Belitung (Antaranews Kalteng) - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriono mengatakan, bisnis industri kelapa sawit mampu mendongkrak perekonomian negara, sebab sampai saat ini usaha perkebunan tersebut menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa bagi Indonesia.
"Kami yakin, apabila pemerintah mendukung secara penuh pengembangan industri kelapa sawit, maka tingkat perekonomian negara kita akan kuat, bahkan mampu besar menyaingi negara-negara lainnya," kata Joko, di Belitung, Kamis.
Menurutnya, sawit sebagai salah satu komoditas andalan yaitu crude palm oil (CPO) menyumbang porsi sekitar 15 persen dari total ekspor nonmigas. Artinya hal itu dapat dimaksimalkan dalam jangka pendek untuk mengatasi masalah perekonomian Indonesia yang saat ini naik turun.
Ia mengatakan, industri sawit sebenarnya punya peranan penting bagi perekonomian Indonesia di tengah tergerusnya devisa, akibat penguatan dolar AS terhadap rupiah dan defisit neraca perdagangan hingga Juni lalu.
Pada semester satu 2018 lalu, ekspor CPO turun enam persen menjadi 14,16 juta dibanding periode yang sama tahun lalu 15,04 juta. Hasilnya neraca perdagangan Indonesia otomatis menjadi defisit 2,03 miliar dolar AS.
Penurunan ekspor tersebut juga diakibatkan berbagai isu miring terkait industri kelapa sawit yang terus berkembang di Indoonesia. Salah satunya pelanggaran HAM menurut PBB, pelanggaran usia tenaga kerja pada anak-anak, dan pelanggaran tata ruang pada kebakaran lahan membuat kinerja ekspor CPO Indonesia susut.
"Pemerintah perlu mengingat bahwa industri kelapa sawit sampai saat ini telah menciptakan 17,5 juta jiwa untuk lapangan pekerjaan. Bahkan CPO telah menyumbang lebih dari 20 miliar dolar AS dalam bentuk devisa ekspor," ujarnya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang mengungkapkan, sawit indonesia cukup dikhawatirkan perkembangannya oleh negara lain, sehingga banyak sekali isu miring yang dibuat untuk membuat lesu industri tersebut.
"Pemerintah harusnya melihat betapa penting industri kelapa sawit sampai sekarang, sebab sampai saat ini hasil produksi kita cukup besar bahkan salah satu yang terbesar di dunia," jelasnya.
Togar juga menjelaskan, CPO dapat dibuat menjadi salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui, tinggal bagaimana negara ini memanfaatkan kesempatan menjadikan industri sawit sebagai salah satu unggulan yang dapat memperkuat perekonomian negara.
"Kami yakin, apabila pemerintah mendukung secara penuh pengembangan industri kelapa sawit, maka tingkat perekonomian negara kita akan kuat, bahkan mampu besar menyaingi negara-negara lainnya," kata Joko, di Belitung, Kamis.
Menurutnya, sawit sebagai salah satu komoditas andalan yaitu crude palm oil (CPO) menyumbang porsi sekitar 15 persen dari total ekspor nonmigas. Artinya hal itu dapat dimaksimalkan dalam jangka pendek untuk mengatasi masalah perekonomian Indonesia yang saat ini naik turun.
Ia mengatakan, industri sawit sebenarnya punya peranan penting bagi perekonomian Indonesia di tengah tergerusnya devisa, akibat penguatan dolar AS terhadap rupiah dan defisit neraca perdagangan hingga Juni lalu.
Pada semester satu 2018 lalu, ekspor CPO turun enam persen menjadi 14,16 juta dibanding periode yang sama tahun lalu 15,04 juta. Hasilnya neraca perdagangan Indonesia otomatis menjadi defisit 2,03 miliar dolar AS.
Penurunan ekspor tersebut juga diakibatkan berbagai isu miring terkait industri kelapa sawit yang terus berkembang di Indoonesia. Salah satunya pelanggaran HAM menurut PBB, pelanggaran usia tenaga kerja pada anak-anak, dan pelanggaran tata ruang pada kebakaran lahan membuat kinerja ekspor CPO Indonesia susut.
"Pemerintah perlu mengingat bahwa industri kelapa sawit sampai saat ini telah menciptakan 17,5 juta jiwa untuk lapangan pekerjaan. Bahkan CPO telah menyumbang lebih dari 20 miliar dolar AS dalam bentuk devisa ekspor," ujarnya.
Sementara itu Sekretaris Jenderal GAPKI Togar Sitanggang mengungkapkan, sawit indonesia cukup dikhawatirkan perkembangannya oleh negara lain, sehingga banyak sekali isu miring yang dibuat untuk membuat lesu industri tersebut.
"Pemerintah harusnya melihat betapa penting industri kelapa sawit sampai sekarang, sebab sampai saat ini hasil produksi kita cukup besar bahkan salah satu yang terbesar di dunia," jelasnya.
Togar juga menjelaskan, CPO dapat dibuat menjadi salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui, tinggal bagaimana negara ini memanfaatkan kesempatan menjadikan industri sawit sebagai salah satu unggulan yang dapat memperkuat perekonomian negara.