Palangka Raya (ANTARA) - Balapan liar (bali) terus menjadi masalah serius di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah yang tidak hanya membahayakan keselamatan pengguna jalan, tetapi juga meresahkan masyarakat.
Anggota DPRD Kota Palangka Raya, Jati Asmoro, menekankan pentingnya kolaborasi untuk menciptakan lingkungan aman dan bebas dari balapan liar.
“Diperlukan sinergi antara semua pihak, termasuk aparat keamanan dan masyarakat. Edukasi kepada pemuda juga menjadi fokus kami,” ujar Jati Asmoro pada Sabtu (12/10).
Sebagai langkah konkret, DPRD Kota Palangka Raya akan meningkatkan patroli rutin di lokasi-lokasi rawan balapan liar, terutama pada malam dan akhir pekan.
“Perhatian dan bimbingan dari lingkungan terdekat sangat dibutuhkan agar anak muda tidak terjerumus dalam kegiatan yang membahayakan keselamatan mereka,” tambahnya.
Data menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku balapan liar adalah pelajar atau pemuda yang kurang memiliki alternatif kegiatan positif untuk menyalurkan minat di bidang otomotif. Kurangnya fasilitas dan kegiatan konstruktif menjadi faktor pendorong mereka untuk menggunakan jalan umum sebagai arena balapan.
DPRD Kalimantan Tengah juga mendorong pemerintah daerah dan komunitas otomotif untuk lebih proaktif dalam menyediakan ruang aman dan legal bagi para pemuda.
“Jika ada lebih banyak kegiatan resmi dan positif, minat mereka bisa tersalurkan dengan baik tanpa harus melanggar hukum atau membahayakan nyawa,” ungkap Jati Asmoro.
Anggota DPRD Kota Palangka Raya, Jati Asmoro, menekankan pentingnya kolaborasi untuk menciptakan lingkungan aman dan bebas dari balapan liar.
“Diperlukan sinergi antara semua pihak, termasuk aparat keamanan dan masyarakat. Edukasi kepada pemuda juga menjadi fokus kami,” ujar Jati Asmoro pada Sabtu (12/10).
Sebagai langkah konkret, DPRD Kota Palangka Raya akan meningkatkan patroli rutin di lokasi-lokasi rawan balapan liar, terutama pada malam dan akhir pekan.
“Perhatian dan bimbingan dari lingkungan terdekat sangat dibutuhkan agar anak muda tidak terjerumus dalam kegiatan yang membahayakan keselamatan mereka,” tambahnya.
Data menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku balapan liar adalah pelajar atau pemuda yang kurang memiliki alternatif kegiatan positif untuk menyalurkan minat di bidang otomotif. Kurangnya fasilitas dan kegiatan konstruktif menjadi faktor pendorong mereka untuk menggunakan jalan umum sebagai arena balapan.
DPRD Kalimantan Tengah juga mendorong pemerintah daerah dan komunitas otomotif untuk lebih proaktif dalam menyediakan ruang aman dan legal bagi para pemuda.
“Jika ada lebih banyak kegiatan resmi dan positif, minat mereka bisa tersalurkan dengan baik tanpa harus melanggar hukum atau membahayakan nyawa,” ungkap Jati Asmoro.