalam sekejap, secangkir kopi yang harum pun siap disajikan kepada para pengunjung yang tampak antusias.
Robot barista ini menggunakan 3.000 jam pembelajaran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan 30.000 jam pelatihan lengan robotik untuk meniru teknik barista berpengalaman.
Dari robot humanoid hingga kendaraan otonomos, pameran selama empat hari ini menyoroti beragam skenario penerapan AI, yang menggambarkan masa depan yang penuh dengan prospek teknologi.
Sementara robot barista itu dengan tekun menyeduh kopi, Cybertruck yang futuristik di stan Tesla dalam zona pameran lainnya juga sukses mencuri perhatian.
Terintegrasi dengan berbagai teknologi AI mutakhir, sistem dalam mobil (in-car system) ini memiliki kemampuan berkendara otonomos berkat algoritma pembelajaran mendalam (deep learning) dan jaringan neural. Dilengkapi dengan sensor dan kamera canggih, kendaraan ini dapat menganalisis lingkungan sekitar secara real time dan mengambil keputusan cerdas.
Pada 2024, Tesla berencana menginvestasikan 10 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.420) untuk teknologi AI dan berkendara otonomos, ungkap sejumlah narasumber di perusahaan AS tersebut kepada Xinhua.
"Tidak hanya mobil, tetapi juga terminal cerdas seluler (mobile intelligent terminal), seperti robot beroda, yang dapat memenuhi beragam kebutuhan berbasis skenario, termasuk perjalanan, keamanan, hiburan, berkemah, bersosialisasi, hingga bahkan perawatan hewan peliharaan," kata salah seorang staf di stan tersebut.
Di sudut lainnya, kerumunan orang berkumpul dalam sebuah demonstrasi dari XPENG, produsen kendaraan listrik terkemuka di China.
Di dalam salah satu mobil yang dilengkapi dengan fungsi interaksi AI, pengguna dapat menerima rekomendasi objek-objek wisata, tempat parkir terdekat, atau bahkan tips perjalanan hanya dengan mengajukan pertanyaan.
"Ini luar biasa dan akan sangat memudahkan perjalanan sehari-hari kita. Saya tentu berencana membeli mobil pintar di masa depan," ujar seorang pengunjung asal Tianjin yang bermarga Song.
XPENG juga telah meningkatkan keamanan berkendara dengan teknologi AI melalui fungsi AI Bodyguard yang diluncurkannya. Dilengkapi sejumlah sensor pintar seperti LiDAR dan kamera, kendaraan XPENG dapat secara akurat melihat lingkungan eksternal dan bahkan memprediksi lintasan hewan kecil dan kendaraan di sekitarnya untuk menghindari tabrakan, ujar Li Xiaodong, seorang staf penjualan di perusahaan tersebut.
Hingga Mei 2024, XPENG telah mengirimkan lebih dari 440.000 unit kendaraan listrik pintar.
Suasana di pameran yang sedang berlangsung tersebut dipenuhi optimisme dengan pandangan yang tertuju pada masa depan AI.
"AI mempercepat integrasinya yang mendalam di berbagai industri, melahirkan bidang dan jalur baru yang akan menuntun pengembangan di masa depan, (serta) mencapai peningkatan revolusioner dalam hal produktivitas dan efisiensi produksi," tutur Wakil Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China Long Teng.
Pandangan senada juga diungkapkan oleh Liang Feng, seorang profesor di Sekolah Bisnis Universitas Nankai.
"Pengembangan industri dan perusahaan berkualitas tinggi yang didukung oleh AI menyuguhkan lebih banyak produk dan layanan dengan fungsi yang terdiversifikasi, konten yang kaya, serta pengalaman baru, yang akan terus meningkatkan struktur konsumsi dan sepenuhnya melepaskan potensi konsumsi," papar Liang.
China kini menjadi rumah bagi lebih dari 4.500 perusahaan AI, yang mencerminkan upaya negara tersebut untuk merangkul tren AI.
Industri AI inti China mencapai skala lebih dari 578 miliar yuan (1 yuan = Rp2.261), atau sekitar 81 miliar dolar AS, pada 2023, naik 13,9 persen secara tahunan (year on year), tunjuk data resmi.