Kuala Pembuang (Antara Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah mulai mengembangkan budidaya kopi jenis arabica khusus untuk wilayah Kecamatan Seruyan Hulu.
"Kita sudah punya kebun kopi seluas 40 hektare di Kecamatan Seruyan Hulu," kata Bupati Seruyan, Sudarsono di Kuala Pembuang, Jumat.
Ia mengatakan, pengembangan budidaya kopi dilakukan pemerintah untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat di tengah menurunnya harga rotan dan karet yang selama ini menjadi sumber penghasilan utama bagi masyarakat di Seruyan Hulu.
"Saat ini saja harga jual karet tidak stabil, begitu pula dengan harga jual rotan sangat memprihatinkan sekali, sehingga kita perlu mencari alternatif lain bagi petani," katanya.
Ia menjelaskan, sesuai dengan hasil studi kelayakan, daerah Seruyan Hulu dengan kondisi lahan dan topografi perbukitan sangat cocok untuk dijadikan tempat pengembangan budidaya kopi.
"Bibit kopi yang telah kita tanam dua tahun lalu juga sudah tumbuh dengan baik, karena itu pengembangan perkebunan kopi ini akan terus kita lanjutkan," katanya.
Orang nomor satu di "Bumi Gawi Hatantiring" ini menceritakan, pada 80-an, daerah hulu Seruyan pernah dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kopi, namun karena kalah bersaing dan banyak warga yang mengalihfungsikan lahan menjadi kebun sawit, akhirnya secara perlahan-lahan usaha kebun kopi mulai ditinggalkan warga.
"Saya ingin mengembalikan wilayah Seruyan Hulu sebagai penghasil kopi, karena di sana dapat tumbuh dengan baik, selain itu warga sudah akrab dengan tanaman kopi, maka untuk mewujudkannya tidak terlalu sulit," katanya.
Berdasarkan data statistik, produksi kopi di Seruyan memang mengalami penurunan yang sangat drastis, pada 2008 produksi kopi dari Seruyan mencapai 282 ton per tahun, hingga terakhir pada 2012 tercatat produksi hanya sekitar 27 ton.
"Karena itu kita harapkan, dengan adanya program ini dapat memicu kembali produksi kopi asal Seruyan, dan warga juga kita minta tidak hanya terpaku untuk menanam sawit saja, karena permintaan pasar dan peluang ekspor kopi arabica masih cukup tinggi," katanya.
"Kita sudah punya kebun kopi seluas 40 hektare di Kecamatan Seruyan Hulu," kata Bupati Seruyan, Sudarsono di Kuala Pembuang, Jumat.
Ia mengatakan, pengembangan budidaya kopi dilakukan pemerintah untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat di tengah menurunnya harga rotan dan karet yang selama ini menjadi sumber penghasilan utama bagi masyarakat di Seruyan Hulu.
"Saat ini saja harga jual karet tidak stabil, begitu pula dengan harga jual rotan sangat memprihatinkan sekali, sehingga kita perlu mencari alternatif lain bagi petani," katanya.
Ia menjelaskan, sesuai dengan hasil studi kelayakan, daerah Seruyan Hulu dengan kondisi lahan dan topografi perbukitan sangat cocok untuk dijadikan tempat pengembangan budidaya kopi.
"Bibit kopi yang telah kita tanam dua tahun lalu juga sudah tumbuh dengan baik, karena itu pengembangan perkebunan kopi ini akan terus kita lanjutkan," katanya.
Orang nomor satu di "Bumi Gawi Hatantiring" ini menceritakan, pada 80-an, daerah hulu Seruyan pernah dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kopi, namun karena kalah bersaing dan banyak warga yang mengalihfungsikan lahan menjadi kebun sawit, akhirnya secara perlahan-lahan usaha kebun kopi mulai ditinggalkan warga.
"Saya ingin mengembalikan wilayah Seruyan Hulu sebagai penghasil kopi, karena di sana dapat tumbuh dengan baik, selain itu warga sudah akrab dengan tanaman kopi, maka untuk mewujudkannya tidak terlalu sulit," katanya.
Berdasarkan data statistik, produksi kopi di Seruyan memang mengalami penurunan yang sangat drastis, pada 2008 produksi kopi dari Seruyan mencapai 282 ton per tahun, hingga terakhir pada 2012 tercatat produksi hanya sekitar 27 ton.
"Karena itu kita harapkan, dengan adanya program ini dapat memicu kembali produksi kopi asal Seruyan, dan warga juga kita minta tidak hanya terpaku untuk menanam sawit saja, karena permintaan pasar dan peluang ekspor kopi arabica masih cukup tinggi," katanya.