Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Halikinnor menerima penghargaan sebagai daerah Tereplikatif Intervensi serentak penurunan stunting (ISPS), dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
"Ini suatu kebanggaan bagi kita. Penghargaan Tereplikatif ISPS ini menjadi motivasi bagi kita untuk mengupayakan yang lebih baik kedepannya,” ucap Halikinnor di Sampit, Jumat.
Adapun penghargaan tersebut diserahkan oleh Wakil Gubernur Kalteng Edy Pratowo pada acara Temu Kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, Pemkab Kotim juga menerima penghargaan Program Bangga Kencana terkait penanganan posyandu.
Halikinnor menyebutkan, penghargaan ini diraih berkat program inovatif berupa gerakan serentak penimbangan dan pengukuran terhadap balita yang dilaksanakan Pemkab Kotim pada akhir Juni hingga awal Juli 2024.
Program ini dilaksanakan dalam rangka mendongkrak data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (E-PPGBM) di Kotim.
Data E-PPBGM penting dalam upaya penanganan stunting. Melalui data tersebut pemerintah daerah bisa mengetahui berapa dan siapa saja anak yang terindikasi stunting agar bisa diberikan perhatian khusus. Apalagi, hasil survei kesehatan Indonesia (SKI) 2023 pada sejumlah titik menunjukan prevalensi stunting di Kotim naik, dari kisaran 22 persen menjadi 35,5 persen. Sehingga, data E-PPBGM bisa dijadikan pembanding dengan data SKI.
Data E-PPBGM dinilai lebih akurat, karena melakukan pendataan dan pengecekan langsung dari rumah ke rumah warga. Di mana dari hasil akhir data E-PPBGM itu pula terbukti bahwa angka stunting di Kotim lebih rendah dari SKI, yakni di kisaran 19 persen.
"Berkat upaya itu, Kotim meraih penghargaan tertinggi terkait laporan pencatatan penimbangan anak dan balita di posyandu," ucap orang nomor satu di Kotim ini.
Halikinnor melanjutkan, upaya Pemkab Kotim dalam penanganan stunting tentunya tidak berhenti sampai di sini. Untuk itu, dirinya menegaskan bahwa Pemkab Kotim akan menyiapkan anggaran khusus penanganan stunting tahun depan dan berupaya semaksimal mungkin mencapai target yang ditentukan pemerintah pusat, yakni maksimal 14 persen.
"Jadi, saya minta minta kerja sama semua pihak. Bagaimanapun penanganan stunting, tidak bisa ditangani sendiri, tapi perlu kolaborasi," pintanya.
Baca juga: Bapenda Kotim sebut realisasi pendapatan 2024 sudah Rp1,24 triliun
Program yang pihaknya laksanakan dan masih berkaitan dengan penanganan stunting dalam waktu dekat ini adalah pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat di wilayah selatan Kotim.
Rencananya Halikinnor akan meresmikan sambungan rumah Perumdam di Booster Perumdam di Desa Sei Ijum Raya, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, salah satu kecamatan di wilayah selatan Kotim.
Wilayah selatan Kotim yang berdekatan dengan muara Sungai Mentaya ke arah laut kerap kali dihadapkan dengan masalah kekurangan air bersih. Khususnya, pada musim kemarau air sungai akan bercampur dengan air laut, sehingga membuat air tersebut tidak layak untuk digunakan keperluan rumah tangga. Sementara diketahui, salah satu faktor penyebab stunting adalah kualitas air yang buruk serta asupan gizi yang kurang.
"Alhamdulillah, PDAM sudah sampai ke Desa Parebok, sehingga di daerah selatan kedepannya bisa mendapatkan air bersih dan saya harapkan itu maka bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di sana akan air bersih," demikian Halikinnor
Baca juga: Disdik Kotim: Pemenang Gupres disiapkan mengikuti lomba tingkat provinsi
Baca juga: Wabup Kotim ingatkan plt camat jalin komunikasi dan sinergi
Baca juga: Pemkab Kotim tanam perdana jagung untuk dukung pabrik pakan ternak
"Ini suatu kebanggaan bagi kita. Penghargaan Tereplikatif ISPS ini menjadi motivasi bagi kita untuk mengupayakan yang lebih baik kedepannya,” ucap Halikinnor di Sampit, Jumat.
Adapun penghargaan tersebut diserahkan oleh Wakil Gubernur Kalteng Edy Pratowo pada acara Temu Kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu, Pemkab Kotim juga menerima penghargaan Program Bangga Kencana terkait penanganan posyandu.
Halikinnor menyebutkan, penghargaan ini diraih berkat program inovatif berupa gerakan serentak penimbangan dan pengukuran terhadap balita yang dilaksanakan Pemkab Kotim pada akhir Juni hingga awal Juli 2024.
Program ini dilaksanakan dalam rangka mendongkrak data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (E-PPGBM) di Kotim.
Data E-PPBGM penting dalam upaya penanganan stunting. Melalui data tersebut pemerintah daerah bisa mengetahui berapa dan siapa saja anak yang terindikasi stunting agar bisa diberikan perhatian khusus. Apalagi, hasil survei kesehatan Indonesia (SKI) 2023 pada sejumlah titik menunjukan prevalensi stunting di Kotim naik, dari kisaran 22 persen menjadi 35,5 persen. Sehingga, data E-PPBGM bisa dijadikan pembanding dengan data SKI.
Data E-PPBGM dinilai lebih akurat, karena melakukan pendataan dan pengecekan langsung dari rumah ke rumah warga. Di mana dari hasil akhir data E-PPBGM itu pula terbukti bahwa angka stunting di Kotim lebih rendah dari SKI, yakni di kisaran 19 persen.
"Berkat upaya itu, Kotim meraih penghargaan tertinggi terkait laporan pencatatan penimbangan anak dan balita di posyandu," ucap orang nomor satu di Kotim ini.
Halikinnor melanjutkan, upaya Pemkab Kotim dalam penanganan stunting tentunya tidak berhenti sampai di sini. Untuk itu, dirinya menegaskan bahwa Pemkab Kotim akan menyiapkan anggaran khusus penanganan stunting tahun depan dan berupaya semaksimal mungkin mencapai target yang ditentukan pemerintah pusat, yakni maksimal 14 persen.
"Jadi, saya minta minta kerja sama semua pihak. Bagaimanapun penanganan stunting, tidak bisa ditangani sendiri, tapi perlu kolaborasi," pintanya.
Baca juga: Bapenda Kotim sebut realisasi pendapatan 2024 sudah Rp1,24 triliun
Program yang pihaknya laksanakan dan masih berkaitan dengan penanganan stunting dalam waktu dekat ini adalah pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat di wilayah selatan Kotim.
Rencananya Halikinnor akan meresmikan sambungan rumah Perumdam di Booster Perumdam di Desa Sei Ijum Raya, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, salah satu kecamatan di wilayah selatan Kotim.
Wilayah selatan Kotim yang berdekatan dengan muara Sungai Mentaya ke arah laut kerap kali dihadapkan dengan masalah kekurangan air bersih. Khususnya, pada musim kemarau air sungai akan bercampur dengan air laut, sehingga membuat air tersebut tidak layak untuk digunakan keperluan rumah tangga. Sementara diketahui, salah satu faktor penyebab stunting adalah kualitas air yang buruk serta asupan gizi yang kurang.
"Alhamdulillah, PDAM sudah sampai ke Desa Parebok, sehingga di daerah selatan kedepannya bisa mendapatkan air bersih dan saya harapkan itu maka bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di sana akan air bersih," demikian Halikinnor
Baca juga: Disdik Kotim: Pemenang Gupres disiapkan mengikuti lomba tingkat provinsi
Baca juga: Wabup Kotim ingatkan plt camat jalin komunikasi dan sinergi
Baca juga: Pemkab Kotim tanam perdana jagung untuk dukung pabrik pakan ternak