Muara Teweh, 24/4 (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah lakukan program pengelolaan sampah rumah tangga untuk dijadikan bahan pupuk organik atau kompos.
"Pengolahannya sudah kami sosialisasikan kepada masyarakat guna mengetahui manfaat sampah organik yang bisa diolah menjadi bahan yang bermanfaat," kata Kepala Bidang Tata Kota pada Dinas Pekerjaan Umum Barito Utara (Barut), Yaser Arapat di Muara Teweh, Rabu.
Sampah di kalangan masyarakat selama ini tidak dimanfaatkan, padahal dapat dijadikan pupuk kompos yang berguna sebagai media penyubur tanaman. Sudah melakukan uji coba dengan menggunakan mesin skala rumah tangga yang nantinya juga dapat dilakukan masyarakat.
"Jadi, kami berupaya mengubah perilaku kebiasaan pembuangan sampah ini dapat dikelola masyarakat menjadi barang bermanfaat dan menambah penghasilan," katanya.
Kegiatan ini dapat memberi solusi. Partisipasi masyarakat penting dalam penanganan sampah dan pembuatan pupuk kompos serta menanamkan budaya bersih dan cinta akan keindahan dan kelestarian lingkungan di kalangan generasi muda.
Sampah organik yang dapat pupuk kompos antara lain sampah kebun, (daun kering, daun hijau, bunga layu, potongan rumput), sampah pertanian (jerami, kulit padi, kulit kacang), sampah peternakan (sisa makanan, kotoran ternak).
Dia mengatakan, sampah dapur (sisa makanan, potongan sayuran, kulit buah, ampas juice, ampas teh, ampas kopi, ampas kelapa, kulit telur), sampah tukang (serbuk kayu gergajian) dan sampah pasar (sisa sayuran, buah busuk) juga bisa dimanfaatkan.
"Pengolahan sampah tersebut relatif murah dan mudah dilakukan, menghasilkan pupuk organik bernilai ekonomis dan mengurangi sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA)," katanya.
Langkah-langkah dalam pengomposan adalah penyiapan alat dan kelengkapannya, penyiapan biang sebagai aktivator seperti kompos atau humus atau pupuk kandang, penyiapan inokulen cair (tidak harus), pengomposan sampah organik, pemanenan dan pemanfaatan.
Kelengkapan dalam pengomposan diperlukan pengrajang atau pencacah, pengaduk atau pembalikan, pemanenan dan kelengkapan pendukung.
"Ada juga beberapa alat pengomposan seperti biopori yang cocok untuk sampah organik berbau," kata Yaser.
Pengelolaan sampah masyarakat baik anorganik maupun organik yang produksinya sekitar 90 meter kubik sehari ini dapat mengurangi volume sampah di TPA milik Pemkab Barut yang terletak di kilometer 17 Jalan Negara Muara Teweh-Puruk Cahu.
Telah diberikan contoh kebersihan kepada masyarakat. Kalau sampah organik berupa kardus, kaleng, plastik, besi, tembaga dan barang lainnya dikumpulkan petugas kebersihan yang kemudian diambil petugas dari warga.
Sampah itu dapat dikelola dengan baik dan benar karena punya nilai ekonomis serta memberikan penghasilan tambahan bagi petugas kebersihan yang hampir semuanya warga kurang mampu.
"Kita berharap muncul kesadaran untuk mengelola sampah ini sehingga mudah mewujudkan kota berwawasan lingkungan yang bersih dan sehat," katanya.
(T.K009/B/S019/S019)
"Pengolahannya sudah kami sosialisasikan kepada masyarakat guna mengetahui manfaat sampah organik yang bisa diolah menjadi bahan yang bermanfaat," kata Kepala Bidang Tata Kota pada Dinas Pekerjaan Umum Barito Utara (Barut), Yaser Arapat di Muara Teweh, Rabu.
Sampah di kalangan masyarakat selama ini tidak dimanfaatkan, padahal dapat dijadikan pupuk kompos yang berguna sebagai media penyubur tanaman. Sudah melakukan uji coba dengan menggunakan mesin skala rumah tangga yang nantinya juga dapat dilakukan masyarakat.
"Jadi, kami berupaya mengubah perilaku kebiasaan pembuangan sampah ini dapat dikelola masyarakat menjadi barang bermanfaat dan menambah penghasilan," katanya.
Kegiatan ini dapat memberi solusi. Partisipasi masyarakat penting dalam penanganan sampah dan pembuatan pupuk kompos serta menanamkan budaya bersih dan cinta akan keindahan dan kelestarian lingkungan di kalangan generasi muda.
Sampah organik yang dapat pupuk kompos antara lain sampah kebun, (daun kering, daun hijau, bunga layu, potongan rumput), sampah pertanian (jerami, kulit padi, kulit kacang), sampah peternakan (sisa makanan, kotoran ternak).
Dia mengatakan, sampah dapur (sisa makanan, potongan sayuran, kulit buah, ampas juice, ampas teh, ampas kopi, ampas kelapa, kulit telur), sampah tukang (serbuk kayu gergajian) dan sampah pasar (sisa sayuran, buah busuk) juga bisa dimanfaatkan.
"Pengolahan sampah tersebut relatif murah dan mudah dilakukan, menghasilkan pupuk organik bernilai ekonomis dan mengurangi sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA)," katanya.
Langkah-langkah dalam pengomposan adalah penyiapan alat dan kelengkapannya, penyiapan biang sebagai aktivator seperti kompos atau humus atau pupuk kandang, penyiapan inokulen cair (tidak harus), pengomposan sampah organik, pemanenan dan pemanfaatan.
Kelengkapan dalam pengomposan diperlukan pengrajang atau pencacah, pengaduk atau pembalikan, pemanenan dan kelengkapan pendukung.
"Ada juga beberapa alat pengomposan seperti biopori yang cocok untuk sampah organik berbau," kata Yaser.
Pengelolaan sampah masyarakat baik anorganik maupun organik yang produksinya sekitar 90 meter kubik sehari ini dapat mengurangi volume sampah di TPA milik Pemkab Barut yang terletak di kilometer 17 Jalan Negara Muara Teweh-Puruk Cahu.
Telah diberikan contoh kebersihan kepada masyarakat. Kalau sampah organik berupa kardus, kaleng, plastik, besi, tembaga dan barang lainnya dikumpulkan petugas kebersihan yang kemudian diambil petugas dari warga.
Sampah itu dapat dikelola dengan baik dan benar karena punya nilai ekonomis serta memberikan penghasilan tambahan bagi petugas kebersihan yang hampir semuanya warga kurang mampu.
"Kita berharap muncul kesadaran untuk mengelola sampah ini sehingga mudah mewujudkan kota berwawasan lingkungan yang bersih dan sehat," katanya.
(T.K009/B/S019/S019)