Jakarta (Antaranews Kalteng) - Untuk pertama kalinya Maxime Bouttier menjajal profesi menjadi sutradara, dengan menggarap film bergenre horor.
Dalam film "Kain Kafan Hitam", Maxime menjadi co-sutradara untuk membantu Yudhistira Bayuadji. Maxime mengaku mendapat banyak pelajaran ketika berada di bangku sutradara dan mengarahkan para pemain.
"Menjadi sutradara itu harus menjalankan bagaimana berinteraksi dengan pemain dan enggak keluar dari jalur intinya dan visinya. Aku juga belajar bahwa pemain itu bebas berekspresi, aku cuma ngasih jalur saja dan mengarahkan untuk tetap stabil," jelas Maxime kepada Antara.
Menurut kekasih Prilly Latuconsina ini, menjadi sutradara adalah hal yang sangat menarik. Salah satu tantangan terbesarnya adalah mengarahkan anak berusia 5 tahun.
"Yang susah itu ngasih tahu yang paling kecil. Kirain aku ngarahin yang gede semua ternyata ada yang anak kecil. Dia nangis, didiamkan dulu, selesai nangis baru ambil scene," jelas Maxime.
"Yang paling capek itu kita adalah yang pertama datang dan terakhir pulang dan harus ngingetin dialognya pemain," lanjutnya.
Meski demikian, pria blasteran Bali-Prancis ini mengaku sangat menikmati perannya sebagai sutradara, bahkan ketagihan untuk melakukannya lagi.
"Ketagihan iya. Mungkin aku sudah tahu bagaimana lagi kedepannya bisa expand experience ke mana. Dengan pengalaman ini aku akan lebih prepare," kata Maxime.
Dalam film "Kain Kafan Hitam", Maxime menjadi co-sutradara untuk membantu Yudhistira Bayuadji. Maxime mengaku mendapat banyak pelajaran ketika berada di bangku sutradara dan mengarahkan para pemain.
"Menjadi sutradara itu harus menjalankan bagaimana berinteraksi dengan pemain dan enggak keluar dari jalur intinya dan visinya. Aku juga belajar bahwa pemain itu bebas berekspresi, aku cuma ngasih jalur saja dan mengarahkan untuk tetap stabil," jelas Maxime kepada Antara.
Menurut kekasih Prilly Latuconsina ini, menjadi sutradara adalah hal yang sangat menarik. Salah satu tantangan terbesarnya adalah mengarahkan anak berusia 5 tahun.
"Yang susah itu ngasih tahu yang paling kecil. Kirain aku ngarahin yang gede semua ternyata ada yang anak kecil. Dia nangis, didiamkan dulu, selesai nangis baru ambil scene," jelas Maxime.
"Yang paling capek itu kita adalah yang pertama datang dan terakhir pulang dan harus ngingetin dialognya pemain," lanjutnya.
Meski demikian, pria blasteran Bali-Prancis ini mengaku sangat menikmati perannya sebagai sutradara, bahkan ketagihan untuk melakukannya lagi.
"Ketagihan iya. Mungkin aku sudah tahu bagaimana lagi kedepannya bisa expand experience ke mana. Dengan pengalaman ini aku akan lebih prepare," kata Maxime.