Palangka Raya (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) akan menambah luas sawah demplot di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau dari yang saat ini seluas 54 hektare menjadi 100 hektare hingga akhir 2019.
"Luas lahan demplot revitalisasi lahan gambut untuk budidaya tanaman padi saat di Desa Talio Hulu saat ini 54 hektare. Oktober nanti kita coba tanam sampai 100 hektare," kata Kepala BRG Nazir Foead di Pulang Pisau, Senin.
Pernyataan itu diungkapkan dia disela acara panen perdana demplot revitaliasi lahan gambut untuk budidaya tanaman padi di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau.
Dia mengatakan, saat ini masih banyak kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan padi di tanah gambut, terutama dalam masa awal tanam.
Diantara kendala itu seperti kandungan tanah yang masih cenderung asam, masih banyaknya berbagai penyakit tanaman hingga ancaman hama padi seperti tikus.
"Karena baru masa awal tanam tentu masih banyak kendala. Untuk mencapai hasil produksi maksimal biasanya perlu hingga enam kali tanam. Namun di sini kami menargetkan pada masa ke empat produksi padi sudah maksismal," katanya.
Dalam cara itu Kepala BRG yang urut didampingi pemerintah provinsi Kalimantan Tengah, Pemkab Pulang Pisau, BPTP Kalteng serta sejumlah pihak terkiat upaya revitalisasi lahan gambut.
Selain melakukan panen perdana, BRG bersama rombongan juga mengunjungi perkebunan pohon Sengon program bantuan BRG seluas lima hektare di Kelurahan Kalawan dan pabrik pengolahan kayu di Kabupaten Pulang Pisau.
Di lokasi itu, kepala BRG menyebut perkebunan sengon menjadi program yang cukup menjanjikan dari sisi ekonomi bagi masyarakat karena sejumlah keunggulan yang dimiliki.
"Budidaya sengon memiliki keunggulan tumbuh cepat, masa panen cepat, perawatan yang relatif mudah dan biaya yang relatif kecil dibanding budidaya padi," katanya.
Apalagi, lanjut dia, saat ini telah dibangun pabrik pengolahan kayu yang nantinya dapat menampung kayu sengon hasil budidaya masyarakat setempat.
"Namun berbagai jenis budidaya baik perkebunan sengon dan budidaya padi di sini disesuaikan dengan kondisi lahan dan masyarakat sekitar. Di lokasi lain ada program lain yang juga disesuaikan dengan kondisi lahan dan masyarakatnya," katanya.
Pihaknya pun berharap masyarakat, pemerintah serta pihak swasta selalu mendukung upaya revitalisasi lahan gambut sehingga semakin maksimal dan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.
"Luas lahan demplot revitalisasi lahan gambut untuk budidaya tanaman padi saat di Desa Talio Hulu saat ini 54 hektare. Oktober nanti kita coba tanam sampai 100 hektare," kata Kepala BRG Nazir Foead di Pulang Pisau, Senin.
Pernyataan itu diungkapkan dia disela acara panen perdana demplot revitaliasi lahan gambut untuk budidaya tanaman padi di Desa Talio Hulu, Kabupaten Pulang Pisau.
Dia mengatakan, saat ini masih banyak kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan padi di tanah gambut, terutama dalam masa awal tanam.
Diantara kendala itu seperti kandungan tanah yang masih cenderung asam, masih banyaknya berbagai penyakit tanaman hingga ancaman hama padi seperti tikus.
"Karena baru masa awal tanam tentu masih banyak kendala. Untuk mencapai hasil produksi maksimal biasanya perlu hingga enam kali tanam. Namun di sini kami menargetkan pada masa ke empat produksi padi sudah maksismal," katanya.
Dalam cara itu Kepala BRG yang urut didampingi pemerintah provinsi Kalimantan Tengah, Pemkab Pulang Pisau, BPTP Kalteng serta sejumlah pihak terkiat upaya revitalisasi lahan gambut.
Selain melakukan panen perdana, BRG bersama rombongan juga mengunjungi perkebunan pohon Sengon program bantuan BRG seluas lima hektare di Kelurahan Kalawan dan pabrik pengolahan kayu di Kabupaten Pulang Pisau.
Di lokasi itu, kepala BRG menyebut perkebunan sengon menjadi program yang cukup menjanjikan dari sisi ekonomi bagi masyarakat karena sejumlah keunggulan yang dimiliki.
"Budidaya sengon memiliki keunggulan tumbuh cepat, masa panen cepat, perawatan yang relatif mudah dan biaya yang relatif kecil dibanding budidaya padi," katanya.
Apalagi, lanjut dia, saat ini telah dibangun pabrik pengolahan kayu yang nantinya dapat menampung kayu sengon hasil budidaya masyarakat setempat.
"Namun berbagai jenis budidaya baik perkebunan sengon dan budidaya padi di sini disesuaikan dengan kondisi lahan dan masyarakat sekitar. Di lokasi lain ada program lain yang juga disesuaikan dengan kondisi lahan dan masyarakatnya," katanya.
Pihaknya pun berharap masyarakat, pemerintah serta pihak swasta selalu mendukung upaya revitalisasi lahan gambut sehingga semakin maksimal dan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.