Sidoarjo (ANTARA) - Kenaikan harga cabai di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mempengaruhi proses produksi industri pembuatan bumbu masak, menyusul sebagian bahan dasar yang digunakan untuk membuat bumbu membutuhkan cabai.
Salah satu pemilik industri bumbu dapur di Tanggulangin, Sidoarjo, Mahmudah, Jumat, mengatakan hampir semua resep bumbu masak yang yang diproduksinya itu memerlukan cabai sebagai bahan dasarnya.
"Seperti rica-rica, ayam ungkep, rendang, dan ayam panggang memerlukan cabai," katanya saat dikonfirmasi di Sidoarjo.
Ia menjelaskan kenaikan harga cabai ini memang sedikit mempengaruhi produksi pembuatan bumbu yang dikelolanya itu.
"Untuk menyiasatinya, kami terpaksa mengurangi berat timbangan bumbu. Itupun hanya sedikit, tidak banyak. Karena kami juga tidak ingin mengecewakan konsumen kami," katanya.
Ia menjelaskan, saat ini di pasar tradisional harga cabai rawit tembus di kisaran Rp80.000 per kilogram.
"Sementara kami mendapatkan dari pemasok seharga Rp68.000 per kilogram (cabai), mungkin sudah langganan jadi lebih murah. Sebelum harga cabai berada di bawah Rp50.000 setiap kilogramnya," kata Mahmudah.
Untuk kebutuhan cabai sendiri, kata dia, tidak begitu banyak karena hanya ada beberapa jenis masakan saja yang menggunakan bumbu dengan cabai.
"Kalau untuk masakan yang gurih-gurih seperti soto tentunya tidak menggunakan cabai sebagai salah satu bumbu dasar," katanya.
Ia menjelaskan yang paling dikhawatirkan adalah kenaikan bahan dasar utama yaitu bawang merah dan bawang putih karena seluruh bumbu masakan pasti menggunakan bumbu dasar itu.
"Pernah suatu waktu harga bawang merah dan putih naik, itu yang membuat kami sempat kelimpungan. Tapi untuk cabai ini, kami masih bisa menyiasatinya, meskipun tetap berpengaruh," katanya.
Untuk cabai, kata dia, pihaknya membutuhkan puluhan kilogram setiap harinya dan diharapkan permasalahan ini bisa pulih, terlebih menjelang Hari Raya Idul Adha.
"Kami berharap bisa segera pulih dan kembali seperti sedia kala," katanya.
Si Pasar Larangan, Sidoarjo, harga komoditas cabai rawit kini bertengger di kisaran harga Rp80.000 - Rp85.000 per kilogramnya.
"Sebelumnya harganya kisaran Rp40.000 pe kilogramnya, kini terus merangkak naik menjadi Rp85.000 per kilogramnya," ujar Rohayati salah seorang pedagang di pasar itu.
Menyikapi perubahan harga ini, para pedagang tidak berani memasok barang dagangan mereka terlalu lama karena bisa busuk dan merugi.
"Untuk cabai rawit, hanya bisa bertahan sekitar satu sampai dengan dua hari. Kami biasanya beli kulakan sebanyak 10 kilogram, kini hanya berani membeli 5 kilogram saya. Padahal pasokan dari petani masih banyak," katanya.
Tingginya harga cabai ini juga berimbas pada turunnya daya beli masyarakat yang memilih untuk mengurangi kemampuan pembeliannya.
"Masih ada yang beli, terutama warung makan. Tapi ya itu, jumlahnya juga berkurang," kata dia.
Salah satu pemilik industri bumbu dapur di Tanggulangin, Sidoarjo, Mahmudah, Jumat, mengatakan hampir semua resep bumbu masak yang yang diproduksinya itu memerlukan cabai sebagai bahan dasarnya.
"Seperti rica-rica, ayam ungkep, rendang, dan ayam panggang memerlukan cabai," katanya saat dikonfirmasi di Sidoarjo.
Ia menjelaskan kenaikan harga cabai ini memang sedikit mempengaruhi produksi pembuatan bumbu yang dikelolanya itu.
"Untuk menyiasatinya, kami terpaksa mengurangi berat timbangan bumbu. Itupun hanya sedikit, tidak banyak. Karena kami juga tidak ingin mengecewakan konsumen kami," katanya.
Ia menjelaskan, saat ini di pasar tradisional harga cabai rawit tembus di kisaran Rp80.000 per kilogram.
"Sementara kami mendapatkan dari pemasok seharga Rp68.000 per kilogram (cabai), mungkin sudah langganan jadi lebih murah. Sebelum harga cabai berada di bawah Rp50.000 setiap kilogramnya," kata Mahmudah.
Untuk kebutuhan cabai sendiri, kata dia, tidak begitu banyak karena hanya ada beberapa jenis masakan saja yang menggunakan bumbu dengan cabai.
"Kalau untuk masakan yang gurih-gurih seperti soto tentunya tidak menggunakan cabai sebagai salah satu bumbu dasar," katanya.
Ia menjelaskan yang paling dikhawatirkan adalah kenaikan bahan dasar utama yaitu bawang merah dan bawang putih karena seluruh bumbu masakan pasti menggunakan bumbu dasar itu.
"Pernah suatu waktu harga bawang merah dan putih naik, itu yang membuat kami sempat kelimpungan. Tapi untuk cabai ini, kami masih bisa menyiasatinya, meskipun tetap berpengaruh," katanya.
Untuk cabai, kata dia, pihaknya membutuhkan puluhan kilogram setiap harinya dan diharapkan permasalahan ini bisa pulih, terlebih menjelang Hari Raya Idul Adha.
"Kami berharap bisa segera pulih dan kembali seperti sedia kala," katanya.
Si Pasar Larangan, Sidoarjo, harga komoditas cabai rawit kini bertengger di kisaran harga Rp80.000 - Rp85.000 per kilogramnya.
"Sebelumnya harganya kisaran Rp40.000 pe kilogramnya, kini terus merangkak naik menjadi Rp85.000 per kilogramnya," ujar Rohayati salah seorang pedagang di pasar itu.
Menyikapi perubahan harga ini, para pedagang tidak berani memasok barang dagangan mereka terlalu lama karena bisa busuk dan merugi.
"Untuk cabai rawit, hanya bisa bertahan sekitar satu sampai dengan dua hari. Kami biasanya beli kulakan sebanyak 10 kilogram, kini hanya berani membeli 5 kilogram saya. Padahal pasokan dari petani masih banyak," katanya.
Tingginya harga cabai ini juga berimbas pada turunnya daya beli masyarakat yang memilih untuk mengurangi kemampuan pembeliannya.
"Masih ada yang beli, terutama warung makan. Tapi ya itu, jumlahnya juga berkurang," kata dia.