Kuala Pembuang (Antara Kalteng) - Kementerian Pertanian menargetkan penanaman jagung satu juta hektar terintegrasi dengan lahan perkebunan kelapa sawit di seluruh Indonesia tahun 2017.
"Untuk 2017 ini, kita diberi target oleh Presiden Joko Widodo untuk melakukan tanam jagung seluas satu juta hektar di lahan perkebunan sawit," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Junaedi saat berkunjung ke Desa Baung, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Minggu.
Ia mengatakan, program integrasi jagung-sawit memiliki banyak keuntungan bagi petani sawit, karena selama periode sawit tersebut belum produktif yakni sampai umur 3-4 tahun, maka petani sawit dapat memiliki penghasilan tambahan dari tanaman jagung.
Kemudian, selain memaksimalkan pendapatan usaha tani, dengan menanam jagung sebagai tanaman sela, maka petani dapat memaksimalkan lahan kosong pada perkebunan sawit.
"Keuntungan dengan adanya tanaman sela yaitu efisiensi pemanfaatan lahan usaha tani, produktivitas dapat lebih meningkat, pendapatan petani juga lebih meningkat," katanya.
Terkait kepastian pemasaran, Kementan melalui Direktur Jenderal Ketahanan Pangan telah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) pusat untuk pembelian jagung yang dihasilkan petani.
"Jadi petani tidak perlu khawatir untuk masalah pemasaran jagung, selain itu harganya stabil yakni Rp3.700 per kilogram di tingkat petani," katanya.
Ia menambahkan, target perluasan tanaman jagung oleh pemerintah nantinya juga akan disertai dengan meningkatnya penyediaan sarana penunjang seperti pupuk, bibit serta alat-alat pertanian bagi para petani.
"Intinya kita akan berupaya agar program integrasi jagung-sawit dapat berjalan baik dalam rangka membangun swasembada serta meningkatkan produksi jagung di Tanah Air," katanya.
"Untuk 2017 ini, kita diberi target oleh Presiden Joko Widodo untuk melakukan tanam jagung seluas satu juta hektar di lahan perkebunan sawit," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Junaedi saat berkunjung ke Desa Baung, Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, Minggu.
Ia mengatakan, program integrasi jagung-sawit memiliki banyak keuntungan bagi petani sawit, karena selama periode sawit tersebut belum produktif yakni sampai umur 3-4 tahun, maka petani sawit dapat memiliki penghasilan tambahan dari tanaman jagung.
Kemudian, selain memaksimalkan pendapatan usaha tani, dengan menanam jagung sebagai tanaman sela, maka petani dapat memaksimalkan lahan kosong pada perkebunan sawit.
"Keuntungan dengan adanya tanaman sela yaitu efisiensi pemanfaatan lahan usaha tani, produktivitas dapat lebih meningkat, pendapatan petani juga lebih meningkat," katanya.
Terkait kepastian pemasaran, Kementan melalui Direktur Jenderal Ketahanan Pangan telah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) pusat untuk pembelian jagung yang dihasilkan petani.
"Jadi petani tidak perlu khawatir untuk masalah pemasaran jagung, selain itu harganya stabil yakni Rp3.700 per kilogram di tingkat petani," katanya.
Ia menambahkan, target perluasan tanaman jagung oleh pemerintah nantinya juga akan disertai dengan meningkatnya penyediaan sarana penunjang seperti pupuk, bibit serta alat-alat pertanian bagi para petani.
"Intinya kita akan berupaya agar program integrasi jagung-sawit dapat berjalan baik dalam rangka membangun swasembada serta meningkatkan produksi jagung di Tanah Air," katanya.