Sampit (ANTARA) - Penularan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah sangat memprihatinkan, bahkan terus merenggut nyawa penderitanya.
"Yang meninggal dunia selama tahun 2019 ini sudah ada tujuh orang. Penanggulangan ini membutuhkan kepedulian dan peran serta kita semua," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kotawaringin Timur, Asyikin Arpan di Sampit, Minggu.
Penularan penyakit 'human immunodeficiency virus' atau HIV di Kotawaringin Timur terus terjadi. Masyarakat diimbau menyadari ancaman penyakit mematikan ini sehingga bisa mencegahnya agar tidak menjangkiti diri, keluarga dan orang-orang sekitar.
Sejak Januari hingga Oktober 2019 ini tercatat ada 71 kasus HIV/AIDS yang terdiri 34 kasus kategori HIV dan 37 kasus sudah masuk kategori 'acquired immune deficiency syndrome' atau AIDS. Kategori HIV jika penyakit tersebut masuk stadium 3, sedangkan jika muncul gejala masuk stadium 4 maka sudah masuk AIDS.
Parahnya, sebanyak 61 orang atau 85 persen penderitanya adalah penduduk usia produktif antara 15 sampai 49 tahun yang seharusnya menjadi harapan berperan besar terhadap pembangunan daerah dan bangsa. Dari jenis kelamin, perbandingan penderita antara pria dan wanita hampir merata.
Sebaran penyakit mematikan ini tidak hanya di perkotaan, tetapi juga hingga di perdesaan. Hal ini harus menjadi perhatian serius semua pihak agar HIV/AIDS tidak terus menular.
Asyikin menyebutkan, pemicu penularan atau penyebaran terbesar dari heteroseksual atau hubungan seks berisiko, tetapi ada juga dari penularan melalui air susu ibu kepada anak, jarum suntik dan transfusi darah tidak melalui skrining penyaringan sesuai standar kesehatan.
Komisi Penanggulangan AIDS Kotawaringin Timur bekerjasama dengan sejumlah pihak terus melakukan pendampingan kepada ODHA atau orang dengan derita HIV/AIDS.
Baca juga: Perusahaan di Kotim diminta patuhi kewajiban UMK
"Teman-teman ODHA setiap bulan melakukan pertemuan di rumah sakit, kelompok dukungan sebaya maharati. Aga juga pendamping ODHA untuk memberikan dukungan dan semangat. Obat harus dimakan seumur hidup," ujar Asyikin.
Sementara itu, memperingati Hari AIDS Sedunia, digelar penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan pencegahan HIV sejak dini. Kegiatan yang dilaksanakan bersama Dinas Kesehatan dan puskesmas, PMI dan RSUD dr Murjani Sampit di Stadion 29 November Sampit ini disambut antusias masyarakat.
Asyikin menegaskan, usaha dan upaya pencegahan HIV tidak hanya menjadi tanggung jawab unsur kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS, tetapi harus melibatkan seluruh masyarakat, agar upaya pencegahan dapat dilakukan secara maksimal.
"Ini dilakukan agar masyarakat bisa mengetahui dan memahami, agar bisa dicegah sejak dini. Sasaran kita jangka panjang adalah 3 zero, yakni pada 2030 nanti tidak ada infeksi HIV baru, tidak ada kematian karena AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi," demikian Asyikin.
Baca juga: Ditembak polisi, tersangka bandar narkoba ini ditinggal kabur temannya
Baca juga: 750 peserta siap meriahkan 'Sampit Ethnic Carnival'
"Yang meninggal dunia selama tahun 2019 ini sudah ada tujuh orang. Penanggulangan ini membutuhkan kepedulian dan peran serta kita semua," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kotawaringin Timur, Asyikin Arpan di Sampit, Minggu.
Penularan penyakit 'human immunodeficiency virus' atau HIV di Kotawaringin Timur terus terjadi. Masyarakat diimbau menyadari ancaman penyakit mematikan ini sehingga bisa mencegahnya agar tidak menjangkiti diri, keluarga dan orang-orang sekitar.
Sejak Januari hingga Oktober 2019 ini tercatat ada 71 kasus HIV/AIDS yang terdiri 34 kasus kategori HIV dan 37 kasus sudah masuk kategori 'acquired immune deficiency syndrome' atau AIDS. Kategori HIV jika penyakit tersebut masuk stadium 3, sedangkan jika muncul gejala masuk stadium 4 maka sudah masuk AIDS.
Parahnya, sebanyak 61 orang atau 85 persen penderitanya adalah penduduk usia produktif antara 15 sampai 49 tahun yang seharusnya menjadi harapan berperan besar terhadap pembangunan daerah dan bangsa. Dari jenis kelamin, perbandingan penderita antara pria dan wanita hampir merata.
Sebaran penyakit mematikan ini tidak hanya di perkotaan, tetapi juga hingga di perdesaan. Hal ini harus menjadi perhatian serius semua pihak agar HIV/AIDS tidak terus menular.
Asyikin menyebutkan, pemicu penularan atau penyebaran terbesar dari heteroseksual atau hubungan seks berisiko, tetapi ada juga dari penularan melalui air susu ibu kepada anak, jarum suntik dan transfusi darah tidak melalui skrining penyaringan sesuai standar kesehatan.
Komisi Penanggulangan AIDS Kotawaringin Timur bekerjasama dengan sejumlah pihak terus melakukan pendampingan kepada ODHA atau orang dengan derita HIV/AIDS.
Baca juga: Perusahaan di Kotim diminta patuhi kewajiban UMK
"Teman-teman ODHA setiap bulan melakukan pertemuan di rumah sakit, kelompok dukungan sebaya maharati. Aga juga pendamping ODHA untuk memberikan dukungan dan semangat. Obat harus dimakan seumur hidup," ujar Asyikin.
Sementara itu, memperingati Hari AIDS Sedunia, digelar penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan pencegahan HIV sejak dini. Kegiatan yang dilaksanakan bersama Dinas Kesehatan dan puskesmas, PMI dan RSUD dr Murjani Sampit di Stadion 29 November Sampit ini disambut antusias masyarakat.
Asyikin menegaskan, usaha dan upaya pencegahan HIV tidak hanya menjadi tanggung jawab unsur kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS, tetapi harus melibatkan seluruh masyarakat, agar upaya pencegahan dapat dilakukan secara maksimal.
"Ini dilakukan agar masyarakat bisa mengetahui dan memahami, agar bisa dicegah sejak dini. Sasaran kita jangka panjang adalah 3 zero, yakni pada 2030 nanti tidak ada infeksi HIV baru, tidak ada kematian karena AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi," demikian Asyikin.
Baca juga: Ditembak polisi, tersangka bandar narkoba ini ditinggal kabur temannya
Baca juga: 750 peserta siap meriahkan 'Sampit Ethnic Carnival'