Awas! Frekuensi BAB berkaitan dengan kesehatan jangka panjang

Kamis, 18 Juli 2024 12:36 WIB

Jakarta (ANTARA) -
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell Report Medicine menunjukkan kaitan frekuensi buang air besar atau BAB dengan kondisi kesehatan jangka panjang seseorang.

Menurut siaran Medical Daily pada Rabu (17/7), dalam penelitian itu para peneliti mengevaluasi sekitar 1.400 orang dewasa sehat dan mendapati mereka yang jarang BAB menunjukkan gejala penurunan fungsi ginjal.

Sebaliknya, individu yang frekuensi buang air besarnya lebih banyak dari rata-rata menunjukkan tanda-tanda gangguan fungsi hati. Frekuensi BAB yang dianggap normal berkisar dari tiga kali sehari sampai tiga kali sepekan.

Dalam risetnya, para peneliti mengelompokkan peserta menjadi empat berdasarkan pola BAB mereka, yakni sembelit (satu sampai dua kali BAB per pekan), normal-rendah (tiga sampai enam kali BAB per pekan), tinggi-normal (satu sampai tiga kali BAB per hari), dan diare.

Mereka kemudian meneliti kaitan antara frekuensi BAB dengan beragam faktor, termasuk demografi, genetik, komposisi mikrobioma usus, metabolit darah, dan kimia plasma.

Baca juga: Berikut makanan camilan untuk melancarkan buang air besar

Menurut siaran pers peneliti, hasil riset menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh secara signifikan berhubungan dengan frekuensi buang air besar.

Orang dengan usia yang lebih muda, perempuan, dan mereka yang punya indeks massa tubuh rendah cenderung lebih jarang BAB.

Para peneliti menunjukkan bahwa frekuensi buang air besar yang optimal sekitar satu atau dua kali sehari. Orang-orang dengan kisaran frekuensi BAB yang demikian cenderung memiliki bakteri usus yang dapat memfermentasi serat, yang umumnya dikaitkan dengan kesehatan yang baik.

Baca juga: Sering buang air besar setelah minum kopi, ini alasannya

Peneliti juga mengamati bahwa orang dengan frekuensi BAB lebih sedikit memiliki lebih banyak racun yang berasal dari mikroba dalam darah karena proses fermentasi protein di usus.

Racun ini terkait dengan perkembangan penyakit dan angka kematian yang lebih tinggi pada penyakit ginjal kronis. 

"Penelitian terdahulu telah menunjukkan bagaimana frekuensi buang air besar bisa berdampak besar pada fungsi ekosistem usus," kata Johannes Johnson-Martinez, penulis utama hasil studi.

Baca juga: Sering berkemih di malam hari? Ini penyebabnya

"Secara spesifik, jika tinja menempel terlalu lama di usus, mikroba akan menggunakan semua serat makanan yang tersedia, yang mereka fermentasi menjadi asam lemak rantai pendek yang bermanfaat. Setelah itu, ekosistem beralih ke fermentasi protein, yang menghasilkan beberapa racun yang dapat masuk ke aliran darah," ia menjelaskan.

Menurut penulis hasil studi yang lain, Dr. Sean Gibbons, secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bagaimana frekuensi buang air besar dapat mempengaruhi seluruh sistem tubuh, dan bagaimana frekuensi buang air besar yang menyimpang dapat menjadi faktor risiko perkembangan penyakit kronis.

Hasil studi juga menunjukkan bahwa frekuensi BAB yang ideal dapat diupayakan dengan mengonsumsi makanan kaya serat, memastikan hidrasi tubuh lebih baik, dan berolahraga secara teratur.

Baca juga: Cara BAB yang benar bila gunakan toilet duduk menurut dokter

Baca juga: Berikut solusi bagi anak yang susah buang air besar

Baca juga: Cara cegah sembelit pada anak

Pewarta : Hreeloita Dharma Shanti
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Cara BAB yang benar bila gunakan toilet duduk menurut dokter

02 July 2023 13:48 Wib, 2023

Berikut solusi bagi anak yang susah buang air besar

16 February 2023 15:29 Wib, 2023

Kenali penyebab bumil sering sembelit dan solusinya

30 November 2022 17:02 Wib, 2022

Kiat atasi susah BAB selama berpuasa Ramadhan

11 April 2022 11:12 Wib, 2022

Mengapa orang bisa kedinginan usai buang air besar?

21 January 2022 14:06 Wib, 2022
Terpopuler

Dua tahun DPO, bandar sabu Palangka Raya Saleh ditangkap BNN RI

Kabar Daerah - 10 September 2024 12:57 Wib

Anggota DPRD Kotim jalani diklat pasca pelantikan

Kabar Daerah - 11 September 2024 16:00 Wib

Legislator Gumas berharap Pilkada 2024 jadi ajang adu gagasan

Kabar Daerah - 13 September 2024 8:40 Wib

KPU Bartim minta masyarakat berikan masukan dan tanggapan paslon Pilkada 2024

Kabar Daerah - 15 September 2024 0:26 Wib

DPMD Kapuas nilai dan evaluasi dua Desa di Tamban Catur

Kabar Daerah - 11 September 2024 16:05 Wib