Palangka Raya (ANTARA) - Fasilitas berupa perangkat komputer atau laptop di SMP Negeri 6 Palangka Raya, Kalimantan Tengah masih sangat kekurangan, sehingga tidak memadai untuk menggelar ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
"Demi bisa menggelar UNBK akhirnya kami meminjam laptop milik guru dan siswa, namun karena masih kurang terpaksa meminjam lagi dari sekolah lain," kata Kepala SMP Negeri 6 Palangka Raya Wahidah di Palangka Raya, Senin.
Perangkat komputer yang tersedia di sekolah ini, hanyalah sebanyak 42 unit. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah siswa yang terdaftar ujian yakni sebanyak 283 peserta.
Wahidah menjelaskan, total perangkat komputer atau laptop yang pihaknya pinjam adalah sebanyak 54 unit, sehingga total perangkat yang tersedia untuk digunakan pada UNBK tahun 2019 ini adalah sebanyak 96 unit.
"Dengan 96 unit perangkat yang tersedia, akhirnya UNBK dapat kami gelar dan dibagi menjadi tiga ruangan. Setiap ruangan melaksanakan ujian sebanyak tiga sesi dalam satu harinya," jelasnya kepada Antara Kalteng.
Pihaknya berharap kondisi tersebut menjadi perhatian dari pemerintah, baik oleh pemerintah daerah, provinsi maupun pusat. Sebab UNBK merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah, sehingga sudah seharusnya pemerintah pula yang berupaya melengkapi fasilitas di tiap sekolah negeri.
Apalagi siswa-siswi yang bersekolah di SMP Negeri 6 Palangka Raya, umumnya berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Tentu kondisi tersebut menyulitkan, apabila berharap semua siswanya dapat memiliki perangkat komputer atau laptop secara mandiri.
"Kalau di sekolah unggulan atau ternama tentu kondisi seperti ini lebih mudah diatasi, terlebih rata-rata siswa yang bersekolah disitu umumnya berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas," ungkapnya.
Diharapkan kedepan, pemberian bantuan perangkat komputer lebih memprioritaskan sekolah-sekolah yang kondisinya memang kekurangan, guna mewujudkan pemerataan pendidikan di seluruh daerah di Kalteng.
Sementara itu pelaksanaan UNBK SMP sederajat di sekolah ini berjalan tertib dan lancar, tanpa adanya mengalami gangguan. Hanya saja dari sebanyak 283 siswa yang terdaftar, dua diantaranya tidak mengikuti ujian karena mengundurkan diri.
"Demi bisa menggelar UNBK akhirnya kami meminjam laptop milik guru dan siswa, namun karena masih kurang terpaksa meminjam lagi dari sekolah lain," kata Kepala SMP Negeri 6 Palangka Raya Wahidah di Palangka Raya, Senin.
Perangkat komputer yang tersedia di sekolah ini, hanyalah sebanyak 42 unit. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah siswa yang terdaftar ujian yakni sebanyak 283 peserta.
Wahidah menjelaskan, total perangkat komputer atau laptop yang pihaknya pinjam adalah sebanyak 54 unit, sehingga total perangkat yang tersedia untuk digunakan pada UNBK tahun 2019 ini adalah sebanyak 96 unit.
"Dengan 96 unit perangkat yang tersedia, akhirnya UNBK dapat kami gelar dan dibagi menjadi tiga ruangan. Setiap ruangan melaksanakan ujian sebanyak tiga sesi dalam satu harinya," jelasnya kepada Antara Kalteng.
Pihaknya berharap kondisi tersebut menjadi perhatian dari pemerintah, baik oleh pemerintah daerah, provinsi maupun pusat. Sebab UNBK merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah, sehingga sudah seharusnya pemerintah pula yang berupaya melengkapi fasilitas di tiap sekolah negeri.
Apalagi siswa-siswi yang bersekolah di SMP Negeri 6 Palangka Raya, umumnya berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Tentu kondisi tersebut menyulitkan, apabila berharap semua siswanya dapat memiliki perangkat komputer atau laptop secara mandiri.
"Kalau di sekolah unggulan atau ternama tentu kondisi seperti ini lebih mudah diatasi, terlebih rata-rata siswa yang bersekolah disitu umumnya berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas," ungkapnya.
Diharapkan kedepan, pemberian bantuan perangkat komputer lebih memprioritaskan sekolah-sekolah yang kondisinya memang kekurangan, guna mewujudkan pemerataan pendidikan di seluruh daerah di Kalteng.
Sementara itu pelaksanaan UNBK SMP sederajat di sekolah ini berjalan tertib dan lancar, tanpa adanya mengalami gangguan. Hanya saja dari sebanyak 283 siswa yang terdaftar, dua diantaranya tidak mengikuti ujian karena mengundurkan diri.