"Sudah tahu kan," kata petugas perempuan sambil menyodorkan kertas putih seukuran folio di Kantor Polisi Sektor Beixinqiao, Jumat (1/2/2019) siang.
Wajah polisi wanita yang bertugas di loket pelayanan kependudukan itu mengisyaratkan menarik kembali selembar kertas yang telanjur disodorkannya itu karena sudah berulang kali bertemu Antara.
"Ya sudah simpan saja!" ujarnya sambil menyibukkan diri di depan komputer untuk menutupi kepasrahannya.
Di China daratan, bidang kependudukan, pencatatan sipil, dan keimigrasian, sekaligus terciptanya rasa keamanan dan ketertiban umum menjadi tanggung jawab pihak kepolisian yang kantornya disebut dengan "gong'anju" atau Departemen Keamanan Publik.
Di kantor polisi yang berada di kawasan padat permukiman itu, setiap warga yang datang untuk berbagai urusan disodori kertas putih tersebut. Bagi warga asing bertuliskan bahasa Inggris, sedangkan warga lokal sudah barang tentu beraksara Hanzi.
Selain berupa ucapan selamat, selembar kertas tersebut juga berisi larangan menyalakan kembang api. Bagi yang sudah lama tinggal di Beijing, tahu adanya larangan ini.
Hal yang sama juga dikirimkan otoritas setempat melalui layanan pesan singkat (SMS) kepada pengguna telepon seluler.
"Atas nama Partai dan Pemerintah Kota Beijing, kami mengucapkan Selamat Tahun Baru (Imlek) bersama keluarga yang berbahagia. Mohon patuhi larangan dan jangan menyalakan kembang api dan petasan hingga Lingkar Lima (wilayah Kota Beijing terbagi dalam tujuh jalan lingkar atau 'ring road') dan kawasan terlarang lainnya," demikian SMS yang diterima dari salah satu operator terbesar di China, Minggu (3/2/2019).
Pemkot Beijing tidak segan-segan menindak dengan tegas siapa saja yang melanggar larangan tersebut karena mereka sedang berupaya keras mengurangi polusi yang merupakan masalah klasik bagi kota setingkat provinsi berpenduduk sekitar 24 juta jiwa dengan luas wilayah sekitar 16,4 ribu kilometer persegi itu.
Tidak hanya di Ibu Kota, larangan tersebut juga berlaku di 440 kota lainnya di seluruh daratan Tiongkok. Padahal kembang api dan petasan sangat melekat dengan budaya masyarakat China dalam merefleksikan kebahagian datangnya tahun baru.
Walau begitu, Hari Raya Imlek di China tidak kehilangan pamornya. Dalam sepekan terakhir, berbagai sudut kota berhiaskan ucapan dalam berbagai bentuk dan pernik-pernik dominan warna merah serta lampu warna-warni.
Suasananya mirip dengan Lebaran Idul Fitri di Indonesia karena pusat-pusat perbelanjaan, baik modern maupun tradisional, dipadati pengunjung. Platform belanja daring juga tidak mau kalah, rabat besar-besaran ditawarkannya selama 24 jam, tujuh hari dalam sepekan. Namun, pesanan yang diterima setelah tanggal 28 Januari 2019 baru akan dikirimkan setelah tanggal 13 Februari 2019.
Stasiun kereta api, bandar udara, dan pelabuhan laut juga dipadati penumpang, baik yang mudik maupun liburan bersama keluarga tercinta. Kementerian Perhubungan setempat mengestimasi tiga miliar perjalanan akan terjadi di jalan raya, rel kereta api, jalur udara, dan jalur laut selama musim mudik Imlek yang dikenal dengan sebutan "chunyun" selama 28 Febrbuari-1 Maret 2019. Angka itu naik sekitar delapan persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tabu
Tahun Baru Imlek di China jatuh pada 5 Februari 2019. Mulai Senin (4/2/2019) seluruh perkantoran dan sekolahan, termasuk kantor perwakilan asing, tutup hingga Senin (11/2/2019).
Namun kepadatan arus mudik sudah terjadi sejak menjelang akhir bulan lalu. Suasana Kota Beijing sepi, sama seperti Kota Jakarta pada Hari Raya Idul Fitri, dan baru akan pulih seperti sedia kala pada awal bulan depan.
Tahun Baru Imlek yang disebut juga "xin chun" merupakan perayaan terbesar bagi warga China, baik di daratan, kepulauan, maupun di negara perantauan.
Selain kembang api dan petasan yang sejak dua tahun lalu dilarang dengan alasan logis, ada beberapa hal lain yang tidak bisa dinalar secara logis untuk dijauhi karena alasan tabu.
Menyapu atau membuang sampah merupakan hal yang harus dihindari pada hari pertama Imlek. Kalau sampai itu dilakukan berarti seseorang telah membuang keberuntungan dan harta kekayaan dari rumahnya.
Namun hal itu bukan berarti seseorang atau keluarga meninggalkan rumah dalam keadaan kotor atau berantakan. Bersihkan rumah sebelum tengah malam pergantian tahun sehingga dapat digambarkan sebagai bentuk ikhtiar membersihkan sisa-sisa nasib buruk sebelum tahun baru tiba.
Sepuluh hari sebelum Tahun Baru Imlek, warga sudah mulai mendekorasi rumahnya dengan berbagai pernik berwarna merah sebagai simbol keberuntungan dilengkapi gambar atau boneka babi karena tahun ini bershio babi.
Tidak ketinggalan aksara-aksara Hanzi bersuku kata "Fu" yang berarti keberuntungan juga bertebaran di mana-mana.
Imlek juga identik dengan membagi-bagikan amplop merah atau "hongbao" berisi uang selain juga hadiah lainnya berupa buah, khususnnya jeruk keprok, yang melambangkan keberuntungan.
Tapi, jangan sekali-kali memberikan hadiah dalam bentuk jam tangan. Memberikan arloji yang bahasa Mandarinnya "song zhong" pengucapannya sama dengan "song zhong" yang berarti upacara kematian, meskipun ada perbedaan penulisan pada karakter Hanzi yang kedua, sehingga pantang dilakukan pada saat Imlek.
Jam juga melambangkan kehabisan waktu yang berarti juga tidak elok jika dihadiahkan kepada keluarga atau sanak famili yang sudah berusia lanjut.
Saat Imlek datang, warga yang merayakannya biasanya berpakaian yang didominasi warna merah. Bagi yang bukan warga China, kalau diundang acara Imlek, jangan ragu untuk mengenakan pakaian merah menyala.
Jangan sampai pada saat Tahun Baru Imlek mengenakan pakaian warna putih atau hitam. Kedua warna ini identik dengan upacara kematian.
Perayaan Imlek merupakan momentum makan bersama keluarga dengan hidangan lezat seperti pangsit atau dumpling atau "jiaozi" dalam bahasa Mandarinnya.
Warga China sangat meyakini bahwa semakin banyak makan jiaozi semakin kayalah seseorang pada tahun yang akan datang
Sebaliknya hindari makan bubur pada hari pertama tahun baru China karena makanan dalam bentuk nasi dengan kadar air tinggi itu dikenal sebagai makanan orang miskin.
Sarapan bubur pada hari pertama Imlek bisa membawa kemiskinan pada tahun mendatang, demikian People's Daily.*
Wajah polisi wanita yang bertugas di loket pelayanan kependudukan itu mengisyaratkan menarik kembali selembar kertas yang telanjur disodorkannya itu karena sudah berulang kali bertemu Antara.
"Ya sudah simpan saja!" ujarnya sambil menyibukkan diri di depan komputer untuk menutupi kepasrahannya.
Di China daratan, bidang kependudukan, pencatatan sipil, dan keimigrasian, sekaligus terciptanya rasa keamanan dan ketertiban umum menjadi tanggung jawab pihak kepolisian yang kantornya disebut dengan "gong'anju" atau Departemen Keamanan Publik.
Di kantor polisi yang berada di kawasan padat permukiman itu, setiap warga yang datang untuk berbagai urusan disodori kertas putih tersebut. Bagi warga asing bertuliskan bahasa Inggris, sedangkan warga lokal sudah barang tentu beraksara Hanzi.
Selain berupa ucapan selamat, selembar kertas tersebut juga berisi larangan menyalakan kembang api. Bagi yang sudah lama tinggal di Beijing, tahu adanya larangan ini.
Hal yang sama juga dikirimkan otoritas setempat melalui layanan pesan singkat (SMS) kepada pengguna telepon seluler.
"Atas nama Partai dan Pemerintah Kota Beijing, kami mengucapkan Selamat Tahun Baru (Imlek) bersama keluarga yang berbahagia. Mohon patuhi larangan dan jangan menyalakan kembang api dan petasan hingga Lingkar Lima (wilayah Kota Beijing terbagi dalam tujuh jalan lingkar atau 'ring road') dan kawasan terlarang lainnya," demikian SMS yang diterima dari salah satu operator terbesar di China, Minggu (3/2/2019).
Pemkot Beijing tidak segan-segan menindak dengan tegas siapa saja yang melanggar larangan tersebut karena mereka sedang berupaya keras mengurangi polusi yang merupakan masalah klasik bagi kota setingkat provinsi berpenduduk sekitar 24 juta jiwa dengan luas wilayah sekitar 16,4 ribu kilometer persegi itu.
Tidak hanya di Ibu Kota, larangan tersebut juga berlaku di 440 kota lainnya di seluruh daratan Tiongkok. Padahal kembang api dan petasan sangat melekat dengan budaya masyarakat China dalam merefleksikan kebahagian datangnya tahun baru.
Walau begitu, Hari Raya Imlek di China tidak kehilangan pamornya. Dalam sepekan terakhir, berbagai sudut kota berhiaskan ucapan dalam berbagai bentuk dan pernik-pernik dominan warna merah serta lampu warna-warni.
Suasananya mirip dengan Lebaran Idul Fitri di Indonesia karena pusat-pusat perbelanjaan, baik modern maupun tradisional, dipadati pengunjung. Platform belanja daring juga tidak mau kalah, rabat besar-besaran ditawarkannya selama 24 jam, tujuh hari dalam sepekan. Namun, pesanan yang diterima setelah tanggal 28 Januari 2019 baru akan dikirimkan setelah tanggal 13 Februari 2019.
Stasiun kereta api, bandar udara, dan pelabuhan laut juga dipadati penumpang, baik yang mudik maupun liburan bersama keluarga tercinta. Kementerian Perhubungan setempat mengestimasi tiga miliar perjalanan akan terjadi di jalan raya, rel kereta api, jalur udara, dan jalur laut selama musim mudik Imlek yang dikenal dengan sebutan "chunyun" selama 28 Febrbuari-1 Maret 2019. Angka itu naik sekitar delapan persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tabu
Tahun Baru Imlek di China jatuh pada 5 Februari 2019. Mulai Senin (4/2/2019) seluruh perkantoran dan sekolahan, termasuk kantor perwakilan asing, tutup hingga Senin (11/2/2019).
Namun kepadatan arus mudik sudah terjadi sejak menjelang akhir bulan lalu. Suasana Kota Beijing sepi, sama seperti Kota Jakarta pada Hari Raya Idul Fitri, dan baru akan pulih seperti sedia kala pada awal bulan depan.
Tahun Baru Imlek yang disebut juga "xin chun" merupakan perayaan terbesar bagi warga China, baik di daratan, kepulauan, maupun di negara perantauan.
Selain kembang api dan petasan yang sejak dua tahun lalu dilarang dengan alasan logis, ada beberapa hal lain yang tidak bisa dinalar secara logis untuk dijauhi karena alasan tabu.
Menyapu atau membuang sampah merupakan hal yang harus dihindari pada hari pertama Imlek. Kalau sampai itu dilakukan berarti seseorang telah membuang keberuntungan dan harta kekayaan dari rumahnya.
Namun hal itu bukan berarti seseorang atau keluarga meninggalkan rumah dalam keadaan kotor atau berantakan. Bersihkan rumah sebelum tengah malam pergantian tahun sehingga dapat digambarkan sebagai bentuk ikhtiar membersihkan sisa-sisa nasib buruk sebelum tahun baru tiba.
Sepuluh hari sebelum Tahun Baru Imlek, warga sudah mulai mendekorasi rumahnya dengan berbagai pernik berwarna merah sebagai simbol keberuntungan dilengkapi gambar atau boneka babi karena tahun ini bershio babi.
Tidak ketinggalan aksara-aksara Hanzi bersuku kata "Fu" yang berarti keberuntungan juga bertebaran di mana-mana.
Imlek juga identik dengan membagi-bagikan amplop merah atau "hongbao" berisi uang selain juga hadiah lainnya berupa buah, khususnnya jeruk keprok, yang melambangkan keberuntungan.
Tapi, jangan sekali-kali memberikan hadiah dalam bentuk jam tangan. Memberikan arloji yang bahasa Mandarinnya "song zhong" pengucapannya sama dengan "song zhong" yang berarti upacara kematian, meskipun ada perbedaan penulisan pada karakter Hanzi yang kedua, sehingga pantang dilakukan pada saat Imlek.
Jam juga melambangkan kehabisan waktu yang berarti juga tidak elok jika dihadiahkan kepada keluarga atau sanak famili yang sudah berusia lanjut.
Saat Imlek datang, warga yang merayakannya biasanya berpakaian yang didominasi warna merah. Bagi yang bukan warga China, kalau diundang acara Imlek, jangan ragu untuk mengenakan pakaian merah menyala.
Jangan sampai pada saat Tahun Baru Imlek mengenakan pakaian warna putih atau hitam. Kedua warna ini identik dengan upacara kematian.
Perayaan Imlek merupakan momentum makan bersama keluarga dengan hidangan lezat seperti pangsit atau dumpling atau "jiaozi" dalam bahasa Mandarinnya.
Warga China sangat meyakini bahwa semakin banyak makan jiaozi semakin kayalah seseorang pada tahun yang akan datang
Sebaliknya hindari makan bubur pada hari pertama tahun baru China karena makanan dalam bentuk nasi dengan kadar air tinggi itu dikenal sebagai makanan orang miskin.
Sarapan bubur pada hari pertama Imlek bisa membawa kemiskinan pada tahun mendatang, demikian People's Daily.*