Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, berencana mendatangkan tim arkeolog untuk menelusuri sejarah keberadaan Kerajaan Sungai Sampit yang selama ini dinilai belum jelas sehingga dirasa perlu ditelusuri secara ilmiah oleh para ahli.
"Selama ini kan ada beberapa cerita tentang asal usul Sampit. Makanya ini perlu perhatian khusus dengan mendatangkan tim arkeolog untuk melihat tahun berapa keberadaan Kerajaan Sungai Sampit, salah satunya dengan meneliti benda-benda yang diyakini bisa memberi petunjuk terkait sejarah itu," kata Bupati H Supian Hadi di Sampit, Minggu.
Selama ini setidaknya ada dua versi yang sering dikaitkan dengan sejarah Kota Sampit. Ada yang menyebutkan istilah Sampit berasal dari rombongan pedagang dari China yang berjumlah 31 orang atau dalam bahasa mereka disebut dengan Samit atau sam dan it, namun ada pula cerita yang menyebutkan bahwa dulunya memang ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sungai Sampit.
Setiap peringatan hari ulang tahun Kotawaringin Timur pada 7 Januari, sejarah Kota Sampit selalu dibacakan agar diketahui oleh masyarakat, khususnya generasi muda. Namun yang cukup mengusik, cerita yang dibacakan adalah dua versi berbeda tentang awal mula berdirinya Kota Sampit tersebut karena memang belum ada kesimpulan atau bukti kuat tentang cerita mana yang sebenarnya berdasarkan fakta di masa itu.
Hanya, pendapat tentang adanya Kerajaan Sungai Sampit lebih banyak diyakini masyarakat karena banyak cerita yang dinilai sejalan dengan sejarah kerajaan tersebut. Selain itu, ditemukan beberapa pilar atau tiang terbuat dari kayu ulin ukuran besar di pinggir sungai kawasan Desa Bagendang Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Utara yang diyakini merupakan bagian dari sisa-sisa masa Kerajaan Sungai Sampit.
Konon, Kerajaan Sungai Sampit dipimpin seorang raja bernama Raja Bungsu. Kerajaan ini disebutkan runtuh akibat konflik antara kedua putra mahkota, sementara keberadaan sang raja pun kemudian tidak diketahui lagi nasibnya.
Untuk menelusuri kebenaran sejarah itulah, kata Supian, membuat pemerintah daerah akan meminta bantuan tim arkeolog. Langkah ini sekaligus untuk menggali sejarah tentang keadaan Kota Sampit dan kehidupan masyarakatnya di masa lampau.
"Apalagi pernah ada cerita bahwa saat ada perkawinan di keluarga Kerajaan Majapahit, ada utusan dari Kerajaan Sampit yang datang menyerahkan upeti kepada Patih Gajah Mada. Kalau merujuk pada cerita itu, dulu Kerajaan Sampit itu memang ada. Kebenaran itu yang ingin kita ungkap melalui penelitian ilmiah oleh tim arkeolog nanti," kata Supian.
Supian belum menjelaskan secara rinci asal tim arkeolog dan kapan mereka datang memulai penelitian serah awal mula berdirinya Kota Sampit. Dia hanya menyebutkan bahwa semua sedang dipersiapkan bersama oleh tim pemerintah daerah.
Hasil penelusuran sejarah tersebut nantinya sangat besar manfaatnya bagi daerah. Selain untuk mengetahui kondisi daerah ini di masa lalu, banyak pelajaran positif yang mungkin bisa diambil dan diterapkan di masa kini dan akan datang.
"Selama ini kan ada beberapa cerita tentang asal usul Sampit. Makanya ini perlu perhatian khusus dengan mendatangkan tim arkeolog untuk melihat tahun berapa keberadaan Kerajaan Sungai Sampit, salah satunya dengan meneliti benda-benda yang diyakini bisa memberi petunjuk terkait sejarah itu," kata Bupati H Supian Hadi di Sampit, Minggu.
Selama ini setidaknya ada dua versi yang sering dikaitkan dengan sejarah Kota Sampit. Ada yang menyebutkan istilah Sampit berasal dari rombongan pedagang dari China yang berjumlah 31 orang atau dalam bahasa mereka disebut dengan Samit atau sam dan it, namun ada pula cerita yang menyebutkan bahwa dulunya memang ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Sungai Sampit.
Setiap peringatan hari ulang tahun Kotawaringin Timur pada 7 Januari, sejarah Kota Sampit selalu dibacakan agar diketahui oleh masyarakat, khususnya generasi muda. Namun yang cukup mengusik, cerita yang dibacakan adalah dua versi berbeda tentang awal mula berdirinya Kota Sampit tersebut karena memang belum ada kesimpulan atau bukti kuat tentang cerita mana yang sebenarnya berdasarkan fakta di masa itu.
Hanya, pendapat tentang adanya Kerajaan Sungai Sampit lebih banyak diyakini masyarakat karena banyak cerita yang dinilai sejalan dengan sejarah kerajaan tersebut. Selain itu, ditemukan beberapa pilar atau tiang terbuat dari kayu ulin ukuran besar di pinggir sungai kawasan Desa Bagendang Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Utara yang diyakini merupakan bagian dari sisa-sisa masa Kerajaan Sungai Sampit.
Konon, Kerajaan Sungai Sampit dipimpin seorang raja bernama Raja Bungsu. Kerajaan ini disebutkan runtuh akibat konflik antara kedua putra mahkota, sementara keberadaan sang raja pun kemudian tidak diketahui lagi nasibnya.
Untuk menelusuri kebenaran sejarah itulah, kata Supian, membuat pemerintah daerah akan meminta bantuan tim arkeolog. Langkah ini sekaligus untuk menggali sejarah tentang keadaan Kota Sampit dan kehidupan masyarakatnya di masa lampau.
"Apalagi pernah ada cerita bahwa saat ada perkawinan di keluarga Kerajaan Majapahit, ada utusan dari Kerajaan Sampit yang datang menyerahkan upeti kepada Patih Gajah Mada. Kalau merujuk pada cerita itu, dulu Kerajaan Sampit itu memang ada. Kebenaran itu yang ingin kita ungkap melalui penelitian ilmiah oleh tim arkeolog nanti," kata Supian.
Supian belum menjelaskan secara rinci asal tim arkeolog dan kapan mereka datang memulai penelitian serah awal mula berdirinya Kota Sampit. Dia hanya menyebutkan bahwa semua sedang dipersiapkan bersama oleh tim pemerintah daerah.
Hasil penelusuran sejarah tersebut nantinya sangat besar manfaatnya bagi daerah. Selain untuk mengetahui kondisi daerah ini di masa lalu, banyak pelajaran positif yang mungkin bisa diambil dan diterapkan di masa kini dan akan datang.