Sampit (ANTARA) - Kebakaran lahan yang marak terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah dalam tiga bulan terakhir membuat satwa liar, diantaranya orangutan (pongo pygmaeus) makin tersisih karena habitat mereka semakin rusak.
"Kebakaran lahan itu membuat orangutan masuk ke kebun warga karena relatif lebih aman dari kebakaran lahan dan masih terdapat tanaman yang bisa mereka makan meski beberapa, seperti umbut sawit itu sebenarnya bukan makanan utama orangutan," kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah Pos Sampit Muriansyah di Sampit, Minggu.
Selama musim kemarau dan marak kebakaran lahan, BKSDA menerima sejumlah laporan terkait kemunculan satwa liar seperti orangutan, beruang, bekantan dan lainnya.
Kemunculan satwa-satwa dilindungi itu di sekitar kebun warga diduga karena ingin mencari makan lantaran cadangan makanan di habitat mereka makin sulit didapat atau akibat habitat mereka rusak oleh kebakaran lahan dan alih fungsi lahan.
Seperti pada Minggu (1/9) dan Senin (2/9) lalu, BKSDA melakukan rescue atau penyelamatan tiga orangutan di Desa Bagendang Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Utara. Lokasinya sama, yakni sekitar kebun sawit milik warga bernama Tri yang sebelumnya melaporkan kejadian itu.
Baca juga: Perlu dua jam mengevakuasi orangutan raksasa berusia 25 tahun ini
Minggu dini hari itu, tim BKSDA mengevakuasi seekor orangutan dengan berat 90 kilogram. Perlu dua jam bagi petugas untuk melumpuhkan dan mengevakuasi orangutan jantan berusia 25 tahun tersebut
Siang harinya, petugas kembali menerima laporan dari Tri bahwa ada orangutan lainnya yang terlihat di sekitar kebun karet dan sawitnya. Kali ini orangutan berjumlah dua ekor yang merupakan induk dan bayinya.
Induk orangutan itu berusia 15 tahun, sedangkan bayi orangutan berusia enam bulan. Penyelamatan dilakukan oleh tim BKSDA pada Senin (2/9), setelah mereka membawa orangutan seberat 90 kilogram yang dievakuasi sehari sebelumnya ke kantor SKW II BKSDA di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.
"Di sekitar lokasi masih terjadi kebakaran hutan dan lahan. Ini bisa disebut, dampak dari kebakaran hutan dan lahan sehingga orangutan masuk ke kebun untuk menyelamatkan diri dan mencari makan dan minum," tambah Muriansyah.
Menghadapi kondisi ini, translokasi menjadi pilihan untuk menyelamatkan orangutan dengan memindahnya ke tempat yang lebih baik. Ketiga orangutan tersebut telah dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Lamandau.
Muriansyah meminta masyarakat melaporkan jika melihat kemunculan orangutan dan satwa dilindungi lainnya sehingga pihaknya bisa segera mengevakuasinya dengan cara yang benar agar satwa tersebut tidak mati atau terluka dan tidak sampai terjadi konflik dengan manusia.
"Kebakaran lahan itu membuat orangutan masuk ke kebun warga karena relatif lebih aman dari kebakaran lahan dan masih terdapat tanaman yang bisa mereka makan meski beberapa, seperti umbut sawit itu sebenarnya bukan makanan utama orangutan," kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah Pos Sampit Muriansyah di Sampit, Minggu.
Selama musim kemarau dan marak kebakaran lahan, BKSDA menerima sejumlah laporan terkait kemunculan satwa liar seperti orangutan, beruang, bekantan dan lainnya.
Kemunculan satwa-satwa dilindungi itu di sekitar kebun warga diduga karena ingin mencari makan lantaran cadangan makanan di habitat mereka makin sulit didapat atau akibat habitat mereka rusak oleh kebakaran lahan dan alih fungsi lahan.
Seperti pada Minggu (1/9) dan Senin (2/9) lalu, BKSDA melakukan rescue atau penyelamatan tiga orangutan di Desa Bagendang Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Utara. Lokasinya sama, yakni sekitar kebun sawit milik warga bernama Tri yang sebelumnya melaporkan kejadian itu.
Baca juga: Perlu dua jam mengevakuasi orangutan raksasa berusia 25 tahun ini
Minggu dini hari itu, tim BKSDA mengevakuasi seekor orangutan dengan berat 90 kilogram. Perlu dua jam bagi petugas untuk melumpuhkan dan mengevakuasi orangutan jantan berusia 25 tahun tersebut
Siang harinya, petugas kembali menerima laporan dari Tri bahwa ada orangutan lainnya yang terlihat di sekitar kebun karet dan sawitnya. Kali ini orangutan berjumlah dua ekor yang merupakan induk dan bayinya.
Induk orangutan itu berusia 15 tahun, sedangkan bayi orangutan berusia enam bulan. Penyelamatan dilakukan oleh tim BKSDA pada Senin (2/9), setelah mereka membawa orangutan seberat 90 kilogram yang dievakuasi sehari sebelumnya ke kantor SKW II BKSDA di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.
"Di sekitar lokasi masih terjadi kebakaran hutan dan lahan. Ini bisa disebut, dampak dari kebakaran hutan dan lahan sehingga orangutan masuk ke kebun untuk menyelamatkan diri dan mencari makan dan minum," tambah Muriansyah.
Menghadapi kondisi ini, translokasi menjadi pilihan untuk menyelamatkan orangutan dengan memindahnya ke tempat yang lebih baik. Ketiga orangutan tersebut telah dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Lamandau.
Muriansyah meminta masyarakat melaporkan jika melihat kemunculan orangutan dan satwa dilindungi lainnya sehingga pihaknya bisa segera mengevakuasinya dengan cara yang benar agar satwa tersebut tidak mati atau terluka dan tidak sampai terjadi konflik dengan manusia.