Palangka Raya (Antara Kalteng) - Badan Pusat Statistik mencatat indeks tendensi konsumen di Provinsi Kalimantan Tengah pada Oktober 2016 mengalami deflasi 0,44 persen dan laju inflasi tahun kalender 0,45 persen serta "year on year"sebesar 2,24 persen.
Deflasi di provinsi ini merupakan gabungan IHK kota Palangka Raya yang mengalami deflasi 0,34 persen dan sampit 0,63 persen, kata Kepala BPS Kalteng Hanif Yahya di Palangka Raya, Selasa.
"Kalau dilihat dari 82 kota se-Indonesia yang dihitung IHK, maka Kota Palangka Raya berada peringkat 72 dan Sampit peringkat ke-78 kota inflasi tertinggi tingkat nasional," katanya.
Dikatakan, deflasi pada Oktober 2016 di Kota Palangka Raya 0,34 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 121,98 di September 2016 menjadi 121,57 di Oktober 2016. Laju inflasi tahun kalender 2016 di Palangka raya 0,44 persen dan `year on year`sebesar 2,19persen.
Sementara deflasi di Palangka Raya pada Oktober 2016 dipengaruhi penurunan indeks harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan 1,76 persen, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,36 persen, serta sandang 0,04 persen.
"Kalau kelompok pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan sebesar 5,28 persen serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 3,86 persen mempengaruhi tingginya laju inflasi di Palangka Raya," ucap Hanif.
Untuk kota Sampit yang mengalami deflasi 0,63 persen, itu karena penurunan indeks harga dari 125,32 pada September 2016 menjadi 124,53 di Oktober 2016. Laju inflasi tahun kalender sebesar 0,48 persen dan laju Inflasi year on year 2,34 persen.
Deflasi di Kota sampit dipengaruhi penurunan indeks harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 2,91 persen, dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,72 persen.
"Lima kelompok pengeluaran seperti sandang 0,65 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,60 perse, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,55 persen, kesehatan 0,21 prsen, serta pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,06 persen mengalami kenaikan indeks harga," demikian Hanif.
Deflasi di provinsi ini merupakan gabungan IHK kota Palangka Raya yang mengalami deflasi 0,34 persen dan sampit 0,63 persen, kata Kepala BPS Kalteng Hanif Yahya di Palangka Raya, Selasa.
"Kalau dilihat dari 82 kota se-Indonesia yang dihitung IHK, maka Kota Palangka Raya berada peringkat 72 dan Sampit peringkat ke-78 kota inflasi tertinggi tingkat nasional," katanya.
Dikatakan, deflasi pada Oktober 2016 di Kota Palangka Raya 0,34 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 121,98 di September 2016 menjadi 121,57 di Oktober 2016. Laju inflasi tahun kalender 2016 di Palangka raya 0,44 persen dan `year on year`sebesar 2,19persen.
Sementara deflasi di Palangka Raya pada Oktober 2016 dipengaruhi penurunan indeks harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan 1,76 persen, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,36 persen, serta sandang 0,04 persen.
"Kalau kelompok pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan sebesar 5,28 persen serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 3,86 persen mempengaruhi tingginya laju inflasi di Palangka Raya," ucap Hanif.
Untuk kota Sampit yang mengalami deflasi 0,63 persen, itu karena penurunan indeks harga dari 125,32 pada September 2016 menjadi 124,53 di Oktober 2016. Laju inflasi tahun kalender sebesar 0,48 persen dan laju Inflasi year on year 2,34 persen.
Deflasi di Kota sampit dipengaruhi penurunan indeks harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 2,91 persen, dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,72 persen.
"Lima kelompok pengeluaran seperti sandang 0,65 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,60 perse, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,55 persen, kesehatan 0,21 prsen, serta pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,06 persen mengalami kenaikan indeks harga," demikian Hanif.