Jakarta (ANTARA) - Konsultan laktasi lulusan Universitas Brawijaya dr. Ingrid Siahaan, MPH, IBCLC mengemukakan bahwa menyusui fisiologis merupakan cara efektif untuk mencegah terjadinya mastitis atau kondisi ketika payudara mengalami peradangan.
Dalam diskusi daring yang digelar oleh Cahaya Pemuda Perubahan Fondation (CPPF) pada Minggu, Ingrid memaparkan, teknik menyusui pun harus tepat, yakni posisi menyusui sesuai anatomi ibu dan bayi, perlekatan menyusui yang dalam, mulut atau hisapan dinamis serta hindari menyusui sesuai jadwal.
"Menyusui secara fisiologis dilakukan kapan saja bayi mau. Tidak dijadwalkan. Karena ada sistem 'supply and demand'," katanya.
Misalnya, bayi hanya butuh 50cc, maka payudara akan memberi tahu kepada otak kebutuhan si bayi. "Sehingga berikutnya otak akan menyesuaikan kebutuhan," kata Ingrid.
Dengan demikian, hiperlaktasi pun akan menurun secara drastis. Selain itu, Ingrid juga mengimbau untuk menghindari pemakaian pompa ASI.
Baca juga: Akupuntur bisa jadi pilihan untuk memperlancar ASI
Baca juga: Proses menyusui tidak lancar karena ibu minim persiapan
Konsultan laktasi dr. Ingrid Siahaan, MPH, IBCLC dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Cahaya Pemuda Perubahan Fondation (CPPF) pada Minggu (4/8/2024). ANTARA/tangkapan layar.
Sebab jika dipompa, maka otak akan terus melakukan produksi ASI. Apabila payudara sedang mengalami tersumbat, maka hal ini akan menyebabkan hiperlaktasi semakin parah dan berujung mastitis.
Jika ibu mengalami kondisi tidak nyaman seperti payudara bengkak, nyeri dan meradang agar menyusui fisiologis tetap optimal, Ingrid mengatakan kompres dingin dapat mengurangi pembengkakan dan peradangan.
“Kalau sangat kesakitan bisa disarankan minum parasetamol,” kata Ingrid.
Selain itu, untuk membantu menyusui semakin nyaman, ibu bisa memerah sedikit ASI-nya sebelum menyusui. Lalu, jika area retroareolar atau wilayah dalam jarak 2 sentimeter (cm) dari puting sangat bengkak, ibu bisa menyusui dari payudara yang tidak terkena terlebih dulu.
Ingrid menegaskan, sebaiknya ibu tidak melakukan pijat payudara oleh diri sendiri maupun oleh tenaga kesehatan. "Sebab pemijatan bisa menyebabkan kasus mastitis semakin memburuk," kata dia.
Dalam diskusi daring yang digelar oleh Cahaya Pemuda Perubahan Fondation (CPPF) pada Minggu, Ingrid memaparkan, teknik menyusui pun harus tepat, yakni posisi menyusui sesuai anatomi ibu dan bayi, perlekatan menyusui yang dalam, mulut atau hisapan dinamis serta hindari menyusui sesuai jadwal.
"Menyusui secara fisiologis dilakukan kapan saja bayi mau. Tidak dijadwalkan. Karena ada sistem 'supply and demand'," katanya.
Misalnya, bayi hanya butuh 50cc, maka payudara akan memberi tahu kepada otak kebutuhan si bayi. "Sehingga berikutnya otak akan menyesuaikan kebutuhan," kata Ingrid.
Dengan demikian, hiperlaktasi pun akan menurun secara drastis. Selain itu, Ingrid juga mengimbau untuk menghindari pemakaian pompa ASI.
Baca juga: Akupuntur bisa jadi pilihan untuk memperlancar ASI
Baca juga: Proses menyusui tidak lancar karena ibu minim persiapan
Jika ibu mengalami kondisi tidak nyaman seperti payudara bengkak, nyeri dan meradang agar menyusui fisiologis tetap optimal, Ingrid mengatakan kompres dingin dapat mengurangi pembengkakan dan peradangan.
“Kalau sangat kesakitan bisa disarankan minum parasetamol,” kata Ingrid.
Selain itu, untuk membantu menyusui semakin nyaman, ibu bisa memerah sedikit ASI-nya sebelum menyusui. Lalu, jika area retroareolar atau wilayah dalam jarak 2 sentimeter (cm) dari puting sangat bengkak, ibu bisa menyusui dari payudara yang tidak terkena terlebih dulu.
Ingrid menegaskan, sebaiknya ibu tidak melakukan pijat payudara oleh diri sendiri maupun oleh tenaga kesehatan. "Sebab pemijatan bisa menyebabkan kasus mastitis semakin memburuk," kata dia.